Nami merasa bingung. Ia membesarkan bola matanya karena tak percaya jika Cino lah yang akan masuk ke dalam mobil, bukan Ken, teman dari sepupunya.
"Maaf, Nami. Aku yang akan mengantarmu malam ini. Ini semua ulah adikku. Jadi mohon dimaafkan." Cino mengumbar senyumnya dalam cahaya lampu taman yang bersinar terang. Saat itu juga Nami jadi malu sendiri. Ia merasa telah dikerjai.
Jadi Nara bekerja sama dengan Ken untuk membuat kami dekat?
Mau tak mau pikiran Nami pun tertuju ke arah sana. Dimana Nami juga sudah mengenal Ken sebelumnya, adik kandung dari Cinos Levi Wirata.
"Em, Kakak Besar. Maaf malam ini aku harus merepotkamu." Nami jadi tidak enak sendiri.
Cino tersenyum. "Adikku yang telah mengatur semuanya untukku. Dari awal dia sudah merencanakannya bersama Nara.
Dan ini hasilnya." Cino mulai menyalakan mesin mobilnya.
Nami jadi tidak enak sendiri. Ia tertunduk tak enak hati.
"Baiklah. Aku antarkan kau pulang ya." Cino pun mulai melajukan mobilnya.
Nami mengangguk, mobil pun mulai melaju, keluar dari halaman rumah keluarga besar. Tampak sorot lampu taman mengiringi kepergian keduanya. Nami pun sesekali melihat ke arah Cino yang duduk di sampingnya. Sedang Cino tampak tersenyum sambil menyetir mobilnya. Pertemuan malam ini sungguh tak disangka olehnya.
Sesampainya di rumah Nara...
Nami dan Nara tinggal satu rumah. Ibu Nara yang merupakan bibi Nami mempersilakan Nami untuk tinggal sampai akhir masa kuliah. Semua itu ia lakukan untuk membalas jasa kepada ibu Nami di desa. Yang mana merupakan kakak kandung dari ibu Nara sendiri. Berkat ibu Nami, ibu Nara bisa menyelesaikan kuliahnya. Dan kini ibu Nara bergantian membalas jasanya.
Kini Nami tengah memasuki semester-semester akhir di kampusnya. Ia mengambil fakultas farmasi untuk mendalami bidang pengobatan yang ada. Nami adalah mahasiswi berbakat dengan segudang talenta. Namun sayang, ia jarang membuka diri ataupun bersosialisasi dengan teman sebayanya. Nami lebih suka menghabiskan waktu di dalam kamarnya. Membaca buku pengobatan atau melakukan percobaan. Semua itu ia lakukan untuk menambah wawasan.
"Em, Kakak Besar. Terima kasih telah mengantarkanku pulang." Nami pun keluar dari mobil Cino.
Cino ikut keluar dari mobilnya. Malam yang larut tampak membuat Nami kedinginan dengan gaunnya yang sedikit terbuka. Cino pun berinisiatif untuk memberikan rompi jasnya.
"Pakailah ini." Cino pun menyerahkan rompi jasnya kepada Nami.
"Em, tidak perlu, Kakak. Aku sudah di depan rumah. Aku langsung masuk saja ya. Sekali lagi terima kasih." Nami pun berpamitan seraya tersenyum kepada Cino.
Cino mengangguk. Raut wajahnya seakan tak rela pertemuan ini segera berakhir. Sedang Nami sudah ingin beranjak masuk ke rumah bibinya.
"Nami."
"Ya?"
"Em ...," Cino seperti kebingungan untuk mengungkapkan apa yang ingin ia katakan. "Terima kasih atas lagu dan juga bunganya." Ia akhirnya mengutarakan.
Nami tersenyum, ia mengangguk. "Sampai nanti, Kakak Besar."
Nami pun segera membuka gerbang rumah bibinya. Tanpa sadar jika Nara melihatnya dari lantai dua kamar tidurnya.
Jadi Ken meminta kakak besar untuk mengantar Nami pulang? Dia benar-benar adik yang berbakti.
Nara pun merasa senang dengan kemajuan yang ada. Ia lalu mengambil ponsel untuk memotret Cino yang menunggu Nami masuk ke dalam rumahnya. Nara pun segera melaporkan apa yang terjadi kepada Ken. Sedang Cino sendiri tampak enggan pergi dari depan rumah Nami. Ia masih ingin bersama.
Dia memang cantik. Tapi apakah mau dengan pria sepertiku?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments