Beberapa jam kemudian...
Ara terduduk di kursi berukir emas yang ada di kamarnya. Ia tampak melihat langit yang gelap malam ini. Hujan pun mulai turun membasahi bumi. Saat itu juga kenangannya bersama Rain saat hujan turun teringat kembali. Di mana hari itu adalah hari yang bersejarah bagi Ara. Ara merindukan pangerannya.
.........
"Kau tidak menyesal pergi denganku kan, Ara?" tanya Rain dari belakang sambil melajukan kudanya. Keduanya baru saja pulang dari bukit pohon surga dan masih berada dalam perjalanan. Namun, langit terlihat mendung seperti akan menumpahkan curah hujan.
"Eh, kenapa kau bisa berpikir seperti itu?" tanya Ara kepada Rain.
"Dari tadi kau selalu meminta pulang, aku merasa—"
"Ssst. Aku khawatir penghuni istana mencari kita karena ada keperluan mendesak. Bagaimana coba? Kita kan bisa berpergian di lain hari." Ara menyemangatinya.
"Baiklah. Tapi kau janji, ya?"
"Iya, bawel."
Ara mengusap pipi kanan Rain seraya menatapnya dari bawah. Rain pun melihat Ara sejenak. Ia tersenyum bahagia sambil terus melajukan kudanya. Mereka pun menyusuri hutan sebelum gelap datang. Namun, rintik-rintik hujan itu tiba-tiba menghadang. Semakin lama semakin deras hingga membasahi pakaian keduanya. Rain pun segera mencari tempat berteduh untuk mereka.
"Ara, kita berteduh dulu."
Rain mengarahkan kudanya menuju pemukiman penduduk. Terlihat ada gubuk yang bisa mereka gunakan untuk berteduh. Rain pun segera turun dari kudanya lalu membantu Ara. Mereka masuk ke dalam gubuk itu.
"Kau kebasahan, Ara."
Ara terlihat memeluk dirinya sendiri. Rintik-rintik hujan yang menyatu menjadi besar membuat gaunnya basah dan merasa kedinginan. Rain pun segera menawarkan jubahnya untuk dipakaikan ke Ara.
"Sepertinya sudah memasuki musim hujan. Ini, pakailah jubahku." Rain memakaikan jubah merah miliknya kepada Ara. "Bagaimana, sudah terasa hangat?" Rain sibuk sendiri.
"Belum, udaranya begitu dingin apalagi memasuki waktu malam seperti ini," jawab Ara yang kedinginan.
"Apakah aku harus membuka baju dan celanaku?" tanya Rain lagi.
"Eh! Mau ngapain?!" tanya Ara yang sedikit menjauh darinya.
"Sudah, jangan menghindar lagi. Kau milikku, Ara!"
Rain menarik lalu memeluk Ara dengan erat tanpa dipinta. Diberinya kehangatan yang meresap hingga ke sumsum tulang sang gadis. Ara pun menikmatinya. Rain berulang kali mengusap-ngusap lengan Ara untuk memberikan kehangatan. Ara pun merasa nyaman bersama Rain.
"Harusnya kau tidak memakai gaun yang seperti ini. Bagian atasnya terbuka. Nanti bisa masuk angin." Rain menunjukkan perhatiannya kepada Ara.
"Aku kan belum pernah mencobanya. Jadi ya aku pakai," bela sang pemilik bola mata hitam yang mencuri hati Rain.
"Oh, ya. Di istana jangan mengenakan gaun sembarangan, ya!" pinta Rain lagi.
"Sembarangan, maksudmu?" tanya Ara sambil melihat ke arah Rain.
"Jangan terlalu terbuka. Pakai yang ada lengannya dan bagian atasnya tertutup." Rain melanjutkan.
"Mengapa seperti itu?" tanya Ara lagi.
"Aku tidak ingin ada yang melihat tubuhmu selain aku."
Jantung Ara pun seakan berhenti berdetak mendengar Rain mengucapkan kalimat itu. Ara merasa benar-benar dimiliki olehnya.
Hatiku...
"Nanti jika pekerjaanmu dengan kak Cloud sudah selesai, bekerjalah padaku."
"Eh?"
"Aku tidak ingin kehilanganmu, Ara. Kalau bisa, menetaplah selamanya di istana," ungkap Rain.
"Memangnya bisa?" tanya Ara lagi.
"Bisa, jika kau mau menikah denganku dan merawat anak-anakku kelak."
"Rain!"
"Aku serius kali ini, Ara. Jangan anggap ini hanya sebagai senda-gurau belaka."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
T o R a 21
sbenar'y cinta sm sapa sih rain apa could..gk jelas dah..masa cinta sm 2 cowo..
2023-04-13
0