Sepulang dari sekolah, Hexa menyusuri halaman sekolah yang terbilang cukup luas. Abangnya Hexel sudah menunggunya sejak sejam lalu sambil menggerutu dan menelponnya berulang kali.
"Aduh, lama banget!" Hexel yang menolehkan wajahnya begitu melihat Hexa muncul menggerutu lagi.
" Isshh bawel!" Jawab Hexa sambil lekas naik ke atas motor.
Untuk beberapa waktu ke depan, abangnya inilah yang akan mengantar jemput Hexa ke sekolah.
"Kamu kan belum hapal jalan, sayang, nanti kalau sudah hapal lingkungan baru mama ijinkan pergi sendiri." Begitu kira-kira kalimat mama saat Hexa mengusulkan untuk berangkat sendiri saja menggunakan angkot ke sekolah.
Bukannya dia ogah di antar oleh abangnya itu, tapi karena Hexa sudah terbiasa apa-apa sendiri tanpa bergantung pada siapapun.
Kebetulan, kampus Hexel juga tidak jauh dari sekolah adiknya. Hexel setelah kelulusan dari SMA sempat menganggur 1 tahun, barulah tahun ini kebetulan bersamaan dengan kepindahan keluarganya, dia akhirnya melanjurkan pendidikannya ke perguruan tinggi.
Hexel sayang pada adiknya itu, meski beberapa kali juga mereka terlihat bertengkar dan cek cok mulut. Namun sebagai anak tertua di keluarga, Hexel tetap merupakan pelindung bagi adik perempuannya itu. Meski kadang Hexel jarang sekali di rumah dan lebih sering nongkrong di warung kopi dengan teman-temannya, namun Hexel tetaplah abang yang akan siap sedia saat dibutuhkan oleh adiknya itu.
Hexa turun dari motor sesaat setelah kendaraan abangnya itu parkir di garasi samping rumah. Dengan sambil menenteng ranselnya Hexa nyelonong masuk ke dapur melalui pintu samping.
" LAPARR !"Ucap Hexa sambil membuka tudung saji di meja makan.
Menu mie goreng dan ayam goreng tepung kesukaannya, ada juga sayur sop. Tanpa berganti baju, Hexa langsung mengambil piring dan melahap sajian di meja dengan setumpuk nasi yang menggunung.
"Aduhhh, anak gadis ini. Kelakuan kok begini... Ck ck ck... Ganti baju belum, apa apa belum, udah makan" mama muncul tiba-tiba dari dalam kamar dan melihat Hexa yang sudah melempar ransel nya ke lantai dan langsung makan.
"Kelaparan, ma" Balas Hexa dengan nasi penuh di mulut. Mama hanya menggeleng kepala saja.
Hexel masuk belakangan kerumah dan melihat adiknya itu sudah asyik di meja makan dengan setumpuk nasi dengan lauk pauk di piring. Dia hanya terseyum dan ikut menggeleng-gelengkan kepalanya.
Hexa hanya menoleh abangnya itu sedikit, lalu mulai fokus lagi dengan piringnya. Di lihatnya Hexel yang masuk ke kamar dan berganti baju lalu duduk lagi di depan nya.
" Makan !" perintah Hexa yang melihat abangnya hanya duduk saja menemaninya makan.
Hexel tak menjawab, sibuk dengan ponsel di tangannya.
"Abang, Makan sono!" Ujar Hexa lagi mengulangi. Abangnya hanya mengangguk dan kembali sibuk dengan ponselnya lagi.
"Siapa sih, sibuk amat" pikir Hexa dalam hati.
Sejak kepindahan mereka dua hari lalu, gerak-gerik abangnya itu nampak mencurigakan. Selalu saja sibuk dengan ponselnya. Kadang terlihat senyum-senyum sendiri. Kadang juga kabur ke luar tiba-tiba dengan motornya. Memang di rumah lama, Hexel punya banyak sekali teman dan cenderung jarang di rumah. Tapi, kebetulan mereka baru saja pindah.
Apa iya Hexel abangnya itu sudah punya teman dan sibuk dengan temannya. Begitu pikir Hexa tentang abangnya.
Ah... Entahlah...
Hari mulai gelap, malam itu sedikit gerimis. Hexa sudah masuk ke dalam kamarnya. Dia tidak suka gerimis, suasana lembab membuat dia cepat meriang. Dimatikannya AC kamarnya dan berbaring di kasur. Di tariknya selimutnya. Namun, baru saja hendak memejamkan mata, telinganya menangkap suara orang berbicara dari sebelah kamar. Hexa bangkit dari tidurnya dan membuka sedikit pintu kamarnya. Ada abangnya Hexel yang terlihat kesal di telpon. Suara abangnya itu kadang meninggi, kadang juga merendah. Namun, sejauh yang Hexa kenal, abangnya itu jarang sekali marah. Tapi kali ini beda, ada rasa kesal dan marah yang terdengar dari nada suara abangnya.
Hexel masih terus berdebat mulut melalui telpon, tapi Hexa tidak bisa mendengar jelas apa yang abangnya bicarakan. Hexa akhirnya menutup pintu kamarnya lagi, dan kembali berbaring di kasurnya.
_____________"_________
Keesokan paginya papa pagi-pagi sekali sudah bilang ke Hexa bahwa hari ini dirinya akan berangkat ke sekolah naik kendaraan umum saja. Kata papa kebetulan abangnya si Hexel sejak subuh sudah pamitan ke rumah temannya. Hexa bukannya sebal, dia justru senang karena memang ini yang dia tunggu-tunggu, berangkat kemana-mana sendiri tanpa di awasi.
Hexa mengemasi beberapa buku pelajaran yang ke dalam tas. Di semprotkannya parfume ke belakang telinga dua kali. Tak lupa mengenakan jam tangan dan melepaskan roll rambut di poni nya. Setelah memastikan semua yang dia perlukan siap, dia pun pamitan dan langsung keluar jalan komplek menuju jalan besar untuk menghambat angkot. Masih sempat papa menawarkan untuk mengantar Hexa ke sekolah, namun pasti sudah taulah jawabannya Hexa tolak mentah-mentah.
Sekitar 15 menit berdiri di depan jalan, sebuah angkot yang menuju ke arah sekolahnya datang. Hexa melambaikan tangan, menyuruh supir angkot untuk stop.
"Ke arah Jalan Merdeka,non?" Tanya supir angkot sambil mengintip dari kaca depan yang di buka setengah. Hexa mengangguk dan langsung naik masuk ke dalam mobil. Dengan senyuman yang melebar dan rasa bahagia Hexa menikmati suasana angkot yang justru bagi sebagian orang kurang nyaman.
Hexa harus berhimpitan dengan penumpang lain dan aroma-aroma pasar. Belum lagi angkot yang berjalan lamban karena sambil mencari dan menurunkan penumpang. Tapi itu bagi Hexa tak masalah, karena dia memang suka.
Tak lama berselang, Hexa sudah tiba di depan gerbang sekolahnya. Beberapa murid juga nampak berjalan ramai di sepanjang sisi jalan, ada yang naik motor, ada yang naik mobil, ada juga yang berjalan kaki.
"Kiri pak..." Ucap Hexa untuk menghentikan angkot. Dia lantas membayar ongkos angkot ke supir dan turun.
Beberapa murid sekelasnya memandang Hexa dan menyapanya. Namun beberapa lagi juga nampak cuek saja, mungkin karena Hexa masih murid baru.
Seperti biasa Hexa langsung masuk ke kelasnya. Berbeda dengan beberapa murid yang masih berseliweran di luar kelas dan beberapa langsung ke kantin. Hexa diam saja saat pandangannya beradu pandang dengan Harry yang kebetulan juga sudah di dalam kelas. Baru 4 murid yang ada di dalam kelas. Hexa menuju ke kursi nya yang berada tepat di depan kursi Harry. Jantungnya masih berdebar seperti kemarin. Namun, mereka berdua tidak berani memulai satupun perbincangan. Hanya sesekali berdehem atau terbatuk menutupi rasa grogi yang entah kenapa bisa ada.
Tanpa di sadari buku yang Hexa keluarkan dari tasnya terjatuh. Tepat di bawah kaki Harry. Mau tidak mau Hexa menoleh ke arah Harry yang sudah mengambil buku itu. Harry menyerahkan buku dan sekali lagi mata mereka beradu.
"Thanks" Begitu ucap Hexa singkat .Harry mengangguk. Baru saja Hexa hendak meluruskan lagi tubuhnya ke arah depan, tiba-tiba hari menyetuh bahu Hexa ringan. Hexa lantas menatap Harry gugup.
"Ayo kita bicara di luar sepulang sekolah. " Ucap Harry langsung, to the point. Hexa sampai tak percaya dengan apa yang barusan dia dengar. Apa iya barusan kalimat yang terucap dari lelaki di belakangnya ini adalah ajakan untuk bertemu berdua sepulang sekolah? Begitu pikir Hexa berusaha mencerna ulang kalimat Harry. Hexa tidak sempat menjawab ataupun bertanya ulang tentang apa yang barusan Harry ucapkan kepadanya. Bel tanda pelajaran masuk sudah berbunyi, sekejap saja kelas yang tadinya sepi sudah penuh oleh murid lain yang tadi masih di luar. Beberapa langsung mengeluarkan buku pelajaran sesuai dengan jadwal mata pelajaran pertama hari itu, dan sebagian lagi masih sibuk juga berbincang-bincang dengan teman lainnya.
Hanya Hexa saja yang mematung sedari tadi. Ada rasa bingung di pikirannya mendengar perkataan Harry. Namun Hexa tidak tau, lelaki yang tadi mengajaknya bicara justru lebih mematung daripada dia. Ya... Harry si pria cool itu seketika menjadi salah tingkah dengan apa yang dia ucapkan sendiri. Telapak tangannya berkeringat dingin. Jantungnya pun tak mau kalah seakan berdegup cepat sekali. Dia bingung dengan apa yang berusan dia ucapkan sendiri ke Hexa, meski rasa bingung itu juga yang membuatnya puas karena sudah mengeluarkan isi kepala nya yang sejak pertemuan pertama menerornya. Ya... Sejak kenal dengan si murid baru itu, pikiran Harry selalu tertuju pada Hexa, entah kenapa...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Penelop3
suka ceritanya
2023-05-16
1
Wisnu Arca
mantap kak ceritanya.
sudah kuberi like, jangan lupa mampir ketempatku.
2023-04-15
0
Liandiva2630
Aku mampir dan langsung suka......
Mau baca terus deh, jng lupa feedback ya
2023-04-07
1