MENGEJAR

Pak Prapto harus memutari mobilnya untuk bisa mengejar kakek tua yang bergerak masuk ke dalam gedung sekolah. Selama beberapa detik kakek tua itu lepas dari pantauannya. Ia tidak mungkin melewati jalan langsung mengejar kakek tua tua itu karena mobilnya terlalu mepet ke parit. Setelah tertinggal selama beberapa detik ternyata Pak Prapto kehilangan jejak kakek tua itu.

“Kakek! Di mana kamu, Kek?” teriak Pak Prapto sambil melangkah menuju pintu gerbang yang terbuka sedikit.

Tidak ada sahutan dari dalam area gedung sekolah seolah-olah kakek tua itu tidak memperdulikan panggilan Pak Prapto. Kali ini Pak Prapto sudah kehabisan kesabaran. Ia sudah lelah selalu diteror oleh kakek tua itu. Kali ini ia ingin berhadapan langsung dan melawan kakek tua itu. Ingin minta penjelasan kepada kakek tua itu apa alasannya selalu mengganggunya.

Pak Prapto masuk melalui pintu gapura yang terbuka sedikit itu. Pandangannya tertuju pada pos Satpam yang tidak berpenghuni itu. Ia pernah bertemu dengan Satpam yang menjaga sekolah tersebut yaitu pada saat Satpam itu dipanggil sebagai saksi pada kasus terbunuhnya Pak Misnanto.

“Kakek!!!” Kembali Pak Prapto memanggil kakek misterius tadi sambil berjalan masuk melewati pos Satpam itu.

Penerangan lampu di antara dua gedung yang menjadi lorong untuk masuk ke area sekolah tidak cukup terang karena hanya menggunakan lampu 10 watt. Mungkin pihak sekolah sengaja menggunakan lampu yang tidak terlalu terang agar menghemat penggunaan daya listrik. Pak Prapto melangkah menuju lorong itu untuk mengejar kakek tua. Ia yakin kakek tua itu pasti juga melewati lorong tersebut. Pak Prapto secara perlahan melangkah melewati lorong dan akhirnya ia berada di bagian dalam area sekolah dengan bentuk bangunan yang melingkar. Sayangnya, dari seluruh gedung tersebut semua lampunya dimatikan dan hanya menyisakan satu ruangan yang lampunya masih menyala. Mungkin itu adalah ruangan kantor.

“Duh, gelap sekali. Ke mana perginya kakek tua itu?” Pak Prapto bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

Belum terjawab pertanyaannya, tiba-tiba Pak Prapto mendengar derit bunyi besi yang sedang bergeser. Sumber suara itu berasal dari arah belakang pria tersebut. Pak Prapto menoleh ke belakang untuk memastikan suara apakah itu? Dan pria itu terkejut karena itu adalah suara pintu gerbang yang menutup dengan sendirinya. Pak Prapto pun merasa ada sesuatu yang tidak beres di tempat itu. Belum juga terjawab rasa penasarannya, tiba-tiba lampu penerangan di lorong itu padam. Dan pada saat itu Pak Prapto dari ekor matanya melihat sosok kakek tua yang sedang berdiri menatap dirinya namun kondisi kakek tua itu jauh berbeda dengan yang ia lihat sebelumnya. Wajahnya dan tubuhnya penuh luka dan sorot matanya sangat menyeramkan. Karena takut pria itu pun berlari ke arah pintu gerbang yang sudah dalam kondisi tertutup itu.

Saat Pak Prapto berlari menuju pintu gerbang, pria itu merasa ada yang mengikutinya dari belakang. Pria itu tidak berani menoleh karena ia sangat yakin kalau yang sedang mengikutinya saat itu adalah sosok menyeramkan kakek tua itu. Yang ada dalam pikiran Pak Prapto saat itu adalah bagaimana caranya ia bisa segera keluar dari area sekolah tersebut.

Prang! Prang!

Pak Prapto berusaha menarik pintu gerbang besi yang dalam kondisi tertutup itu dengan sekuat tenaganya. Sayangnya, tenaganya tidak berarti apa-apa karena pintu gapura itu sepertinya sudah terkunci dengan rapat dan sulit untuk dibuka. Bayang-Bayang ketakutan semakin dirasakan oleh Pak Prapto karena ia merasa sosok kakek tua itu semakin dekat dengan posisinya saat ini. Sementara segala upaya yang ia lakukan untuk membuka pintu gerbang tidak berguna sedikitpun. Bahkan dalam keadaan sudah berputus asa, Pak Prapto berusaha untuk memanjat pintu gerbang itu. Sayangnya, ia harus mengurungkan niatnya karena dengan postur tubuhnya yang sekarang tidak mungkin ia bisa bergelantungan di pagar. Ujung-Ujung pagar itu dibuat cukup tajam dan jarak antara besinya cukup rapat dan tinggi sekali. Mau tidak mau pria itu pun kembali menggunakan tenaganya untuk membuka paksa pintu pagar tersebut.

Usaha keras yang dilakukan Pak Prapto hanya sia-sia karena pintu gerbang itu tetap berdiri kokoh dan tertutup dengan rapat. Kali ini Pak Prapto dapat merasakan bahwa sosok yang sedang mengikutinya sudah berada tepat di belakangnya. Keringat dingin pun mengucu deras dari pori-pori kulit polisi senior itu. Ia pun menarik napas dalam-dalam saat punggungnya disentuh dari belakang oleh seseorang. Tidak ada gunanya untuk lari lagi. Pak Prapto sudah bersiap menghadapi sosok kakek menyeramkan itu. Dengan segenap keberanian yang masih tersisa, Pak Prapto pun menoleh ke belakang.

“Pak Prapto!!!”

“Pak Rudi!!!”

Kedua pria itu pun saling bertatapan dengan penuh rasa keterkejutan.

“Apa yang sedang Pak Prapto lakukan di sini?”

“Ka-kamu …”

Keduanya sama-sama tergagap. Pak Prapto merasa sedikit lega karena sosok yang sedang ada di hadapannya sekarang bukanlah hantu seperti yang ia duga. Melainkan Pak Rudi, kepala sekolah yang telah menghubunginya pada saat penemuan mayat Pak Misnanto di ruang perpustakaan sekolah tersebut.

“Iya, saya Pak Rudi. Pak Prapto ngapain di sini malam-malam?”

“Eeeee … Saya-“

“Apa Pak Prapto sedang mencari bukti tambahan di sini?”

“I-iya, Pak Rudi. Saya sedang mencari bukti tambahan untuk kasus Pak Misnanto.”

“Kenapa malam-malam ke sini, Pak Prapto? Dan kenapa tidak menghubungi saya dulu?”

“Anu, Pak. Saya sebenarnya tidak berniat ke sini. Cuma pas lewat sini kok kelihatan lampu kantor menyala. Saya pikir tidak ada salahnya kalau saya mampir sebentar.”

“Oooo … Kebetulan saya sedang lembur karena ada pekerjaan sekolah yang harus segera diselesaikan. Tapi, barusan sudah selesai jadi saya sudah mau pulang.”

“Oooo begitu. Hm … kalau begitu saya balik lagi saja kapan-kapan untuk mencari barang bukti yang lain.”

“Sebaiknya begitu, Pak Prapto. Kalau malam di sini kondisinya kurang nyaman.”

“Kenapa kalau malam, Pak Rudi?”

“Ya nggak apa-apa. Cuma kalau malam ntar Pak Prapto nggak ada yang bisa menemani. Konsumsi juga nggak ada karena semua karyawan sudah pulang. Lebih baik Pak Prapto kembali lagi besok atau lusa. Nanti saya bantu untuk menemukan barang bukti yang lain.”

“Hm … Baiklah kalau begitu. Oh ya .. Pintu gerbangnya agak susah dibuka, ya?”

“Nggak kok, Pak. Gampang kok cara bukanya tinggal ditarik saja kayak gini.”

“Loh!”

Pak Prapto tertegun saat melihat Pak Rudi dengan mudahnya membuka pintu gerbang tersebut.

“Monggo, Pak!”

“Terima kasih, Pak Rudi!”

Akhirnya Pak Rudi dan Pak Prapto pun meninggalkan area sekolah menuju rumahnya masing-masing. Istri Pak Prapto saat itu masih dalam kondisi tertodur nyenyak di dalam mobil. Jadi ia tidak mengetahui kalau suaminya sudah mengalami beberapa peristiwa aneh di area sekolah tersebut. Sepeninggal Pak Prapto dan Pak Rudi, sesosok bayangan kakek tua sedang berdiri di pintu gerbang dalam keadaan menyedihkan. Ia menangis tersedu-sedu seperti menahan rasa sakit yang teramat sangat.

BERSAMBUNG 

Terpopuler

Comments

Vita Liana

Vita Liana

makin penasran

2024-04-02

0

angel

angel

rasa curiga sama pak rudi ko datang lagi ya thor🤦🤦

2023-05-10

0

Ayuk Vila Desi

Ayuk Vila Desi

siapa ya kakek itu

2023-04-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!