Akhirnya aku sepakat sama Aldi kalau kami akan cari bukti perselingkuhan Bang Darwis. Dia sudah berjanji akan membantu aku bercerai dan mendapatkan hak asuh Adel. Dia juga berkata akan mengantarkan aku dengan selamat pulang ke Kalimantan. Dia berjanji dalam tiga hari akan bisa mendapatkan bukti konkret perselingkuhan itu beserta pelakornya.
Setelah dipikir-pikir perkataan Aldi ada benarnya. Kalau aku laporkan ke polisi, aku hanya akan membuat orang tuanya sedih. Aku juga tidak akan bisa pulang ke Kalimantan karena memang sama sekali gak pegang uang. Kalau meminta pihak keluarga di sana, takutnya malah menambah beban pikiran.
Lagi pun biar bagaimana Bang Darwis anak pertama keluarga ini. Akan hancur hati orang tuanya saat melihat anak yang dibesarkan mendekam dalam penjara.
Ah, ini aku yang terlalu bucin apa gob lok aku juga gak paham. Udah disakitin tetap aja ada rasa kasihan. Udah dinyinyir mertua tapi aku tetap khawatirkan kesehatannya.
Hufh!
Aku membelai wajah Adel yang terlelap. Peri kecilku ini begitu damai dalam tidur. Aku menyayanginya dan gak tega memasukkan ayahnya ke penjara. Entah apa yang merasuki dia sampai tega mukulin aku begitu kejam. Dia macam orang kesetanan.
Mengingat kejadian tadi pagi tiba-tiba air mataku menitik lagi. Sakit. Sesak. Aku menyesal menikah sama dia. Tau dia begini akhirnya tentu aku bakalan menurut apa kata orang tua.
Namun, setelah aku ingat-ingat Bang Darwis dulunya gak gini. Dia penyayang. Itu yang buat aku cinta gila sama dia.
Dulu, walau hidup pas-pasan dia masih mau mendengar keluh kesahku, bergiliran jaga Adel. Perubahannya signifikan setelah dua tahun ini. Uang belanja selalu dipangkas. Belum lagi dia acuh tak acuh terkesan abai sama anak istri. Aku yakin ada yang mendasari hingga dia berubah begini.
Kulihat dinding dan mendapati jam sudah menunjukkan waktu hampir jam sebelas malam. Sudah larut, tapi dia belum juga pulang. Makin nyeri hati. Mungkinkah dia ke rumah pelakor itu?
Aku hapus lagi air mata, lalu peluk Adel. Anakku menggeliat tapi aku tetap memeluknya. Saat begini aku hanya ingin kekuatan dan Adel mampu memberi itu tanpa dia tau.
Ah, membayangkan Adel akan besar tanpa sosok ayah buatku kembali nelangsa. Tapi aku janji akan kasih dia kasih sayang yang lebih besar dari apa pun.
Terdengar bunyi motor di depan. Bunyi motor Bang Darwis. Aku hafal suaranya.
Mengenang perlakukan dia tadi pagi buatku tambah kesal. Aku putuskan abai saja. Pura-pura tidur.
Pintu kamar terdengar berderit itu artinya dia mengamati dari situ. Apa dia akan memukul lagi sama seperti tadi? Atau ….
Langkah terdengar dan gak lama kemudian kasur yang aku tiduri terasa bergerak. Itu artinya dia duduk di belakangku. Ya, aku tidur memeluk Adel dengan posisi memunggungi pintu.
"Maaf," katanya lirih lalu mengusap kepalaku. Terasa kecupan hangat juga di pucuk kepala.
Ya Allah, kenapa senyesek ini? Kenapa dia berubah-ubah begini? Sebenarnya apa yang ada di kepala dia saat melakukan kekerasan dan perselingkuhan itu?
Ranjang kembali bergerak, menandakan dia telah berdiri. Gak lama kemudian terdengar pintu kamar ditutup. Air mataku menetes lagi karenanya. Sebenarnya apa yang dia sembunyikan? Apa dia sungguhan selingkuh? Selingkuh sama siapa?
Tiba-tiba ponselnya berdering. Terdengar jelas karena antara kamar dan ruang tengah hanya dibatasi triplek saja.
Penasaran, aku pun bergegas turun dari ranjang dan mengikuti. Dia menuju ruang tamu. Aku yang kadung penasaran mengintip dari celah bufet. Gelagatnya mencurigakan.
"Kenapa lagi, May?"
May? Siapa itu May? Maysaroh, Maya, atau Maylani?
Ya Allah, Bang. Teganya kamu khianati aku.
Kulihat Bang Darwis. Dia duduk di sofa sambil tarik rambutnya. Sepertinya dia sedang marah.
"Kamu tenang saja. Nanti aku kirim lagi uangnya. Kamu ini gimana sih, boros banget. Nabila aja gak gitu."
Hatiku beneran mencelos mendengar ini. Ini sudah membuktikan kalau uang gaji dia diberi ke perempuan lain.
"Sudahlah, jangan banyak omong. Aku mau tidur. Besok aku kirim uangnya."
Gak sanggup, aku pun kambali ke kamar Adel. Aku peluk Adel kuat-kuat. Sungguh, gak nyangka bakalan mendengar ini langsung. Hatiku beneran patah.
Kalau dia cinta sama selingkuhannya, kenapa masih pertahankan aku? Kenapa gak mau ceraikan aku? Mana pakai cium kening segala.
Cih! Munafik. Laki-laki jahat!
Kuusap pucuk kepala kuat-kuat. Geli, aku beneran geli saat membayangkan badannya yang pernah menjaga perempuan lain menjamahku juga.
Hpku yang ada di atas meja bergetar dan kulihat pesan dari Aldi.
[Apa pun kesalahan Bang Darwis aku minta kamu gak gegabah ambil keputusan]
Baiklah, aku gak akan gegabah. Tawaran Aldi gak sepenuhnya buruk. Aku hanya ingin pisah dan kembali ke rumah orang tua. Untuk apa mengabdi pada dia yang gak setia.
Dadaku berdebar lagi, berdebar lebih kencang lantaran geram. Aku penasaran sama sosok May ini. Aku bakalan lihat siapa perempuan itu. Aku bakalan buat mereka menyesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments