Rasa penasaran kian menyelimuti membuat Cassandra tak bisa memejamkan mata. Selama ini Yunan memang sosok pendiam dan tak pernah menceritakan tentang kehidupannya. Pun selama mereka belum menikah, pria itu lebih tertutup dan fokus apa yang ada di depannya. Namun, sekilas percakapan itu menimbulkan banyak pertanyaan tentang sosoknya.
Apa mungkin dia mantan Yunan?
Menutup wajahnya dengan bantal. Berharap lupa dengan pembicaraan itu. Akan tetapi, malah semakin membuatnya tersiksa dan ingin tahu.
''Kalau aku tanya sama dia, bisa besar kepala dong ah.'' Menggigit bibir bawahnya, bangun dan bersandar di headboard. Matanya menatap jauh ke depan di mana masa depan itu masih terlihat kelabu.
''Kalau dia mencintaiku, ngapain masih dekat dengan perempuan lain. Apa itu memang modus laki-laki mendekati setiap perempuan.'' Kesal sendiri dengan sikap lembut suaminya terhadap wanita lain.
Daripada pusing mikirin sesuatu yang tak penting, Cassandra turun. Seperti biasa, ia bersantai di taman sebelum pergi beraktivitas.
''Mau minum teh apa susu?'' tawar Yunan menyusul sang istri yang beberapa saat duduk.
''Gak usah,'' jawab Cassandra tanpa menatap.
Meski begitu, Yunan tetap membawakan secangkir teh hijau hangat kesukaannya dan juga dua potong roti bakar. Tak segan memaksanya untuk meminum. Sebab, Cassandra sering lupa makan jika sudah sibuk dengan pekerjaan.
''Mau berangkat jam berapa?" Berdiri di samping Cassandra yang duduk. Bersikap layaknya seperti dulu sebelum menikah, menjadi asisten.
''Kamu bisanya jam berapa? Hari ini cuma datang ke butik saja untuk mengambil baju. Tanda tangan nanti malam.'' Membuka laman instagram mencari berita terupdate.
''Jam berapapun aku bisa, Sayang.'' Dengan beraninya memanggil Cassandra dengan sebutan sayang.
Cassandra membulatkan matanya. Wajahnya mendadak pias. Keduanya tangannya mengepal dan siap meninju pria yang tampak cekikikan itu, namun diurungkan. Enggan pagi-pagi seperti ini harus ribut.
Padahal, beberapa peraturan sudah ditetapkan saat mereka menikah. Di antaranya dilarang lancang memanggil dengan sebutan mesra, dan melakukan sesuatu yang menjurus ke arah pernikahan, namun sering kali Yunan memang melanggarnya. Seolah perjanjian itu sudah tidak berlaku lagi.
''Jangan marah, nanti cepat tua," bisik Yunan terkekeh.
Suasana hati Cassandra sedikit reda saat melihat Rafael bergelayut manja di kaki Yunan. Beberapa kali Lolita melarang putranya untuk berdekatan dengan pria yang sering disebut gelandangan tersebut, namun bocah itu tak menghiraukanya dan tetap akrab. Seakan terlalu nyaman berada di dekatnya.
''Kuda-kudaan yuk, Om. Tapi Om yang jadi kudanya,'' rengek Rafael mendesak.
Yunan melirik Cassandra. Kemudian menatap Rafael yang menarik ujung bajunya. Lalu berjongkok mensejajarkan wajahnya dengan wajah bocah yang berusia enam tahun itu. Sepertinya ia bisa memperdaya bocah itu untuk membuka hati sang istri yang masih saja beku.
''Om mau, tapi yang naik harus tante Cassandra.''
Seketika Cassandra tersedak teh yang hampir masuk ke kerongkongan. Ia bergegas mengambil tisu dan mengusap bibirnya. Terkejut bukan main dengan ucapan Yunan. Tak disangka, pria itu berani memperalat Rafael untuk bisa dekat dengannya. Bahkan lebih.
''Setelah itu aku ya, Om?'' pinta Rafael dengan gaya imutnya.
Yunan mengangkat kedua jempol tanda setuju. Meski wajah Cassandra sudah menunjukkan kemarahan, tidak masalah, yang penting pagi ini ia bisa bermain-main dengan wanita itu.
''Aku gak mau,'' tolak Cassandra mentah-mentah. Berdekatan saja enggan, apalagi harus naik di punggung Yunan, sungguh itu membuatnya malas.
Yunan mengedipkan satu matanya ke arah Rafael. Memberi kode pada sang keponakan untuk membujuk Cassandra dengan caranya sendiri. Entah itu apa, ia harap akan berhasil.
''Ayo dong, Tante. Sebentar saja,'' bujuk Rafael memelas.
Cassandra menggeleng lalu beranjak dari duduknya. Hampir saja pergi, namun langkahnya dihadang Aldo yang baru saja datang.
''Ayolah Tante sekali ini saja.'' Kedua bocah itu berdiri di depan Cassandra dan mengatupkan kedua tangannya. Memohon dengan sangat untuk memenuhi permintaannya.
Wajahnya tetap imut. Tapi sayang, tanduknya sudah mulai keluar.
Yunan menahan tawa melihat kemarahan sang istri. Tentu itu tidak membuatnya takut, justru ingin melihat reaksi kemarahan wanita itu.
''Tante sibuk.'' Masih mencari alasan untuk pergi.
Namun, itu tidak berpengaruh pada Aldo dan Rafael, mereka malah berlutut dan menangis di kaki Cassandra, terus memohon untuk dikabulkan.
Karena merasa risih, terpaksa Cassandra memenuhi permintaan mereka. Ia mengikuti langkah ketiga lelaki itu menuju ruang santai yang ada di belakang rumah. Selain sepi dari pelayan, di sana juga jarang dikunjungi keluarga.
''Ingat ya, ini demi Rafael dan Aldo,'' bisiknya di telinga Yunan.
Tidak ada jawaban selain senyum kecil yang terukir dari sudut bibir Yunan. Sangat bahagia pagi-pagi mendapat hadiah istimewa dari Aldo dan Rafael.
Yunan merangkak lalu menepuk punggungnya. Memberi kode pada Cassandra untuk naik. Memainkan mata dan bibirnya ke arah wanita yang yang sangat dicintainya itu.
''Ayo naik, keburu ibu datang,'' lirihnya. Bukan takut, tapi sungkan saja jika dilihat salah satu keluarganya.
Dengan malu-malu, Cassandra duduk di punggung Yunan. Kedua tangannya mencengkram kerah piyama sang suami sambil memejamkan mata. Sungguh, situasi ini membuatnya ingin menangis, bagaimana bisa ia tertipu oleh kedua bocah ingusan itu.
Di tengah permainan, tiba-tiba suara deheman menghentikan Yunan yang hampir mencapai satu putaran. Ia menoleh ke arah pintu masuk, nampak Margareth berdiri di sana dengan kedua tangan melipat di dada.
Cassandra segera pergi mendekati sang ibu dan menjelaskan bahwa semua itu tak seperti yang dilihat. Lalu, mengajaknya pergi sebelum memarahi Yunan yang memang dalang dari semuanya.
Seperginya istri dan mertuanya, Yunan kembali bermain dengan kedua keponakannya. Menerka-nerka apa yang dibicarakan mereka di belakangnya.
''Jangan bilang kamu mulai jatuh cinta dengan laki-laki sampah seperti Yunan,'' pekik Margareth dipenuhi amarah.
''Itu permintaan Aldo dan Rafael, Ibu. Tadi mereka merengek dan memintaku untuk melakukannya, gak lebih." Kembali meyakinkan.
''Yakin?'' tanya Margareth menyelidik. Menatap sorot mata Cassandra yang dipenuhi kebimbangan.
Cassandra mengangguk yakin lalu memeluk Margareth dengan erat.
''Tenang, Ibu. Sampai kapanpun aku tidak akan mencintai Yunan. Suatu saat nanti aku akan mendapatkan suami seperti yang ibu harapkan,'' ucap Cassandra dengan mata berkaca-kaca.
Entah sampai kapan ia akan mengabulkan permintaan Margareth, namun saat ini belum bisa berpisah dengan Yunan. Suami yang memang selalu ada di setiap saat untuknya, bahkan melebihi kaki dan tangannya sendiri.
Tak sengaja Yunan mendengar ucapan itu dari balik dinding. Ia menekan dadanya yang terasa sakit luar biasa. Seolah ditusuk seribu pisau.
Bagaimana tidak, Cassandra adalah cinta pertama Yunan. Sejak pertama kali bertemu, ia sudah menyukai gadis itu hingga berjalannya waktu pun tak menyurutkan cintanya yang begitu besar. Bisa dikatakan cinta pada pandangan pertama.
Jika itu bisa membuatmu bahagia. Aku akan kabulkan. Tapi aku harus tahu siapa laki-laki yang kamu cintai. Apakah dia benar-benar mencintaimu atau hanya mempermainkanmu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Yumie Ayumia Atashi
/Awkward//Facepalm/
2023-12-13
0
Praised94
nitip lapak baca dulu ya
2023-10-23
0
Siti Sopiah
Yunan kau tu org Islam jgn Jd lelaki/.suami dayus
2023-10-17
2