Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, namun rumah masih terlihat sangat ramai. Ada dua mobil yang terparkir di halaman depan, salah satunya adalah milik Lolita, kakak pertama Casandra, sedang yang satunya milik Malena kakak keduanya. Sama seperti Margareth, mereka berdua pun tak menyukai Yunan dan menganggap pria itu parasit. Bahkan dalam acara apapun tak pernah mengundangnya.
Mengucilkan dan mengabaikan, selalu merendahkan dan mengolok, membanding-bandingkan dengan suaminya yang kaya raya dan memiliki pekerjaan mapan. Selalu menghasut Cassandra untuk meminta cerai. Itu hal yang biasa bagi Yunan. Hanya satu harapannya, sang istri tidak termakan dengan omongan mereka.
''Aku mau mandi, nanti kalau butuh sesuatu langsung ke kamar saja.'' Yunan langsung meninggalkan Cassandra. Ia masuk dari pintu belakang. Bukan takut mendengar ejekan mereka, akan tetapi kasihan dengan Cassandra yang pasti kena imbasnya.
Suara anak kecil memanggil menghentikan langkah Yunan yang hampir membuka pintu kamar. Pria itu menoleh dan tersenyum. Melambaikan tangannya ke arah dua bocah yang sedang bermain di dekat ruang makan, jauh dari kedua orang tuanya yang sombong itu.
Mereka mendekati Yunan dan ikut masuk ke kamarnya. Keduanya menyusuri tempat itu sambil mendekap mobil remot. Seperti biasa, dilanjut naik ke atas ranjang dan lompat-lompat di sana.
''Awas jatuh ya, om mau mandi dulu,'' ucap Yunan mengingatkan.
Melepas baju dan meletakkannya di keranjang kotor. Mengambil handuk lalu ke kamar mandi meninggalkan dua keponakannya yang asyik bermain.
''Kamu tumben pulang malam? Gak dijemput Yunan?'' tanya Lolita menyelidik.
''Dijemput, tadi dia mampir ke rumah ibunya dulu. Katanya ketiduran, jadi kemalaman,'' jawab Cassandra jujur.
Margareth hanya terdiam, ia lebih fokus dengan majalah di tangannya. Memilih-milih baju trend masa kini, juga perhiasan terbaru yang sedang viral diburu para istri bangsawan.
''Kamu kenapa sih, gak mau cerai dengan dia? Kamu itu cantik, masih muda. Karir kamu bagus, pasti bisa mendapatkan suami yang lebih baik. Mas Lutfi banyak teman di kantor, barang kali kamu tertarik,'' kata Malena berbisik.
''Iya. Mas Novan juga punya banyak kolega bisnis yang masih single, kalau kamu mau, kakak bisa bantu,'' imbuh Lolita.
Cassandra tak menjawab. Berulang kali mereka mengucap seperti itu, namun ia memang tak pernah tertarik. Entahlah, meski rasa cinta itu tak pernah ada, namun ia merasa nyaman saat berada di dekat Yunan. Seolah ada sesuatu yang mengikat mereka, mungkin pernikahan.
''Untuk sekarang aku mau fokus dengan kerjaan dulu, Kak. Berkali-kali aku meminta cerai, tapi Yunan tidak mengabulkannya, sekarang surat nikah pun di sembunyikan sama dia,'' jawab Cassandra pasrah.
Sebenarnya banyak jalan jika mau berpisah, hanya saja ia tak mau menyibukkan diri untuk itu. Toh Yunan juga tak merepotkan hidupnya.
''Oh iya, maksud kedatangan kakak ke sini mau mengundangmu ke acara ulang tahun mas Lutfi besok. Dia akan merayakannya besar-besaran, kamu datang ya,'' pinta Lolita penuh harap.
''Baiklah, tapi mungkin akan sedikit terlambat, aku mau tanda tangan di butik mbak Syima. Dia memintaku menjadi bintang iklan baju gamis terbarunya,'' jawab Cassandra setuju.
Tak dapat dipungkiri, wanita yang genap berusia dua puluh lima tahun itu memang sangat sibuk dalam segi pekerjaan. Siang malam hampir tak punya waktu santai di rumah. Hanya hari minggu saja, itu pun masih ada beberapa pihak yang membutuhkannya.
''Itu saja, 'kan? Aku ke kamar dulu.'' Cassandra berdiri dari duduknya dan langsung ke kamar. Ia butuh istirahat lebih sebelum besok kembali disibukkan dengan pekerjaan yang menumpuk.
''Ada-ada saja acaranya, aku beli kado apa ya untuk kak Lutfi?" Menghempaskan tubuhnya di ranjang. Membuka ponsel dan mencari-cari kado yang tepat untuk kakak iparnya tersebut.
''Kayaknya Yunan lebih paham tentang kado untuk laki-laki.'' Tiba-tiba nama suaminya melintas saat ia kebingungan.
Segera mengirim pesan ke nomor pria tersebut. Meminta saran kado apa yang tepat untuk kakak iparnya yang kaya raya itu. Tentu bukan barang yang murahan, harus berkelas.
Pesan terkirim dan ditandai centang dua, namun belum dibaca. Ia mencoba melakukan panggilan telepon. Tetap sama, tidak diangkat. Terpaksa Cassandra harus menemui secara langsung. Sebab, besok sudah tak ada waktu untuk membahas itu.
Suara teriakan Rafael dan Aldo dari dalam kamar Yunan menggema. Cassandra yang sudah tiba di belakang pun bergegas membuka pintu kamar suaminya. Betapa terkejutnya melihat dua keponakannya itu memporak porandakan baju yang ada di tempat itu.
''Asta __" Cassandra menghentikan ucapannya saat sebuah tangan membungkam bibirnya dari belakang.
''Astagfirullah…'' sahut suara berat sembari tersenyum kecil. Siapa lagi kalau bukan Yunan yang baru saja dari kamar mandi.
Membelokkan ucapan supaya lebih terdengar berfaedah.
''Ngapain ke sini, katanya tadi ngantuk, kok belum tidur?'' tanya Yunan berbisik. Mengikis jarak antara keduanya hingga aroma parfum yang melekat dari tubuh sang istri begitu menusuk.
''Jangan ge-er, aku ke sini cuma mau tanya,'' jawab Cassandra ketus. Menatap sekilas rambut Yunan yang tampak basah.
Yunan terkekeh. Perkataan ketus itu sudah menjadi santapan setiap hari hingga ia tak begitu terkejut, hanya saja heran melihat wanita itu mendatanginya malam-malam seperti ini.
''Besok kak Lutfi ulang tahun, aku bingung mau kasih kado apa. Kamu bisa bantuin aku, 'kan?'' Cassandra memalingkan pandangan ke arah lain.
''Bisa, tapi ada satu syarat,'' ucap Yunan menggoda.
''Apa?'' tanya Cassandra masih dengan nada dingin.
Belum sempat menjawab, ponsel Yunan berdering. Ia segera masuk dan mengambilnya. Kemudian kembali menghampiri Cassandra yang berdiri di depan pintu.
Tak seperti ia yang langsung mengatakan tujuannya, seseorang yang menghubungi Yunan mengucapkan salam sebelum mengawali pembicaraan. Sopan dan ramah seperti halnya sang mertua.
''Ada apa, Bu Bidan?'' Yunan melirik Cassandra yang tampak merengut dan fokus mendengarkan pembicaraannya.
''Gak pa-pa, tadi bu Layin minta tolong padaku untuk menelpon mas Yunan. Handphonenya jatuh dan gak bisa dipakai lagi. Apa mas Yunan sudah sampai?'' tanya suara lembut dari seberang sana.
''O gitu ya, katakan pada ibu kalau aku sudah sampai. Bilang juga sama ibu kalau besok aku akan beliin handphone yang baru,'' ucap Yunan meminta tolong.
''Baik, Mas. Maaf ganggu,'' ucap Bidan Citra merasa bersalah.
Yunan tertawa kecil dan kembali menjawab salam, lalu memutus sambungan teleponnya. Mendekati Cassandra yang bersandar di dinding sembari mendengar percakapannya dengan Citra.
''Besok aku akan beli kado untuk kak Lutfi, sekalian beli handphone untuk ibu. Sekarang kamu tidur, sudah malam,'' suruh Yunan lembut.
Cassandra segera pergi meninggalkan sang suami. Dalam hati menerka-nerka wanita yang berbicara dengan suaminya.
Siapa dia? Sepertinya sangat akrab dengan Yunan dan ibunya.
Tiba-tiba ada sesuatu yang membuat hatinya berdenyut nyeri mengingat percakapan ramah antara suaminya dan wanita yang dipanggil bu bidan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Fitri
Assalamualaikum awal dari beni2 cinta.
2023-11-01
0
Praised94
nitip lapak baca dulu
2023-10-23
1
Imam Sutoto Suro
top deh lanjut
2023-09-14
0