Semangat

“Tok, tok.... Mas Reza, mbak Nayla,” panggil bi Ijah dari luar kamar.

Nayla yang sedang duduk di sofa sambil menonton TV buru-buru membuka pintu kamarnya.

“Ada apa Bi?” tanya Nayla ketika pintu terbuka.

“Mbak, makan malam sudah siap. Mbak dan mas Reza disuruh turun oleh pak Mahendra.”

“Iya Bi, entar lagi kami turun,” ucap Nayla.

Dia kemudian berjalan mendekati suaminya yang sedang asyik dengan ponselnya.

“Mas, makan malam sudah siap. Kita disuruh turun sekarang,” pinta Nayla lembut.

“Kamu turun duluan aja, entar lagi aku nyusul,” jawab Reza cuek.

Reza terlihat sedang chattingan dengan seseorang membuat Nayla bertanya-tanya dalam hati.

‘Mas Reza sedangan chattingan dengan siapa, apa dengan kekasihnya yang bernama Vera. Biarin ajalah dia chattingan dengan siapa pun,’ batin Nayla pergi dan langsung turun ke bawah.

Saat Nayla sampai di ruang makan di lantai satu, terlihat kedua mertuanya sudah duduk di sana dengan makanan yang sudah terhidang begitu banyak.

“Mana suami kamu Nay?” tanya pak Mahendra heran.

“Mas Reza katanya sebentar lagi turun Pi,” jawab Nayla.

“Yang namanya suami istri ya harus setia donk. Kalau suaminya belum mau makan, ya kita sebagai istri harus ngikut juga,” sindir bu Minar.

Wajah Nayla langsung merah padam karena malu disindir mertuanya seperti itu.

“Mami ngomong apa sih?” tanya pak Mahendra pada istrinya.

“Yang mami katakan kan benar Pi. Kalau Reza belum mau makan ya seharusnya Nayla juga nunggu sampai suaminya makan biar makannya bareng-bareng,” jelas bu Minar lagi.

“Tapi tadi Nayla disuruh turun duluan Mi.”

“Oh.... mungkin saja dia lebih senang kalau makan sendiri dari pada ditemani istrinya karena cinta itu kan tidak bisa dipaksa,” ucap bu Minar ketus.

Pak Mahendra langsung emosi. “Jaga ucapan Mami!”

“Yang Mami katakan benar loh Pi. Itu artinya Reza tidak mencintai Nayla, makanya dia tidak mau makan bareng dengan Nayla.”

“Mami jangan buat kesimpulan seperti itu. Memang pernikahan Reza dan Nayla karena perjodohan dan mereka saat ini memang belum saling cinta, tapi papi yakin cinta akan hadir diantara mereka,” jelas pak Mahendra.

“Mudah-mudahan saja apa yang Papi katakan terwujud.”

Tiba-tiba Reza pun muncul di hadapan mereka.

“Mami dan Papi ngomongin apa sih?” tanya Reza dan duduk di samping istrinya.

“Mami kamu ini kalau ngomong suka ngacau. Sudah, ayo sekarang kita makan aja,” ucapan Mahendra.

Nayla langsung mengambil piring kosong dan kemudian diisi nasi, lauk dan sayur di atasnya. Kemudian dia memberikannya pada Reza. Mereka pun makan bersama-sama.

Begitu selesai makan, Nayla langsung membereskan piring yang masih berserakan di meja makan, sedangkan Reza akan bangkit dari duduknya tapi buru-buru di larang papinya.

“Reza, kamu duduk dulu di sini ada yang mau papi bicarakan. Dan Nayla, kamu juga duduk di sini. Masalah beres-beres itu urusan bi Ijah. Kamu jangan sekali-sekali turun tangan dalam pekerjaan rumah tangga.”

“Kalau Nayla mau membantu bi Ijah kan nggak salah juga Pi, lagian Nayla sudah terbiasa dengan pekerjaan ini, jadi kenapa dilarang-larang,” jelas bu Minar.

“Nayla sekarang udah menjadi istri Reza, menantu kita dan kita sudah menggaji bi Ijah. Jadi jangan kita libatkan menantu kita dalam pekerjaan rumah tangga karena sudah ada bi Ijah.”

Bu Minar langsung terdiam mendengar ucapan suaminya walau dalam hatinya ada perasaan kesal. Bi Ijah yang mendengar pembicaraan mereka langsung buru-buru membereskannya.

“Kamu tadi kemana setelah pesta selesai Za?” tanya pak Mahendra.

“Tadi Reza keluar sebentar Pi, ketemu teman Reza.”

“Pokoknya ingat apa yang papi katakan sama kamu. Kamu harus menuruti semua omongan papi kalau kamu masih mau mendapatkan harta warisan papi. Tapi kalau kamu tidak bisa diatur, tidak mendengar omongan papi maka semua aset yang kamu miliki akan papi tarik,” ucap pak Mahendra tegas.

“Baik Pi,” jawab Reza menundukkan kepalanya.

“Sekarang ada yang akan papi sampaikan pada kalian berdua. Kalian kan sudah menikah yang pastinya kalian akan membangun sebuah rumah tangga yang sempurna. Papi ingin kalian bisa hidup mandiri terutama kamu Reza. Karena kamu anak satu-satunya papi dan mami, jadi kamu harus bisa menjadi penerus papi nantinya. Karena kamu sudah menikah sekarang, maka perusahaan akan papi wariskan sama kamu. Jadi mulai besok nama perusahaan atas nama kamu.”

“Terima kasih Pi,” ucap Reza tersenyum bahagia.

“Untuk kamu Nayla, akan papi berikan hadiah sebuah rumah yang nantinya akan kalian tempati di komplek Perumahan Indah Permai. Rumah itu atas nama kamu, bukan nama Reza. Jika Reza menyimpang dari ketentuan papi, maka Reza harus keluar dari rumah itu.”

Reza dan bu Minar langsung terkejut mendengar ucapan pak Mahendra.

“Pi, apa Papi sudah memikirkannya terlebih dahulu,” tanya bu Minar.

“Maaf Pi sebelumnya, lebih baik Papi pikir-pikir lagi karena Nayla tidak pantas menerima itu semua,” ucap Nayla.

“Iya Pi. Kenapa Nayla yang baru saja menjadi istri Reza langsung mendapat rumah mewah.”

“Kalian nggak perlu protes karena semua itu harta yang papi cari dengan susah payah. Besok pagi notaris papi akan datang kemari untuk mengurus semuanya dan setelah itu kita langsung melihat rumah baru kalian. Lusanya kalian harus sudah pindah ke rumah kalian yang baru.”

“Kenapa buru-buru Pi?” tanya Reza heran.

“Ini semua demi kebaikan kalian berdua. Papi ingin kalian tinggal di rumah berdua supaya antara kalian menjadi lebih dekat. Kalau di rumah ini ada papi dan mami, pasti kalian akan segan untuk bermesraan.

***

Begitu masuk kamar Reza langsung mendekati Nayla yang sedang rebahan di sofa.

“Ternyata kamu pintar juga ya mempengaruhi papi,” ucap Reza ketus.

“Mas, aku nggak ngerti maksud Mas.”

“Kamu jangan pura-pura bodoh. Pasti papi sudah kamu pengaruhi sehingga papi nurut saja sampai-sampai memberikan sebuah rumah mewah untuk kamu yang baru sehari menjadi menantunya. Bagaimana pula kalau bertahun-tahun kamu menjadi menantunya, bisa-bisa semua harta papi akan diberikan pada kamu.”

Nayla langsung terkejut mendengar tuduhan suaminya yang tidak memikirkan perasannya.

“Benar Mas, sumpah Mas, aku nggak pernah mempengaruhi papi. Bahkan ngomong aja aku jarang.”

“Lalu kenapa papi lebih mengutamakan kamu dari pada aku anak kandungnya sendiri.”

“Mengutamakan gimana Mas?” tanya Nayla lagi.

“Buktinya kamu baru jadi menantunya beberapa jam saja sudah dikasih rumah mewah, sementara aku hanya dikasih perusahaan.”

“Kalau masalah itu aku nggak tau Mas. Aku juga kan sudah bilang sama papi tadi, bahwa aku nggak mau menerima itu. Tapi papi mendesaknya.”

“Mungkin papi bisa kamu pengaruhi, tapi aku tidak akan bisa kamu pengaruhi. Aku nggak nyangka Nay, wajah kamu yang terlihat polos ternyata menyimpan segudang kebusukan.”

Reza langsung naik ke tempat tidurnya sedangkan Nayla masih di posisinya semula.

Nayla sangat sedih dan kecewa mendengar tuduhan suaminya. Ingin rasanya menumpahkan seluruh kesedihannya dengan menangis, tapi buru-buru ditahanya karena dia gak mau lemah di depan suaminya.

‘Kamu harus kuat Nay. Kamu nggak boleh lemah di depan suami kamu supaya kamu tidak disepelekannya.’

Tanpa terasa air mata Nayla pun mengalir deras. Dia kemudian menutup wajahnya dengan bantal yang ada di tangannya supaya tangisnya tidak terdengar oleh Reza.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!