Makin lama mereka bersama, makin dekat hubungan keduanya dan semakin tidak menampakkan jarak. Ara pun diam saja mendengarnya. Hatinya berguncang hebat kalau mendengar penuturan Rain hari ini. Ia pikir Rain hanya ingin mempermainkannya. Tapi ternyata...
"Kau mau, kan?" tanya Rain sambil mendekatkan wajahnya ke Ara.
"Kalau aku tidak mau, bagaimana?" goda Ara kepada Rain.
"Aku akan memaksanya."
"Kalau masih tidak mau?"
"Aku akan—"
"Hm ...?"
"Ara, jangan memancingku. Udara begitu dingin." Rain memelas.
"Aku tidak memancing, hanya menggoda saja, " kata Ara tanpa merasa berdosa.
"Itu sama saja, Ara!"
Rain pun mencubit kedua pipi Ara. Ia kelihatan gemas dengan sang gadis. Ekspresi wajah Rain yang gemas membuat Ara senang mempermainkannya.
"Kau ini, ya! Kalau sudah menjadi istriku saja, tak akan kubiarkan kau keluar kamar walau sedetik juga!" seru Rain kepada Ara.
Ara pun segera melepaskan diri dari pelukan sang pangeran. "Rain. Ssst. Jangan berkata seperti itu, kita ini di dekat pemukiman penduduk."
Ara pun memberi isyarat kepada Rain karena khawatir ada yang mendengar percakapan mereka. Rain juga diam seketika sambil menutup mulutnya. Ara sengaja menjauhkan diri dari Rain agar percakapan itu tidak berlanjut lagi. Ara ingin menjaga nama baik pangerannya.
.........
"Rain ... maafkan aku .... "
Ara pun tertunduk di dalam kamarnya saat mengingat kenangan itu. Ia merindukan masa-masa dulu. Tanpa menyadari jika Xi melihatnya dari balik pintu. Xi ikut merasakan sedih. Ia juga terlihat tidak tega. Tapi ambisi itu sudah menyelimuti hatinya.
Aku tahu hatimu hanya untuk Rain, Ara. Tapi izinkan aku menggantikannya. Aku tertarik padamu dan ingin memilikimu. Maka lupakan dia dan bersamaku selamanya. Aku yakin pasti bisa membahagiakanmu.
Xi menunduk sedih saat melihat air mata Ara yang jatuh. Ia kemudian memutar otak agar Ara tidak bersedih lagi. Xi masuk ke kamar Ara lalu melepas rompi kerajaannya. Sontak Ara pun terkejut seketika.
"Selamat malam, Ara. Hari sudah semakin larut. Tidurlah bersamaku," kata Xi yang sontak membuat Ara terkejut.
"Ap-apa?! "
Ara pun jadi takut. Jantungnya berdebar kencang bukan kepalang.
Xi tersenyum. "Tidurlah." Xi menepuk-nepuk kasur mewah yang ada di dalam kamarnya.
Sontak Ara pun berniat melarikan diri. "Ara!!!" Namun, Xi terburu menangkapnya. Ara pun tidak bisa lari lagi. Sang pangeran tepat berada di belakang tubuhnya.
"Menurutlah padaku, Ara. Maka semua akan baik-baik saja. Jangan nakal, nanti aku bisa khilaf."
Xi pun berbicara di telinga Ara dengan intonasi penekanan yang membuat jantung Ara berdebar. Ara takut sejadi-jadinya.
"Pangeran, tolong jangan membuatku ketakutan," pinta Ara sambil memejamkan matanya.
Xi tahu jika semua sikap agresifnya malah akan membuat Ara takut. Tapi ia juga entah mengapa tidak bisa menahan dirinya untuk menjaga wibawa sebagai seorang pangeran di hadapan Ara. Rasa ketertarikan yang ada pada dirinya begitu besar terhadap gadis penjaga pohon surga. Yang mana energi antara keduanya bertabrakan dan menimbulkan gesekan yang besar. Xi menyadari jika Ara juga mempunyai kekuatan.
Daya tariknya begitu besar. Aku bisa kalah jika lama-lama dekat dengannya. Kutukan ini bisa memberontak keluar. Dia mampu menarik apa saja yang ada di sekitarnya.
Lantas Xi pun menjauhkan dirinya. Ia memberi ruang untuk Ara bernapas lega. Ia kemudian duduk di sofa tunggal yang ada di sudut kamar. Xi memakan buah anggur yang tersedia di atas mejanya.
"Ara, duduklah bersamaku." Xi pun meminta Ara untuk duduk dan tidak berada di dekat pintu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments