Ghost In Kos
Hari ini adalah hari di mana aku ke kota, di mana aku akan melanjutkan sekolah di jenjang pendidikan menengah kejuruan. karena aku suka masak dari kecil, jadi aku mengambil jurusan tata boga.
Tapi sebelum itu perkenalkan namaku Aditya Prasetya. Aku besar di sebuah Desa kecil penuh dengan hal-hal Supranatural, walaupun aku dari kecil sudah merasakan hal gaib dan mistis, tapi tetap saja aku tidak tahan. Benda-benda beterbangan, bayangan hitam mengikuti, dan tawa yang menyeramkan terdengar dekat di telingaku.
Dan suatu ketika entah apa yang dilakukan Omaku, Dia mengusap wajahku dengan tangannya yang basah, dan seketika pun aku dapat melihat wujud aneh dan menyeramkan dan sosok wanita yang cantik. tapi tetap saja aku merasa ketakutan.
Yah, benar! Aku tinggal hanya berdua dengan omaku tercinta, karena kedua orang tuaku merantau di Negeri orang, jadi hanya aku dan oma yang tinggal berdua. Aku khawatir dan sedih saat meninggalkan oma sendiri di Desa, terkadang aku melihat lebam biru di badannya dan saat aku tanya katanya di cubit hantu sambil tertawa memperlihatkan gigi ompongnya, walaupun dia sangat jahil, aku sangat menyayanginya. Sehari sebelum keberangkatanku, oma bercerita saat aku baru lahir, aku pernah....
"Dek, dek, dek.... Woy dek! kau tidak dengar yah?" seseorang teriak dekat telinga Adit.
Adit pun yang melamun menatap pemandangan luar jendela bus terkejut.
"Iya bang aku dengar kok, gak usah teriak dong!" sambil mengusap-usap telinganya
Sambil meminta karcis, petugas pun bertanya," malam-malam begini kamu mau kemana, sendirian dengan barang bawaan sebanyak itu?"
"Iya bang besok lusa, hari pertamaku bersekolah, jadi aku pindah dari desa ke kota, untuk menuntut ilmu heheh…" jawab Adit dengan senyum polosnya.
"Memangnya kau sudah punya tempat untuk menginap malam ini?" tanya petugas karcis.
"Iya bang sudah ada," jawab Adit lagi-lagi dengan senyum polosnya.
"Kalau begitu mending kamu tidur, istirahat dulu soalnya Masi 3 jam lagi kita baru sampai di terminal, paling cepat jam 10, mungkin!" Ujar petugas karcisnya.
"Lumayan lama juga yah?" kata Adit dalam hati.
"Ya udah bang, makasih atas infonya," kata Adit.
”Ya udah, tapi ingat jangan melamun kayak tadi lagi, nanti kamu kesurupan," ucap petugas karcis sambil menakut-nakuti Adit.
Dengan gestur tidak nyaman Adit tertawa dengan rasa cemas, "hee… hee… hee…."
Penumpang di sebelah Adit menjulurkan tangannya untuk berkenalan. "Hai? Namaku Aisha, kudengar kamu ke kota untuk bersekolah?"
Dengan heran Adit sambil menjabat tangan berkata, "Oh iya, aku Aditya panggil saja aku Adit."
"Aku akan bersekolah di Akademi pariwisata," lanjut perkataan Adit sambil melepas tangannya.
"Benarkah itu? Berarti kita satu sekolah, karena aku juga akan bersekolah di sana, ngomong-ngomong panggil saja aku Ica," sambil tersenyum manis.
"Kalau begitu salam kenal, aku di jurusan...."
Perkataan Adit terpotong oleh penumpang yang duduk berada di belakang mereka.
"Hai! Aku Adrian, kudengar kalian akan bersekolah di Akademi pariwisata yah? Berarti kita akan satu sekolah dong!" Dia mengatakan itu dengan penuh semangat dan senang.
Dengan kaget dan terheran-heran Ica dan Adit berkata, "I... ya, salam kenal juga."
"Panggil saja aku Adi! Oh iya, aku mengambil jurusan tata boga, kalian jurusan apa?" lanjut perkataan Adi.
"Aku ambil jurusan perhotelan," jawab Ica yang masih menatap Adi dengan aneh.
"Apa nanti aku akan satu kelas dengan anak ini?" Adit bertanya-tanya dalam benaknya.
"Iya aku satu jurusan denganmu!" kata Adit.
"Sungguh? Kuharap kita bisa akrab nantinya, hahahaha," kata Adi dengan tawa kerasnya.
"Bisakah kamu pelankan suaramu, penumpang lain akan terganggu dengan caramu tertawa," tegur ica.
"Benar apa katanya, penumpang yang lain akan terganggu dengan suaramu," sambung Adit.
"Hehehehe... maaf, aku minta maaf. Ngomong-ngomong kalian dari Desa mana?" tanya Adi.
"Desa bambu!" jawab Adit dan Ica bersamaan.
setelah mereka mengatakan itu bersamaan. Adit dan Ica saling menatap kaget, karena mereka berdua dari desa yang sama.
"Kudengar desa itu penuh dengan hal-hal gaib dan mistis, apakah kalian bisa melihat hantu?" tanya Adi dengan polosnya.
"Hei Nak! Jangan bicarakan hal yang aneh-aneh!" tegur penumpang lain di sebelah Adi.
"Aku tidak akan membicarakan soal itu," kata Ica.
"Yah aku juga, lebih baik kau tidur saja," sambung Adit, dengan sedikit gugup.
"Aku baru bangun, lho! Aku penasa…" jawab Adi, yang perkataannya di potong oleh Ica.
"Sudahlah, kami mau tidur, perjalan kita masih panjang!"
Dengan kecewa, Adi pun membuka ranselnya dan mengambil bekalnya untuk di santap, akan tetapi.
"Jika kau ingin tahu tentang desa itu, kau akan di ikuti hantu-hantu dari desa itu," ucap wanita tua sebelah Adi dengan senyum jahil.
3 jam pun berlalu, akhirnya mereka bertiga sampai di terminal. Adit turun dengan wajah penuh kantuk, di susul dengan Ica turun sambil meregangkan kedua tangannya ke atas, dan Adi turun dengan wajah pucat penuh ketakutan.
Melihat Adi dengan kondisi seperti itu, Adit pun bertanya, "Kau kenapa? Apakah kau mabuk darat?"
"Dia seperti itu setelah dia makan tadi," jawab wanita tua, yang duduk di samping Adi. Sambil keluar dari bus, dengan senyum jahil di wajahnya.
"Sepertinya aku pernah melihat senyum seperti itu," kata Adit dalam hatinya dengan membayangkan wajah omanya.
"Aku akan mencarikanmu minyak angin," ucap Ica ke Adi.
"Tidak perlu aku baik-baik saja."
"Baiklah kalau begitu kita akan berpisah mulai dari sini, sampai jumpa nanti di sekolah," ucap Adit.
"Aku akan ke alamat ini," ujar Ica, sambil menunjukan selembar kertas kecil.
"Sepertinya tujuan kita sama, bagaimana kalau kita barengan?" ucap Adit dengan sedikit senang.
"Bolehkah aku ikut dengan kalian?" tanya Adi, dengan sedikit takut.
"Memangnya tujuan awalmu kemana?" tanya Ica.
"Aku akan ke rumah paman dan bibiku, tapi mungkin akan lebih menyenangkan jika aku bersama kalian," jawab Adi dengan semangat.
"Tampaknya kau sudah kembali bersemangat lagi, padahal beberapa detik yang lalu mukamu pucat," ucap Adit.
"Ok, tunggu di sini aku akan pergi menyewa mobil buat kita," usul Ica.
"Aku akan membeli beberapa kebutuhan, apa kau juga mau?" tanya Adit ke Ica.
"Iya, mungkin beberapa mi instan dan mineral."
"Aku akan ikut bersama Adit."
"kalau begitu, 5 menit lagi kita kumpul kembali di sini," ucap ica.
Akhirnya mereka pun keluar dari terminal ke tujuan mereka berikutnya. Dengan muka yang kembali pucat, Adi yang melihat wanita tua yang duduk di sebelahnya saat di bus, sambil wanita tua itu tersenyum melambaikan tangannya di bawah sinar lampu jalan, saat mobil yang mereka tumpangi melewatinya keluar dari terminal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
meihan
semoga seru.....
2023-06-27
0
Saila Melinda
Aku udah mampir ya, Kak
2023-05-28
1
ALF
wanita tua bilek: "padahal gua cuma salam ramah doang"😋
Ceritanya kereenn!!!😀👍🏻
2023-05-20
1