JERITAN HANTU

JERITAN HANTU

PULANG MALAM

Malam ini Pak Prapto pulang agak lebih malam dari biasanya. Seharian ini tenaganya banyak terkuras untuk menghadapi sesi wawancara dari berbagai media di kota tersebut. Keberhasilannya mengungkap kasus pembunuhan seorang Satpam di SMU Negeri 14 telah banyak menyita perhatian masyarakat luas. Terlebih dalam mengungkap kasus pembunuhan tersebut, polisi nomor satu di kota tersebut dibantu oleh beberapa pelajar di sekolah tersebut. Pak Prapto sangat mengenal baik salah satu dari beberapa pelajar yang telah membantu memecahkan kasus tersebut. Ia mengenal baik remaja yang berasal dari desa Jatisari tersebut. Karena sebelum memecahkan misteri pembunuhan Satpam di sekolah favorit itu, remaja itu pernah membantu Pak Prapto memecahkan kasus pembunuhan seorang penari di desa Jatisari.

Jarak antara kantor dan rumah Pak Prapto yang sekarang cukup jauh sekitar sepuluh kilo meter. Istri Pak Prapto lebih suka tinggal di daerah yang tidak terlalu ramai dengan hiruk pikuk kendaraan. Makanya Pak Prapto sengaja memilih tinggal di sebuah perumahan yang letaknya agak berada di pinggiran kota. Sebagai konsekuensinya, pria tersebut harus menempuh jarak yang cukup jauh dari kantornya. Tapi, hal itu tidak menjadi masalah bagi polisi teladan tersebut karena ia sendiri juga menyukai suasana yang dekat dengan alam.

Pak Prapto sudah sampai di dekat SMU Negeri 14 Jember saat jam di tangannya menunjuk ke angka sebelas malam. Ada perasaan kurang menyenangkan yang dirasakan pria tersebut saat lewat di depan sekolah tersebut. Tapi Pak Prapto mengabaikan perasaannya tersebut agar ia bisa lebih berkonsentrasi ke jalan. Khawatir tiba-tiba muncul orang menyeberang dan sebagainya.

Ciiiiiiiiiit!!!

Benar saja. Baru saja Pak Prapto memikirkan hal itu, tiba-tiba tepat di tengah jalan muncul seorang kakek tua yang tiba-tiba menyeberang tanpa menoleh ke kiri dan ke kanan.

“Astagfirullah!” pekik Pak Prapto sambil menghentikan kendaraannya.

Satu detik saja Pak Prapto terlambat menginjak remnya. Entahlah, mungkin kakek tua itu sudah menjadi korban dari mobilnya.

“Kakek tidak apa-apa?” tanya Pak Prapto sambil menghampiri kakek tua yang sedang berdiri di depan mobilnya.

Kakek tua itu hanya menggelengkan kepalanya dan tidak menyahut.

“Kakek mau ke mana? Ini sudah malam, biar saya antar Kakek ke tempat tujuan Kakek. Apa Kakek mau pulang?” tanya Pak Prapto lagi sambil menanyakan lagi kepada kakek tua itu.

Kakek tua hanya berdiam diri. Pak Prapto bingung harus berbuat apa terhadap kakek tua itu. Ia juga tidak mungkin meninggalkan kakek tua itu sendirian di tempat tersebut. Sebagai perwujudan rasa bersalahnya, Pak Prapto pun bermaksud membawa kakek tua itu ke kantor polisi terdekat yang jaraknya tidak begitu jauh dari tempat tersebut.

“Mari ikut saya, Kek. Saya akan membawa Kakek ke kantor polisi terdekat. Barangkali teman-teman saya bisa membantu kakek supaya bisa pulang ke rumah Kakek.”

Kakek tua tidak menyahut dengan perkataan Pak Prapto. Pak Prapto pun langsung menarik tangan dingin kakek tua itu untuk ia tuntun ke dalam mobil. Kakek tua itu pun menurut dengan ajakan Pak Prapto. Pak Prapto menuntun si Kakek Tua dan menuntunnya menuju pintu mobil bagian depan. Setelah itu Pak Prapto pun berjalan menuju ke balik kemudi. Kakek tua itu hanya berdiam diri saat Pak Prapto mulai menjalankan mobilnya menuju kantor polisi terdekat yang berjarak sekitar satu kilo meter dari SMU Negeri 14 itu. Sepanjang jalan kakek tua tidak berbicara apa-apa. Tatapan matanya kosong ke depan seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.

Begitu sampai di depan kantor Polsek, Pak Prapto langsung turun dan berjalan menuju kantor Polsek tersebut. Ternyata ada dua orang petugas polisi yang sedang berjaga di dalam kantor polisi tersebut. Kedua polisi muda yang mengenal Pak Prapto itu pun menyambut baik kedatangan Pak Prapto.

“Aiptu … saya sedang membawa seorang kakek tua yang kebingungan dengan alamat rumahnya. Mungkin Aiptu bisa membantu saa menemukan rumah kakek tersebut. Sepertinya rumahnya tidak jauh dari sini.”

“Siap, Komandan! Di mana kakek ta itu sekarang?”

“Ada di mobil. Ayo ikut saya ke mobil!”

“Siap, Komandan!”

Kedua polisi muda itu pun mengikuti langkah Pak Prapto menuju ke mobilnya yang diparkir di halaman kantor Polsek tersebut. Sesampai di mobilnya, Pak Prapto langsung membuka pintu mobil depan dan ia terkejut karena tidak ada siapa-siapa di sana.

“Loh, kok kakek tadi sudah nggak ada?”

“Di mana kakek tuanya, Komandan?”

“Tadi di sini. Apa dia sudah pergi, ya?”

“Coba kami cari dulu, Komandan?”

Kedua polisi itu pun mencari keberadaan kakek tua itu di seluruh bagian mobil tapi tidak ditemukan. Setelah itu mereka pun mencari di sekitar Polsek, tapi lagi-lagi tidak ada kakek tua itu. Mustahil rasanya laki-laki tua itu menghilang dengan begitu cepat. Mereka bertiga sampai mencari dengan teliti, tapi tak juga ditemukan kakek tadi.

“Ke mana perginya kakek itu, ya?”

“Mungkin kakek itu sudah pergi jauh karena takut mau dibawa ke polisi oleh Komandan?”

“Iya, masuk akal juga. Tapi, dengan usia setua itu tidak mungkin rasanya dia bisa berjalan denga cepat. Ah sudahlah, sekarang sudah malam. Saya harus segera  pulang. Mungkin nanti kalian melihat kakek tua itu, tolong dibantu, ya?”

“Siap,Komandan!”

Pak Prapto pun pamit pulang kepada kedua polisi tersebut. Perasaan pria tua itu menjadi tidak tenang akibat menghilangnya sosok kakek tua itu secara misterius dari mobilnya. Pada saat Pak Prapto melintas di sebuah tempat sepi di dekat rumahnya, tiba-tiba ak Prapto mengendus seperti wangi bunga kamboja di dalam mobilnya disusul dengan perasaan pria paruh baya itu yang kurang enak. Namun, lagi-lagi pria itu pun menghilangkan pikiran buruk itu dari benaknya.Ia tetap berkonsentrasi untuk mengendarai mobilnya. Cahaya lampu jalanan yang berpadu dengan lampu remang-remang di dalam mobil pribadinya, membuat pria itu kurang jelas penglihatannya terhadap pemandangan di sekitarnya. Pada saat pria itu sudah sampai di halaman rumahnya, pria itu tiba-tiba ingin melirik ke arah kaca dashboard. Karena penasaran ia pun menleh ke keca dashboar. Dari pantulan kaca dashboard itu ia dapat melihat pemandangan di bagian jok belakang mobil. Dan apa yang dilihat sekilas oleh pria itu pun membuat bulu kuduknya merinding seketika karena dari kaca dashboard itu ia melihat sosok kakek tua tadi sedang duduk di jok belakang mobil. Pria itu pun buru-buru menoleh ke arah jok belakang untuk memastikan bahwa kakek tua itu benar-benar berada di sana. Dan pria itu semakin terkejut karena kakek tua tu tidak ada di jok belakang. Pak Prapto kemudian mengendus bau bunga kamboja semerbak di hidungnya. Pria it pun buru-buru berlari keluar dari dalam mobil dan ia pun langsung membuka pintu pagar dengan secepat kilat. Malam itu ia meninggalkan mobilnya tetap berada di halaman rumah dan tidak dimasukkan ke dalam garasi.

BERSAMBUNG  

Terpopuler

Comments

Vita Liana

Vita Liana

seru

2024-04-02

0

Yohana Dewi

Yohana Dewi

Lanjutkan

2023-11-05

0

Prio Ajik

Prio Ajik

AQ mengikuti mu kak junan....

2023-10-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!