"Dek... Papa suruh aku anter kamu" Pagi-pagi sekali saat melihat Hexa keluar dari pintu kamar, Abangnya Hexel menegur Hexa. Hexa melotot,
"Gak mau ah! " protes Hexa sambil cemberut. Wajahnya yang masih kusut karena baru bangun dari tidur tampak semakin kusut.
"Bilang aja sendiri sama papa. Tuh di bawah lagi nonton berita" jawab Hexel tidak perduli dan berlalu masuk lagi ke dalam kamar.
Hexa menuruni tangga menuju ke ruang tengah.
"Pa... Kemaren kan Hexa udah pergi sendiri, lalu kenapa sekarang malah dianterin abang,sih? " Gerutu Hexa. Papa menoleh sebentar, lalu kembali menatap layar TV di depannya.
"Kamu kemaren pulang telat, kan? Papa takur kamu kenapa-kenapa" Ucap papa sambil asyik menonton berita. Hexa kesal, namun tetap patuh. Dia akhirnya menuju kamar mandi dan bersiap berangkat sekolah.
"Ayo cepat!" Abangnya Hexel sedari tadi sudah menunggu di depan. Namun Hexa seperti sengaja berlama-lama naik ke motor dengan maksud supaya abangnya marah dan protes ke papa, siapa tahu dengan begitu abangnya itu tidak mau lagi mengantarnya ke sekolah. Namun ternyata angan itu palsu, abangnya Hexel justru berkali-kali sengaja memencet klakson motornya membuat seisi rumah menjadi berisik. Akhirnya Hexa yang mengalah dan dengan tergesa-gesa naik juga ke motor abangnya.
Dut..Dut...
Tiba-tiba motor Hexel mogok setengah perjalanan.
"Duh...Kenapa sih" Hexel menggaruk kepalanya bingung kenapa tiba-tiba motornya bermasalah.
"Kenapa bang? " Hexa ikutan bingung.
"Kamu naik angkot aja dek... 'ga tahu nih kenapa" Kata Hexel. Hexa cemberut . Setelah pamit ke abangnya itu, dia berjalan menjauh dan menuju ke jalan besar . Beberapa kali dia melirik ke arah jam tangannya,namun angkutan umum yang ditunggu belum juga muncul.
Sebuah motor dari arah berlawanan menepi ke dekat Hexa.
"Xa... kenapa?" rupanya itu Harry. Perasaan Hexa bercampur aduk. Antara senang dan gugup menjadi satu.
"Motor abangku, mogok... Jadi masih di dorong ke bengkel..."Jawab Hexa berusaha sewajarnya saja.
"Ayo,naik!" Ajak Harry. Hexa sedikit kaget dengan ajakan Harry. Meskipun itu bukan pertama kalinya dia naik ke motor Harry, tapi entah kebetulan apa yang akhirnya membuatnya bertemu Harry dan dibonceng pria itu lagi.
"Ayo... Nanti telat!" Ucap Harry lagi sambil sedikit menarik gas motornya. Hexa lekas naik ke motor ketika sadar akan terlambat saat jam tangannya menunjukkan pukul 06.45 Wib. Itu artinya hanya sisa 15 menit lagi sebelum bell sekolah berbunyi.
Sesampainya di gerbang sekolah, beberapa murid beramai-ramai menoleh ke arah mereka berdua. Motor Harry berjalan pelan menuju parkiran .
"Ry, tumben bawa gandengan?" ledek Amos teman nongkrong Harry yang memang biasa selalu menunggu Harry di parkiran motor. Dengan wajah agak memerah dan malu Hexa turun dari motor.
"Makasih Ry" ucap Hexa sambil tergesa-gesa meninggalkan parkiran menuju kelas.
" Ry.. Ehemm..."Amos masih memberi kode ke temannya itu untuk menjelaskan apa yang membuat Harry dan Hexa si murid baru bisa datang bareng ke sekolah.
"Nemu di jalan" jawab Harry singkat, lalu cuek berjalan meninggalkan Amos. Buru-buru Amos menyusul Harry dan masih terus menggoda temannya itu. Di lorong kelas, Harry melihat Hexa yang sudah berdiri di pintu kelas bersama beberapa murid wanita. Jantung mereka berdua berdegup kencang saat pandangan mereka bertemu. Perlahan langkah kaki Harry mendekat menuju pintu kelas tempat dimana Hexa dan beberapa teman lain berdiri. Dengan berpura-pura cuek mereka berdua sama-sama membuang pandangan dan menyembunyikan kegugupan dalam hati.
------------------"-----------------
Mata Harry melirik-lirik ke depan, begitu juga dengan Hexa yang sesekali mencuri-curi pandang ke Harry di belakang. Fokus mereka berdua buyar di pelajaran pertama. Ada rasa gelisah dan gugup berbaur jadi satu.
Bu Gisel yang sedang menjelaskan pelajaran bahasa indonesia tiba -tiba menyebut nama Hexa.
"Hexa... Coba rangkai puisi atau sajak dengan kalimat Cinta... "Kata Bu Gisel.
"Ah...? gimana bu?" Hexa gelagapan. Dia kaget karena namanya di sebut.
"Iya... Buat satu sajak dengan kata Cinta" Kata Bu Gisel lagi.
Hexa bingung, sesekali dia menggaruk kepala karena tidak bisa menjawab.
"Ayo..." Bu Gisel mendesak.
"Bu..." Harry mengangkat tangan. Seisi kelas beralih memandang Harry.
"Iya Harry... Bagaimana?" Kata bu Gisel menanggapi.
" Saya bisa " Balas Harry. Bu Gisel mengangguk mempersilahkan Harry untuk menggantikan Hexa menjawab.
Harry maju ke depan kelas. Mengambil spidol dan mulai menulis. Lancar saja!
Kita hanya berpura-pura
Aku tahu kau pun merasa,
Kita hanya dua insan yang saling menutupi rasa,
Bilang pada hatimu, siapa yang coba kau sembunyikan di sana?
Karena jika aku tahu itu aku,maka aku akan berlari menyambutnya,
Jangan ajari aku cinta...
Biar saja itu jadi cinta...
Harry berhenti menulis. Bu Gisel tersenyum dan menepuk bahu Harry dari belakang.
"Bagus, terimakasih Harry." Ucap Bu Gisel lalu mempersilahkan Harry untuk duduk, kembali ke bangkunya.
Jantung Hexa berdebar saat ujung jari tangan Harry menyentuh sisi samping. Seperti sengaja di seret di situ.
Kedua mata Hexa masih membaca tulisan Harry di papan tulis. Sajak yang seakan sedang di tujukan untuknya. Meski berkesan terlalu percaya diri kalau itu untuknya. Namun berkali-kali isi hatinya berkata demikian.
Tidak lama Bel tanda pelajaran pertama usai berbunyi. Beberapa anak-anak langsung berhamburan keluar kelas. Tapi tidak dengan Hexa dan Harry . Mereka tetap saja di dudukannya, seperti sedang menunggu satu sama lain.
"Pulang denganku?" Tanya Harry dari kursinya. Hexa menoleh ke belakang, lalu dengan cepat mengangguk. Seperti tidak mau kehilangan momen.
Harry tersenyum dan ikut mengangguk. Dia senang, Hexa akan pulang lagi dengan motornya. Tiba-tiba Harry berdiri dari kursinya lalu menyeret kursi ke depan, ke meja Hexa. Hexa tertegun sebentar. Harry sudah duduk di sebelahnya. Pria itu nampak menopang dagu dan menatapi Hexa lekat-lekat. Hexa salah tingkah, kenapa mendadak Harry bersikap seperti itu.
"Ayo jujur" Kata Harry .
"Apa?" Balas Hexa menutupi rasa kikuk nya.
"Jujur saja kita sekarang. Kalau kita sama-sama ingin lebih dekat mungkin..." Balas Harry lebih berani sambil memainkan pulpen Hexa. Hela nafas Hexa memberat tiba-tiba sangking gugup. Sementara jauh berbeda dengan Harry yang lebih berani dan mulai terbiasa di dekat Hexa. Dia mulai suka menggoda Hexa dan lebih antusias.
"Ini..." Harry tiba-tiba meletakkan ponselnya tepat di depan Hexa. Hexa mengerutkan dahi.
"Maksudnya?" Tanya Hexa gelagapan.
"Masukkan nomormu" perintah Harry. Hexa langsung memandang mata Harry. Dia heran sekaligus lumayan senang Harry akhirnya semakin terang-terangan mendekatinya. Hexa awalnya ragu, sampai akhirnya Harry meraih telapak tangannya dan meletakkan ponsel miliknya di tangannya. Harry mengisyaratkan lagi agar Hexa menulis nomornya. Hexa memencet beberapa nomor dan menyimpannya di ponsel Harry. Harry cepat-cepat menarik kursinya, pindah lagi kebelakang saat beberapa murid mulai masuk ke kelas.
Kebisuan terjadi di antara mereka. Meskipun hati mereka berdua saling bersahut-sahutan, namun kedua mulut mereka terkunci rapat sampai masuk ke jam pelajaran berikutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Aurora
Aku udah mampir kak, jangan lupa mampir juga di karya ku ya kak 🤗
2023-04-15
1
Ayano
Ngelindungin calon pacar. Pas official pampang poto berdua plus puisi manis di mading ya nak 🤣🤣🤣
2023-04-03
0