Resah

“Lama banget sih, lu,” sungut Kemal yang sudah lama menunggu gilirannya untuk pulang.

“Sorry, Sorry, dijalan macet tadi, ada kecelakaan,” ucap Geo berbohong.

Kemal memakai helm lalu menyambar kunci motor di atas meja, tangan kanannya menepuk punggung Geo dari belakang, lalu berjalan menuju pintu keluar ruangan.

“Hati-hati, Boss.” Pria yang sudah beristri itu hanya mengacungkan jari jempolnya ke atas, tanpa menoleh lagi.

*****

“Bapak sudah boleh pulang besok,” ungkap dokter Fanya.

Bu Marni tersenyum semringah mendengar suami tercintanya sudah diperbolehkan pulang, begitu juga dengan gadis bermata bulat yang selalu ada di sampingnya.

“Alhamdulillah,” serempak Ibu dan anak gadisnya itu mengucap syukur.

“Kalo bagitu saya permisi dulu,” pamit dokte Fanya.

“Terimakasih, dok,” ucap Pak Prayoga.

Dokter wanita berjilbab biru itu tersenyum dan menganggukan kepalanya setelah itu ia melangkah ke luar, diiringi oleh dua orang perawat yang sedari tadi ikut serta bersamanya.

Pak Prayoga dirawat di ruangan VIP, sesuai dengan permintaan Bu Marni, supaya tidak ada orang lain lagi dalam ruangan, jadi suaminya bisa tenang beristirahat, fikirnya.

“Suruh anak itu menjemput Ayah besok,” tandas Pak Prayoga sambil memandang pada anak semata wayangnya.

“Yah, Ayah nggak serius kan, menjodohkan kami? Ayah bercanda kan?” tanya Sarah dengan wajah memelas.

Bu Marni mendekati anak gadisnya, tangannya memegang pundak Sarah yang tengah duduk sambil memainkan jari jempol pada layar ponselnya.

“Jodoh itu di tangan Allah, Nak,” ucap Bu Marni.

“Benar, tapi orang tua juga pasti ingin yang terbaik untuk anaknya,” potong Pak Prayoga dengan wajah serius.

“Ayo cepat whatsapp anak itu, suruh jemput Ayah besok,” ulangnya lagi, menyuruh Sarah.

Sarah menghela nafas, percuma dia pasang muka memelas, karena sifat Ayahnya itu sama dengan komandan militer.

Gadis berbaju biru itu mencari nomor ponsel milik Devan yang kemarin dia save sesuai permintaan Sang Ayah pula.

Sepertinya Pak Prayoga sudah jatuh hati pada Devan, anak dari sahabat SMA-nya itu.

“Sudah terkirim,” kata Sarah sambil beranjak dari tempat duduknya.

“Aku nyari dulu makanan.” Gadis kelas tiga SMA itu melangkah pergi dengan hati yang resah memikirkan perihal perjodohan itu.

“Ayah jangan terlalu keras sama Sarah, kasian dia, lagipula perjodohan itu kan memang hanya candaan Bang Bagas saja kan!” tutur Bu Marni sambil memijit-mijit kaki Sang suami.

Pak Prayoga hanya tersenyum.

*****

“Dok, tolong selamatkan Ayah saya, tolong dok!” pinta seorang anak berusia Sembilan belas tahun itu pada Geo yang sedang berjalan menuju ruang tindakan.

“Saya akan berusaha semampu saya, Adek sebaiknya menunggu di ruang yang sudah disediakan,” saran Geo sambil berlalu meninggalkan anak lelaki itu menuju pasiennya yang sudah lebih dulu dibawa ke ruang tindakan.

Geo mulai mengerahkan seluruh keahliannya sebagai dokter, dia berjibaku berusaha dengan keras menghentikan pendarahan yang dialami seorang pria tua yang sudah tak sadarkan diri.

Di perut pria tua itu tertancap sebilah pisau, rupanya pria itu adalah korban perampokan, dia dibawa anak lelakinya ke Rumah Sakit.

“Detak jantung pasien melemah, dok,” jelas seorang perawat laki-laki yang sedang membantu Geo.

“Siapkan pacemaker,” perintah Geo dengan suara bergetar.

Ditangannya kini sudah siap dua buah benda yang siap menghantarkan impuls listrik untuk memicu jantung berkontraksi hingga berdetak dengan normal.

“Bertahanlah, Pak,” bisik Geo pada pasiennya.

Dua benda itu diletakkannya diatas dada pasien, tubuh pria tua itu bergerak seperti tersedot oleh kedua alat yang dipegang Geo. Dua kali Geo melakukan tindakan yang sama pada pria tua itu, namun sayangnya pria tua itu tak dapat diselamatkan.

Geo menggelengkan kepala, wajahnya panik, kedua netra elangnya kini sayu dan berkaca-kaca.

“Innalillahi wa inna illaihi roji’un,” ucapnya, yang kemudian diikuti tiga perawat yang membantunya, dengan ucapan yang sama.

“Bersihkan jasadnya,” pungkasnya, sambil melepaskan dua sarung tangan yang dipakainya.

Geo berjalan keluar ruang tindakan.

Anak laki-laki itu menghampirinya dan bertanya, “bagaimana Ayah saya, dok?”

“Maafkan saya. Saya sudah berusaha semampu saya, tapi Allah berkehendak lain,” ungkap Geo sambil memegang pundak anak laki-laki itu.

“Ayaaah …” teriak anak berbaju biru yang dipenuhi darah itu sambil berlari ke dalam ruang tindakan dan memeluk jasad Ayahnya. Tangis anak itu pecah, dia sudah menjadi anak yatim.

Geo menatap pilu anak itu, dia turut merasakan apa yang tengah dirasakan anak laki-laki itu.

Geo membuka snelli yang dikenakannya lalu menaruh jas kebesarannya itu dibelakang kursi.

Dokter muda bermata tajam itu kini duduk dengan raut kekecewaan, dia merasa gagal untuk memperjuangkan nyawa pria tua itu.

*****

Ting … ting … suara notifikasi whatsapp berbunyi, Sarah berhenti sejenak, ia duduk di bangku yang tersedia di pinggir lorong Rumah Sakit.

Tangannya merogoh ponsel dari saku celana panjangnya.

‘Besok aku harus datang jam berapa?’ tulis Devan dari seberang sana.

‘Jam sembilan pagi’ balas Sarah.

‘Okey’

Sarah kembali memasukan ponselnya. Ia segera melanjutkan langkah menuju ruang perawatan Ayahnya.

Dalam perjalanannya kedua netra gadis berkulit putih itu kembali mendapatkan sosok yang dikaguminya, Geo sedang berada di depan pintu ruangan dokter, sepertinya sedang berbincang dengan seorang perawat wanita.

“Itu pacarnya kali, ya,” batin siswi SMA itu menerka-nerka.

Ada perasaan aneh yang muncul secara tiba-tiba ketika Sarah melihat pria tampan yang terpaut jauh dengan usianya.

“Ah, udahlah,” racaunya sembari kembali melanjutkan langkah kakinya.

Sampai di depan pintu ruangan, Sarah masuk.

“Ayah, Ibu, aku bawain makanannya,” ujar pemilik nama lengkap Sarah Adelia Prayoga itu.

“Ayo kita makan sama-sama,” ajak Bu Marni, tangannya menyambut satu kantong berisi empat box paket nasi beserta teman-temannya.

Selesai makan Sarah mengambil tas berisi pakaian kotor miliknya dan Bu Marni.

“Bu, Sarah pulang dulu ke rumah, bawa salin buat Bapak sama Ibu besok, yah!” pamitnya, lalu mencium tangan kedua orang tuanya.

“Hati-hati dijalan, naik taxi aja, biar aman,” pesan Pak Prayoga pada anak gadisnya.

Sarah mengangguk, lalu berjalan keluar setelah mengucapkan salam.

*****

Devan selesai mengikuti mata pelajaran kuliahnya hari itu, dia sudah siap berada di atas kendaraan bermotor kesayangannya.

Suara whatsapp berbunyi, Devan mematikan kembali kendaraannya yang sudah siap berangkat.

Tangannya meraih ponsel yang berada dibalik saku jaket kulit yang dikenakannya.

‘Besok jemput korban kenakalanmu, sebagai bentuk permohonan maaf.’

Chat itu datang dari Papahnya, Devan tersenyum, dia tak membalasnya.

Devan melajukan motor itu setelah memasukan kembali ponselnya ke tempat semula.

Devano Putra Bagaskara adalah anak sulung dari dua bersaudara, Karina Putri Bagaskara adik tercintanya yang masih duduk di bangku SMA kelas satu.

Devan memilih fakultas hukum, dia calon pengacara muda.

Prestasinya patut diacungi jempol, karena sebentar lagi gelar sarjana hukum akan diraihnya dalam kurun waktu yang cukup singkat.

Ckiiiitttt … Bruukkkk … seorang gadis seusianya tiba-tiba ambruk tepat di depan ban motor yang dikendarai Devan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!