Pak Prapto sampai di rumahnya pukul setengah lima sore. Ia masih belum berani berkendara malam hari semenjak kejadian kemarin. Istri polisi tersebut menyambut kedatangan pria tersebut dengan menyajikan masakan kesukaan Pak Prapto.
“Mas, habis Isya bisa ngantar aku belanja bulanan, nggak?” tegur istrinya.
“Ke mana, Dik?”
“Ke tempat biasa, Mas. Sekaligus jalan-jalan. Lama kan kita nggak jalan-jalan?”
“Hm …” Pak Prapto kembali teringat dengan kejadian tidak mengenakkan semalam. Terlebih tempat yang akan dituju ia dan istrinya harus melewati SMU Negeri 14 tersebut.
“Kenapa, Mas? Apa Mas keberatan?” Nada pertanyaan istri Pak Prapto mulai tidak enak.
“Nggak apa-apa, Dik? Naik motor, kan?” Pak Prapto berusaha melobi istrinya agar mau naik motor saja untuk meminimalisir penumpang gelap yaitu kakek misterius itu.
“Lah, belanjaannya mau ditaruh di mana, Mas? Mas tahu sendiri kan kita mau belanja beras dan sembako lainnya. Kalau Mas memang nggak bisa ya nggak apa-apa aku bisa belanja di tempat lain, tapi tentunya harganya lebih mahal. Maunya aku sih kelebihan uangnya bisa aku tabung untuk jaga-jaga kalau ada keperluan lain,” balas istri Pak Prapto dengan nada kurang enak.
“Ya sudahlah, Dik. Kita berangkat naik mobil setelah sholat Isya.” Akhirnya Pak Prapto menuruti keinginan istrinya.
“Nah, gitu dong Mas! Ya sudah aku mau siap-siap dulu.”
Pak Prapto melihat gurat kebahagiaan di mata istrinya. Sejenak pria yang sebentar lagi akan memasuki usia pensiun itu pun melupakan kegelisahannya tentang kakek misterius itu. Selepas menunaikan salat Isya, ia dan istrinya pun berangkat ke mall yang letaknya di jantung kota. Istri Pak Prapto duduk di sebelah polisi baik tersebut. Sesekali Pak prapto melirik ke arah kaca dashboard untuk memastikan bahwa kakek tua itu tidak berada di sana.
“Mas ini kenapa sih kayak gelisah begitu?” tegur istrinya.
“Nggak apa-apa, Dik,” jawab Pak Prapto masih berusaha berbohong.
Selanjutnya Pak Prapto pun fokus ke jalan karena ia melihat gelagat tidak nyaman dari istrinya. Ia tidak mau istrinya nanti uring-uringan akibat tindakannya. Bahkan ketika mobil mereka melewati SMU Negeri 14, Pak Prapto tetap fokus pada jalanan di depan meskipun ia merasa ada sesuatu yang terasa asing di jok belakang. Pak Prapto tidak memperdulikan hal itu lagi. Ia ingin buru-buru sampai di mall untuk mengantar istrinya.
Ting!
Suara mesin parkir membuyarkan lamunan istri Pak Prapto. Sejak di perjalanan tadi perempuan itu melamun dan ia baru tersadar bahwa ia sekarang sedang berada di basement mall. Perempuan itu menoleh ke arah suaminya yang sedang menyobek kertas dari mesin parkir. Setelah itu Pak Prapto langsung menginjak gas untuk mencari tempat yang masih kosong untuk pakir.
“Mas, biasakan mengucapkan terima kasih kepada orang yang telah membantu kita meskipun hanya bantuan kecil,” tegur istri Pak Prapto tiba-tiba.
“Maksudnya gimana, Dik? Mas kok nggak ngerti?” Pak Prapto mengernyitkan dahinya karena tidak mengerti dengan ucapan istrinya itu.
“Itu, barusan Mas kan dibantu sama kakek-kakek untuk mengambil struk parkir kok Mas nggak bilang makasih?” balas istrinya dengan nada serius.
“Kakek-Kakek? Mas barusan ngambil sendiri dari mesin parkirnya, Dik!”
“Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri, Mas. Masa Mas nggak ngelihat?”
“Dik, sekarang coba kamu pikirkan! Mana ada orang yang jagain mesin struk parkir? Lah wong mesinnya sengaja dibuat self service, kan?”
“Lupakan, Mas! Kita fokus belanja saja!” balas istri Pak Prapto dingin.
Pak Prapto tidak bisa berkutik lagi untuk melawan kata-kata istrinya. Ia tahu kalau ia terus membela diri malah akan runyam jadinya. Buktinya, sekarang istrinya sudah jalan duluan meninggalkan dirinya yang masih berada sendirian di dalam mobil. Begitu menyadari ia berada sendirian di dalam mobil yang kondisi parkirannya cukup sepi saat itu membuat Pak Prapto kembali teringat dengan sosok kakek yang dikatakan oleh istrinya.
“Jangan-Jangan …”
Pak Prapto pun buru-buru keluar dari dalam mobil dan berlari mengejar istrinya. Pak Prapto berlari menyusuri lorong di antara kendaraan yang diparkir rapi. Pada satu kesempatan tanpa sengaja kunci mobil yang ia pegang terjatuh ke bawah mobil yang sedang diparkir.
“Aduh”
Pak Prapto pun memanggil istrinya untuk menunggunya karena ia harus memungut kunci yang erjatuh di bawah mobil tersebut. Tapi, panggilannya tidak dihiraukan oleh istrinya. Sepertinya istri Pak Prapto marah karena sikap Pak Prapto yang tidak sopan terhadap kakek tua yang ia lihat. Terpaksa Pak Prapto pun menghentikan langkahnya sendirian dan menundukkan tubuhnya untuk mengambil kunci di bawah mobil itu.
“Srrrrt!” Tiba-tiba Pak Prapto melihat sekelebat kaki tiba-tiba naik ke mobil itu.
“Siapa orang itu? Apakah ia pemilik mobil ini? Duh, aku harus buru-buru mengambil kunci di bawahnya sebelum pemiliknya menyalakan mobilnya.
Pak Prapto pun buru-buru mencari kuncinya yang terjatuh di bawah mobil. Karena kondisi pencahayaan yang kurang baik, pria itu kesulitan mencari kuncinya.
“Duh, mana gelap sekali? Sepertinya aku harus menyalakan flash Ponsel.”
Dengan susah payah Pak Prapto pun mengambil Ponsel di sakunya. Karena panik ia kesulitan untuk menghidupkan Ponselnya yang sedang terkunci layarnya. Butuh beberapa kali usapan sebelum akhirnya ia berhasil menyalakan layar Ponselnya dan juga menyalakan flash. Setelah itu Pak Prapto pun mengarahkan flash Ponsel ke seluruh penjuru bawah mobil dan ternyata kuncinya jatuh agak ke tengah. Dengan memberanikan diri Pak Prapto pun sedikit memasukkan tubuhnya ke bawah mobil untuk bisa menjangkau kunci mobilnya. Dan ia pun berhasil meraih kunci mobilnya.
Namun, ada suatu kejadian yang membuat pria itu begidik ngeri karena saat ia mengeluarkan tubuhnya dari bawah mobil, dengan sudut pandangannya pria itu melihat ada seseorang yang sedang berdiri tepat di belakangnya dan seperti sedang menunggu pria itu untuk keluar dari dalam mobil. Dengan napas terengah pria itu pun memaksakan diri untuk keluar dari bawah mobil karena berada di bawah mobil tak lebih aman daripada keluar karena ia tahu bahwa pemilik mobil akan segera menyalakan mobilnya.
Dengan perasaan was-was Pak Prapto pun keluar dari bawah mobil sambil memegangi Ponsel di tangan kiri dan kunci mobildi tangan kanan. Ia beringsut mundur dan sambil sedikit memejamkan mata pria itu berdiri sambil menoleh ke arah belakang. Bulu kuduk pria itu merinding saat itu. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ia menduga sosok yang sedang berdiri di belakangnya saat itu adalah sosok kakek tua yang semalam ia temui. Ia tidak punya pilihan lain saat itu, ia harus menyelesaikan urusan dengan kakek tua yang telah menerornya sejak semalam. Dengan segenap keberanian diri Pak Prapto pun menoleh ke belakang dan kembali ia terkesiap karena di belakangnya tidak ada siapa-siapa.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
V3
ibu negara marah² trs iiich ... 🤭🤣
2023-03-31
0
Bambang Setyo
Serem amat si kakek ngikutin pak prapto terus
2023-03-19
0
Ai Emy Ningrum
Istri nya pak Parto ngambek2an mulu 🙈
2023-03-17
2