2. Menolong Mita.

Hisyam mengendarai mobilnya dengan tenang. Ia baru saja pulang praktek. Hari ini pasiennya sangat banyak jadi ia harus pulang larut malam. Ketika ia melewati jembatan ia melihat seorang perempuan berada di pinggir jembatan.

“Ngapain perempuan malam-malam di situ?” tanya Hisyam kepada dirinya sendiri. Hisyam menghentikan mobilnya di pinggir jalan lalu  menoleh ke belakang. Perempuan itu hendak naik ke pembatas jembatan.

“Astagfirullahaladzim.” Cepat-cepat Hisyam mematikan mobilnya lalu keluar dari mobil. Ia berlari mendekati perempuan itu. Hisyam memeluk pinggang perempuan itu dari belakang.

“Lepaskan saya! Lepaskan! Biarkan saya mati,” kata perempuan itu sambil memberontak. Ketika mendengar suara perempuan itu sepertinya Hisyam mengenal perempuan itu. Hisyam mengangkat tubuh perempuan itu dengan paksa lalu ia turunkan ke bawah.

“Kamu?” tanya Hisyam ketika melihat wajah perempuan itu. Ternyata perempuan itu adalah Mita. Perempuan yang ia tolong sewaktu pingsan di makam.

“Sedang apa kamu di sini?” tanya Hisyam dengan tajam.

“Tolong biarkan saya mati,” kata Mita dengan memelas.

Hisyam menghela nafas mendengar perkataan Mita. “Kamu pikir dengan mengakhiri hidup semua masalah akan selesai? Dosa kamu akan berkali lipat karena kamu sudah membunuh diri kamu dan membunuh bayi yang tidak berdosa,” ujar Hisyam.

“Tolong Pak, biarkan saya mati. Saya sudah tidak sanggup hidup lagi,” kata Mita sambil menangis. Melihat Mita sedang menangis Hisyam takut orang lain yang lewat menyalah artikan. Ia takut orang menyangka ia sudah menyakiti Mita. Mereka harus mencari tempat yang aman untuk bicara. Tempat yang aman untuk berbicara adalah mobilnya. Hisyam mengajak Mita ke mobilnya.

“Ayo, ikut ke mobil saya!” Hisyam memapah Mita menuju ke mobilnya. Hisyam membukakan pintu mobil. “Masuk!” ujar Hisyam. Mita masuk ke dalam mobil Hisyam. Kemudian Hisyam masuk ke dalam mobil. Ia menyalakan mesin mobil namun tidak menjalankan mobilnya. Mita terus menundukkan kepalanya, ia tidak berani menatap Hisyam. Ia seperti anak kecil yang takut dimarahi oleh kakaknya.

“Sekarang ceritakan apa yang terjadi!” kata Hisyam sambil menatap wajah Mita.

Mita menceritakan dengan kepala menunduk.

“Orang tua saya sudah tau kalau saya hamil. Ibu saya menemukan hasil testpack di kamar saya. Beliau marah besar kepada saya. Mereka tambah marah ketika mengetahui orang yang menghamili saya sudah meninggal dunia karena mereka tidak tau harus minta tanggung jawab kepada siapa,” jawab Mita.

“Jadi makam itu makam kekasih kamu?” tanya Hisyam.

“Iya, Pak,” jawab Mita. Hisyam sudah menduganya sejak semula sebab ia sempat membaca identitas orang itu yang menempel di papan nisan.

“Lalu kenapa malam-malam kamu ada di sini? Apakah orang tua kamu mengusir kamu?” tanya Hisyam.

“Tidak, Pak. Saya yang kabur dari rumah. Kata Ibu saya, saya menjadi aib keluarga saya,” jawab Mita.

Hisyam menghela napas mendengarnya. Semestinya orang tua Mita tidak mengatakan itu kepada Mita. Masalah tidak bisa diseleaikan hanya dengan marah-marah. Sekarang akibat dari mereka marah-marah Mita kabur dari rumah dan hendak bunuh diri. Apakah mereka tidak tau kalau perkataan mereka membuat anak mereka berbuat nekad?

”Apakah kamu tau tidak, betapa bahayanya perempuan seusia kamu berkeliaran malam-malam di luar?” tanya Hisyam. Mita mengangguk.

“Sekarang kamu saya antar pulang.” Hisyam memakai seatbelt lalu mengemudikan mobilnya.

“Dimana rumah kamu?” tanya Hisyam sambil menoleh ke Mita. Ia melihat Mita belum memakai seatbelt. Hisyam menepikan mobilnya. Lalu mendekati Mita. Mita memundurkan tubuhnya ketika Hisyam mendekatinya. Ia menyangka Hisyam akan berbuat sesuatu pada dirinya.

“Seatbelt kamu belum dipasang,” kata Hisyam. Hisyam menarik seatbelt di depan tubuh Mita lalu memasangkannya.

“Keselamatan nomor satu,” kata Hisyam.

“Tadi dimana rumahmu?” tanya Hisyam lagi.

“Di Babakan Sari,” jawab Mita.

***

Hisyam menghentikan mobilnya di depan rumah berpagar hitam. Rumah itu terlihat sepi, sepertinya orang tua Mita sudah tidur. Jam di dashboard menunjukkan pukul sebelas tiga puluh malam. Hisyam membuka seatbeltnya. “Ayo turun!” ujar Hisyam. Hisyam turun dari mobil lalu membukakan pintu mobil untuk Mita. Mita ragu-ragu untuk turun dari mobil.

“Jangan takut saya yang akan bicara dengan orang tuamu,” ujar Hisyam menenangkan Mita. Akhirnya Mita mau turun dari mobil. Mereka berjalan menuju pintu pagar. Mia mengumpet di balik tubuh Hisyam

“Assalamualaikum,” ucap Hisyam.

“Waalaikumsalam.” Terdengar jawaban dari dalam rumah Mita. Seorang pria setengah baya membukakan pintu.

“Ada apa, ya?” tanya Pak Emir dari depan pintu. Ia memandang wajah Hisyam dengan penuh selidik.

“Saya mengantarkan Mita pulang,” jawab Hisyam.

“Loh? Bukannya dia ada di kamarnya?” tanya Pak Emir bingung. Setahu Pak Emir, Mita mengurung diri di dalam kamar setelah dimarahi oleh ibunya.

Mita menampakkan diri dari balik punggung Hisyam. Pak Emir menghela nafas ketika melihat Mita berada di luar rumah bukan di dalam rumah. Ia menduga putrinya kabur dari rumah. Pak Emir mengambil kunci gembok pagar lalu membuka gembok pagar.

“Masuk!” seru Pak Emir kepada Mita. Mita ragu-ragu untuk masuk. Ia takut dimararahi lagi oleh orang tuanya.

“Ada yang ingin saya bicarakan mengenai Mita kepada Bapak dan Ibu,” kata Hisyam.

Pak Emir menghela nafas. “Masuklah!” ujar Pak Emir.

Hisyam masuk ke dalam rumah Pak Emir. Mita berjalan di belakang punggung Hisyam.

“Silahkan duduk!” ujar Pak Emir. Hisyam dan Pak Emir duduk di kursi tamu berhadap-hadapan. Sedangkan Mita duduk di sebelah Hisyam, ia takut dimarahi ayahnya.

“Ada masalah apa?” tanya Pak Emir. Hisyam hendak bercerita apa yang terjadi pada Mita namun tiba-tiba Ibu Emilia datang menghampiri mereka ke ruang tamu.

“Siapa yang datang, Pak?” tanya Ibu Emilia. Ia melihat Mita duduk di sebelah laki-laki yang tak ia kenal.

“Ada yang mengantarkan Mita pulang,” jawab Pak Emir.

“Loh, bukannya dia dari tadi ada di dalam kamar?” tanya Ibu Emila dengan kebingungan.

“Dia kabur dari rumah,” jawab Pak Emir.

“Kamu ya, sudah membuat malu keluarga. Kabur lagi dari rumah! Mau kamu apa?” seru Ibu Emilia dengan marah.

Mita hanya menunduk menghadapi ibunya yang marah.

“Sudah, Bu. Sudah malam, malu didengar tetangga,” ujar Pak Emir yang berusaha menenangkan Ibu Emilia.

“Mendingan Ibu duduk di sini. Dengerin cerita Aa ini.” Pak Emir memapah Ibu Emilia agar duduk di sebelahnya.

“Lanjutkan lagi ceritanya, A!” kata Pak Emir. Hisyam menceritakan semua apa yang Mita lakukan malam ini. Ia juga menceritakan pertama kali bertemu dengan Mita.

“Astagfirullahalazim, Mita! Pendek sekali jalan pikiranmu!” Pak Emir marah besar dengan apa yang telah Mita lakukan. Mita hanya menunduk sambil menangis.

“Untung Aa ini yang menemukanmu. Bagaimana kalau orang jahat yang menemukanmu? Kamu benar-benar keterlaluan!” seru Pak Emir sambil menatap Mita dengan tajam.

“Maafkan Mita, Ayah,” ucap Mita dengan sungguh-sungguh.

Pak Emir menghela nafas. “Mulai sekarang Ibu jangan marah-marah lagi! Nanti kalau sampai Mita kabur lagi, bagaimana?” ujar Pak Emir kepada istrinya. Bagaimanapun Mita adalah anak mereka satu-satunya kalau Mita sampai pergi meningalkan rumah mereka pasti akan kesepian.

“Bagaimana Ibu tidak kesal. Dia sudah membuat aib keluarga. Mana si brengsek itu sudah meninggal, jadi tidak ada yang bertanggung jawab,” jawab Ibu Emila dengan kesal.

“Sudah, jangan menyalahkan orang yang sudah meninggal! Lagipula kalau pun dia masih hidup belum tentu dia mau bertanggung jawab,” ujar Pak Emir agar Ibu Emilia tidak marah-marah lagi.

Pak Emir menatap Hisyam. Di jaman sekarang masih ada orang yang berbaik hati menolong putri mereka tanpa dengan mengambil kesempatan di dalam kesempitan.

“Aa siapa namanya?” tanya Pak Emir kepada Hisyam.

“Saya Hisyam,” jawab Hisyam.

“Terima kasih telah menolong putri kami,” ucap Pak Emir.

“Sama-sama, Pak,” jawab Hisyam.

“Mengenai pemeriksaan kandungan Mita, Bapak dan Ibu bisa membawa Mita ke tempat praktek pribadi saya. Gratis kok, Pak. Tidak akan saya pungut bayaran,” kata Hisyam. Hisyam mengambil kartu namanya dari dalam dompet lalu diberikan kepada Pak Emir.

“Terima kasih, Pak Dokter. Nanti akan kami pertimbangkan,” jawab Pak Emir. Pak Emir mengubah panggilannya kepada Hisyam setelah mengetahui Hisyam seorang dokter.

“Kalau begitu saya pamit pulang. Assalamualaikum.” Hisyam beranjak dari tempat duduk.

“Waalaikumsalam,” jawab Pak Emir. Hisyam meninggalkan rumah Pak Emir.

***

Hisyam merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Rasanya hari ini ia sangat cape sekali. Pasiennya banyak sekali ditambah lagi dengan menghadapi Mita yang hendak bunuh diri. Hisyam jadi teringat kepada Mita. Ia merasa kasihan kepada gadis itu. Memang Mita salah sehingga ia hamil di luar nikah, tapi bukan berarti harus terus saja dipojokkan. Seharusnya Mita dirangkul agar ia tidak tertekan dengan kehamilannya.

Terbesit dipikiran Hisyam untuk menolong Mita tapi bukan dari segi keuangan. Kalau diperhatikan Mita bukan dari keluarga kekurangan. Hisyam ingin menolong Mita dengan menjadi ayah bayinya sehingga aib Mita tidak terlihat oleh orang lain.

Hisyam bangun dari tempat tidurnya dan mengambil foto yang berada di atas nakas. Foto itu adalah foto istrinya yang sedang hamil. “Vin, bolehkan jika abang menikah lagi?” tanya Hisyam pada foto tersebut.

“Abang kasihan sama Mita. Dia anak yang baik namun nasibnya tidak beruntung. Abang ingin menolongnya dengan menjadi ayah bayinya untuk menutupi aibnya. Kamu tidak usah khawatir Abang tidak akan melupakanmu dan anak kita. Kalian akan selalu berada di hati Abang,” ujar Hisyam.

Hisyam mengambil foto bayi di atas nakas. Ia memandangi bayi itu. Bayi tu adalah anaknya yang meninggal di dalam kandungan istrinya. Foto itu diambil ketika bayi itu sudah dimandikan dan hendak ditutupi dengan kain kafan. Air mata Hisyam mengalir di pipinya. Ia teringat kembali kepada istri dan anaknya yang meninggal setahun yang lalu. Istrinya meninggal ketika melahirkan dan nyawa bayinya tidak dapat tertolong. Walaupun ia seorang dokter tetap saja tidak bisa menolong nyawa istri dan anaknya.

Terpopuler

Comments

Yani

Yani

Sungguh bsik dr Hisyam

2023-10-10

1

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

HISYAM TRNYARA DUDA DITINGGAL MATI OLEH ISTRI & ANAKNYA SAAT MELAHIRKN..

2023-04-17

1

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

AIB & KOTORAN YG LO LEMPARKN KE MUKA ORTU LOO, LO DILAHIRKN, DIRAWAT DI BESARKN, DISEKOLAHKN, TPI LO CORENG MUKA ORTU LO, LO SAKITI HATI ORTU LOO, LO BAWA SETENGAH KAKI AYAH, DN SAUDARA LAKI2 LO KDALAM NERAKA..

2023-04-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!