Hari ini adalah hari di mana aku ke kota, di mana aku akan melanjutkan sekolah di jenjang pendidikan menengah kejuruan. karena aku suka masak dari kecil, jadi aku mengambil jurusan tata boga.
Tapi sebelum itu perkenalkan namaku Aditya Prasetya. Aku besar di sebuah Desa kecil penuh dengan hal-hal Supranatural, walaupun aku dari kecil sudah merasakan hal gaib dan mistis, tapi tetap saja aku tidak tahan. Benda-benda beterbangan, bayangan hitam mengikuti, dan tawa yang menyeramkan terdengar dekat di telingaku.
Dan suatu ketika entah apa yang dilakukan Omaku, Dia mengusap wajahku dengan tangannya yang basah, dan seketika pun aku dapat melihat wujud aneh dan menyeramkan dan sosok wanita yang cantik. tapi tetap saja aku merasa ketakutan.
Yah, benar! Aku tinggal hanya berdua dengan omaku tercinta, karena kedua orang tuaku merantau di Negeri orang, jadi hanya aku dan oma yang tinggal berdua. Aku khawatir dan sedih saat meninggalkan oma sendiri di Desa, terkadang aku melihat lebam biru di badannya dan saat aku tanya katanya di cubit hantu sambil tertawa memperlihatkan gigi ompongnya, walaupun dia sangat jahil, aku sangat menyayanginya. Sehari sebelum keberangkatanku, oma bercerita saat aku baru lahir, aku pernah....
"Dek, dek, dek.... Woy dek! kau tidak dengar yah?" seseorang teriak dekat telinga Adit.
Adit pun yang melamun menatap pemandangan luar jendela bus terkejut.
"Iya bang aku dengar kok, gak usah teriak dong!" sambil mengusap-usap telinganya
Sambil meminta karcis, petugas pun bertanya," malam-malam begini kamu mau kemana, sendirian dengan barang bawaan sebanyak itu?"
"Iya bang besok lusa, hari pertamaku bersekolah, jadi aku pindah dari desa ke kota, untuk menuntut ilmu heheh…" jawab Adit dengan senyum polosnya.
"Memangnya kau sudah punya tempat untuk menginap malam ini?" tanya petugas karcis.
"Iya bang sudah ada," jawab Adit lagi-lagi dengan senyum polosnya.
"Kalau begitu mending kamu tidur, istirahat dulu soalnya Masi 3 jam lagi kita baru sampai di terminal, paling cepat jam 10, mungkin!" Ujar petugas karcisnya.
"Lumayan lama juga yah?" kata Adit dalam hati.
"Ya udah bang, makasih atas infonya," kata Adit.
”Ya udah, tapi ingat jangan melamun kayak tadi lagi, nanti kamu kesurupan," ucap petugas karcis sambil menakut-nakuti Adit.
Dengan gestur tidak nyaman Adit tertawa dengan rasa cemas, "hee… hee… hee…."
Penumpang di sebelah Adit menjulurkan tangannya untuk berkenalan. "Hai? Namaku Aisha, kudengar kamu ke kota untuk bersekolah?"
Dengan heran Adit sambil menjabat tangan berkata, "Oh iya, aku Aditya panggil saja aku Adit."
"Aku akan bersekolah di Akademi pariwisata," lanjut perkataan Adit sambil melepas tangannya.
"Benarkah itu? Berarti kita satu sekolah, karena aku juga akan bersekolah di sana, ngomong-ngomong panggil saja aku Ica," sambil tersenyum manis.
"Kalau begitu salam kenal, aku di jurusan...."
Perkataan Adit terpotong oleh penumpang yang duduk berada di belakang mereka.
"Hai! Aku Adrian, kudengar kalian akan bersekolah di Akademi pariwisata yah? Berarti kita akan satu sekolah dong!" Dia mengatakan itu dengan penuh semangat dan senang.
Dengan kaget dan terheran-heran Ica dan Adit berkata, "I... ya, salam kenal juga."
"Panggil saja aku Adi! Oh iya, aku mengambil jurusan tata boga, kalian jurusan apa?" lanjut perkataan Adi.
"Aku ambil jurusan perhotelan," jawab Ica yang masih menatap Adi dengan aneh.
"Apa nanti aku akan satu kelas dengan anak ini?" Adit bertanya-tanya dalam benaknya.
"Iya aku satu jurusan denganmu!" kata Adit.
"Sungguh? Kuharap kita bisa akrab nantinya, hahahaha," kata Adi dengan tawa kerasnya.
"Bisakah kamu pelankan suaramu, penumpang lain akan terganggu dengan caramu tertawa," tegur ica.
"Benar apa katanya, penumpang yang lain akan terganggu dengan suaramu," sambung Adit.
"Hehehehe... maaf, aku minta maaf. Ngomong-ngomong kalian dari Desa mana?" tanya Adi.
"Desa bambu!" jawab Adit dan Ica bersamaan.
setelah mereka mengatakan itu bersamaan. Adit dan Ica saling menatap kaget, karena mereka berdua dari desa yang sama.
"Kudengar desa itu penuh dengan hal-hal gaib dan mistis, apakah kalian bisa melihat hantu?" tanya Adi dengan polosnya.
"Hei Nak! Jangan bicarakan hal yang aneh-aneh!" tegur penumpang lain di sebelah Adi.
"Aku tidak akan membicarakan soal itu," kata Ica.
"Yah aku juga, lebih baik kau tidur saja," sambung Adit, dengan sedikit gugup.
"Aku baru bangun, lho! Aku penasa…" jawab Adi, yang perkataannya di potong oleh Ica.
"Sudahlah, kami mau tidur, perjalan kita masih panjang!"
Dengan kecewa, Adi pun membuka ranselnya dan mengambil bekalnya untuk di santap, akan tetapi.
"Jika kau ingin tahu tentang desa itu, kau akan di ikuti hantu-hantu dari desa itu," ucap wanita tua sebelah Adi dengan senyum jahil.
3 jam pun berlalu, akhirnya mereka bertiga sampai di terminal. Adit turun dengan wajah penuh kantuk, di susul dengan Ica turun sambil meregangkan kedua tangannya ke atas, dan Adi turun dengan wajah pucat penuh ketakutan.
Melihat Adi dengan kondisi seperti itu, Adit pun bertanya, "Kau kenapa? Apakah kau mabuk darat?"
"Dia seperti itu setelah dia makan tadi," jawab wanita tua, yang duduk di samping Adi. Sambil keluar dari bus, dengan senyum jahil di wajahnya.
"Sepertinya aku pernah melihat senyum seperti itu," kata Adit dalam hatinya dengan membayangkan wajah omanya.
"Aku akan mencarikanmu minyak angin," ucap Ica ke Adi.
"Tidak perlu aku baik-baik saja."
"Baiklah kalau begitu kita akan berpisah mulai dari sini, sampai jumpa nanti di sekolah," ucap Adit.
"Aku akan ke alamat ini," ujar Ica, sambil menunjukan selembar kertas kecil.
"Sepertinya tujuan kita sama, bagaimana kalau kita barengan?" ucap Adit dengan sedikit senang.
"Bolehkah aku ikut dengan kalian?" tanya Adi, dengan sedikit takut.
"Memangnya tujuan awalmu kemana?" tanya Ica.
"Aku akan ke rumah paman dan bibiku, tapi mungkin akan lebih menyenangkan jika aku bersama kalian," jawab Adi dengan semangat.
"Tampaknya kau sudah kembali bersemangat lagi, padahal beberapa detik yang lalu mukamu pucat," ucap Adit.
"Ok, tunggu di sini aku akan pergi menyewa mobil buat kita," usul Ica.
"Aku akan membeli beberapa kebutuhan, apa kau juga mau?" tanya Adit ke Ica.
"Iya, mungkin beberapa mi instan dan mineral."
"Aku akan ikut bersama Adit."
"kalau begitu, 5 menit lagi kita kumpul kembali di sini," ucap ica.
Akhirnya mereka pun keluar dari terminal ke tujuan mereka berikutnya. Dengan muka yang kembali pucat, Adi yang melihat wanita tua yang duduk di sebelahnya saat di bus, sambil wanita tua itu tersenyum melambaikan tangannya di bawah sinar lampu jalan, saat mobil yang mereka tumpangi melewatinya keluar dari terminal.
Setelah perjalan 1 jam dari terminal bus ke tujuan mereka. Adit, Ica dan Adi pun, telah berada di depan bangunan tua yang tampaknya tidak begitu terawat dengan baik. Melihat bangunan 2 lantai itu dengan 12 kamar, pohon bambu di sebelah kanan bangunan yang begitu rimbun, sehingga sebagian batang dan daunnya, masuk ke area kamar kos di lantai 2 yang bersebelahan dengan pohon bambu tersebut.
"Selamat datang di kos bambu, bagaimana perjalanan kalian?" sambut pasangan suami istri pemilik kos
"Perkenalkan aku Julia dan ini suamiku Roni, pemilik kos-kosan ini," lanjut perkataan Julia.
"Tunggu sebentar, hari ini kami hanya mendapatkan info kalau yang datang untuk menyewa di kos ini hanya 2 orang, kenapa kalian bertiga?" tanya Roni.
"Maaf kan kami Om, Tante!, kami tidak bermaksud..." jawab Ica yang penjelasannya tiba-tiba kepotong.
"Hooooooo..!?, jadi kamu Ica yah cucu dari Bu Laila?" tanya Julia, sambil memegang dan mencubit pipi Ica dengan sangat bahagia dan gemas.
"Dan kamu cucu dari Bu Kety yah?, badan kamu bagus, tubuh kamu kekar penuh otot, kamu di kasi makan apa sih sama Bu keti?" lanjutnya sambil mencubit pipi Adi.
"Maaf Tante, maksud Tante mungkin pemuda yang berada di belakang saya?" jawab Adi yang pipinya masih di cubit.
"Hehehe … iya Tante aku cucu dari Oma Kety," jawab Adit dengan senyum polosnya.
"Oh … maaf … maaf, dan juga jangan panggil Tante dong!, panggil saja Bu dan pak, okeeh!?," Ucap Bu Julia dengan malu.
"Kalau begitu kalian masuk dulu, sudah jam 11 malam, kalian capekkan?, disini udaranya dingin, nanti kalian sakit lagi," kata Pak Roni, mengajak mereka bertiga, menuju rumah Pak Roni dan Bu Julia, yang berada diaamping bangunan kos.
Setelah pertemuan di depan pagar kos, Adit, Ica dan Adi di persilahkan masuk ke rumah Pak Roni dan Bu Julia. Dengan di hidangkannya secangkir teh hangat dan sedikit kue kering dan cemilan.
"Jadi begini, karena ini sudah hampir tengah malam, dan juga info yang kami dapat, kalau yang akan datang menyewa hanya 2 orang dan kami hanya menyiap kan 2 kamar yang sudah di rapikan," ucap Pak Roni menjelaskan.
"Iya, disini kami punya 12 kamar, 6 di atas dan 6 di bawah," sambung Bu Julia.
"Jadi kamar yang kami bersihkan dan rapikan ada di lantai bawah sebelah tangga menuju ke atas, kamar nomor 2 dan kamar nomor 3," lankut perkataan Bu Julia.
"Jadi seperti yang aku lihat, kos-kosan ini berlantai 2 dengan 12 kamar. Dengan denah bangunan 3 kamar di bagian kiri dan 3 kamar di bagian kanan dengan tangga menuju ke lantai 2 di tengah dari ke 3 kamar itu, begitu pun di lantai 2 mengikuti denah di lantai bawah."
"Maklumlah kami tinggal hanya berdua dan kami sangat sibuk, jadi kami tidak sempat untuk merawat tempat ini," kata Pak Roni.
"Kalian bisa liat sendirikan?, dedaunan berserakan di tanah, terkadang penghuni lain juga membantu kami untuk membersihkannya, tapi karena pohon bambunya terlalu rimbun pasti ada aja dedaunan yang gugu," ucap Bu Julia, melanjutkan perkataan Pak Roni
"Jadi salah satu dari kalian akan menempati kamar atas yang masih kosong," Ucap Pak Roni.
"Bukannya di bawah Masi ada kamar?," tanya Adit.
"Iya betul, tapi selain 2 kamar kosong di bawah, yang lainnya sudah terisi." jawab Bu Julia.
"Biarkan aku yang menghuni kamar bawah ya?, di lantai atas terlihat sangat menyeramkan", kata Adi berbisik ke Adit.
"Lah!? … memangnya aku tidak takut apa?" jawab Adit berbisik.
Dengan melihat ke arah mereka berdua Ica berkata, "Kamu ngalah aja Adit, dari pada nanti dia kenapa-napa."
Ica berkata seperti itu karena Ica tahu, Adit dari Desa yang sama dengannya, dan berpikir Adit mungkin sudah terbiasa dengan hal-hal yang tak terduga.
"Aku akan memberikan apa yang kamu mau deh!," bujuk Adi dengan sedikit memelas.
"Jadi harus aku yang mengalah?" tanya Adit dengan sedikit kecewa.
Ica dan Adi menganggukkan kepalnya sambil menatap ke arah Adit. Setelah perbincangan mereka, Pak Roni mengantarkan Adit, Ica dan Adi ke depan kos tanpa di temani Bu Julia.
Sesampai nya di depan tangga menuju lantai 2, Ica dan Adi langsung menuju ke kamar mereka masing-masing. Tersisah Adit dan Pak Roni yang memulai perbincangan kecil di depan tangga menuju ke lantai atas.
"Jadi ini kunci kamarmu, kamarmu yang di sudut kanan dekat pohon bambu itu, kamar nomor 12," kata Pak Roni.
"Kenapa tidak di sebelah tangga saja sih Pak, kamarnya?" tanya Adit dengan sedikit kesal.
"Seperti yang kamu lihat, bangunan ini kurang terurus, jadi selain kamar di sudut itu, kamar yang lainnya WCnya rusak, kerannya belum di perbaiki," kata Pak Roni, menjelaskan ke Adit sambil memberikan kunci.
"Kalau kamu mau, kamu bisa sedikit merapikan bambu-bambu itu yang masuk ke area bangunan," sambung Pak Roni.
"Tapikan Pak!?" Kata Adit dengan tidak terima.
"Ya sudah begitu aja, Bapak mau istirahat, nanti Bapak turunin harga sewanya tapi cuman 10%, hahahaha," Ucap Pak Roni dengan sedikit mengejek.
Sambil melihat kunci di tangannya, samar-samar ada yang berdiri menatap Adit di tangga menuju lantai atas.
sambil menoleh ke arah tangga Adit berkata, "apa itu tadi?, mungkin cuman perasaanku saja."
Adit pun kaget dan berteriak ketika pergelangan tangannya di pegang. "Woy kau kenapa?," tanya Adi yang agak kaget sambil memang tangan Adit.
"Apa yang kau lakukan?, Kau membuatku kaget!," Sambil melepaskan tangannya dari genggaman Adi.
"Lagian aku panggil-panggil malah melamun."
"Sudah lah! Aku mau ke kamarku!," kata Adit dengan sedikit kesal.
"Hehehe … maaf yah dan terimakasih, kalau kau butuh bantuan tanya saja padaku," ucap Adi dengan sedikit ketawa.
Adit menuju ke kamarnya dengan kesal dan keluhan, "Apa-apaan ini kenapa mesti aku yang menghuni kamar itu, dedaunan yang berserakan, lampu yang kedap-kedip, kuharap kamar itu baik-baik saja."
Dengan masuk ke kamar itu secara perlahan, Adit terheran-heran melihat kondisi ruangan itu rapi dan bersih.
Seperti terawat dengan baik, bahkan setitik debu pun tidak ada.
"Katanya tidak terawat, tapi ini bisa di bilang seperti ada yang menghuni tempat ini." Ucap Adit sambil melihat sekeliling.
"Semoga saja anak itu betah dengan kamarnya," kata Pak Roni sambil masuk ke dalam rumahnya.
"Huuaa...! mungkin lebih baik aku langsung tidur aja, bersyukur rasanya tidak harus beres-beres ruangan dulu," kata Adit sambil merebahkan badannya di ranjang.
"Bahkan kasur dan selimutnya bersih tampak masih baru," lanjutnya sambil menyelimuti badan dan menutup matanya.
Setelah memejamkan matanya dan terlelap, tanpa mengetahui apa yang akan terjadi ke esokan harinya. Pagi pun tiba dengan cahaya matahari memasuki kamarnya dari selah-selah lubang ventilasi.
Adit pun terbangun dan menegakkan setengah badannya, begitu pula dengan gadis yang berada di sebelahnya. Dengan muka masih ngantuk mereka berdua saling menatap beberapa detik dan berteriak.
"AAAAHHHHHHHHHH...!!!"
Matahari telah terbit, cahayanya pun masuk dari selah-selah ventilasi udara yang mengenai wajah ku.
"Huaaaaaaah"
Membangunkan setengah badanku dan menyenderkannya, sambil menguap dan menggosokkan mataku, tanpa sadar aku menoleh ke arah sebelahku.
"Apakah ini mimpi?" ucapku sambil memandangi wanita cantik nan manis yang berada di sebelahku dengan posisi yang sama denganku.
Beberapa detik setelah kami saling menatap, dengan kagetnya kami pun berteriak!.
"AAAAAAAHHHHHHHHHH!!!" sambil aku di dorongnya terjatuh dari ranjang.
"Apa yang sudah kau perbuat?, apa yang kau lakukan di kamarku ini?" Sambil melempar bantal kepadaku dan benda-benda yang ada di sekitarannya, dia pun berteriak meminta tolong.
"Tolong...! Ada maling tolong...!"
Dengan panik aku pun meraih tangannya dan menutup mulutnya yang berisik meminta tolong.
"Woy! … diam apa yang kau lakukan?, bisa-bisa aku dapat masalah kalau kau teriak begini!"
Karena kejadiannya begitu cepat, tiba-tiba kepalan tangan mengarah ke pipiku dengan sangat keras, dan untuk kedua kalinya aku terjatuh kelantai.
"Apa yang kau lakukan!?, berani-beraninya kau menyentuhku!. Kau ingin berbuat buruk kepadakukan?, makanya diam-diam kau masuk ke kamarku!"
Dengan menahan nyeri di pipi sambil memeganginya "Woy!woy! Woy!, bicara apa kau ini!?, Ini kamarku dan resmi Pak Roni memberikanku kunci kamar ini!"
"Halah! aku tidak percaya dengan omongan laki-laki sepertimu!, ngaku gak, atau aku akan mengteriakimu!" ancam wanita itu.
"Tunggu?, kita bicarakan masalah ini baik-baik, ok?" Usulku.
Perlahan-lahan aku menjelaskan kejadiannya agar, dia merasa tenang dan situasi bisa terkendali.
"Jadi begitulah Pak Roni dan Bu Julia memberikanku kunci ini, dan sebagai penghuni kamar ini."
"Aku bahkan tidak tahu kalau kamar ini ada penghuninya, karena kata Pak Roni pun, kamar ini agak sedikit berantakan tapi yang kulihat, kamar ini sangat bersih dan rapih."
"Tentu saja kamar ini bersih dan rapih, itu karena aku selalu membersihkannya setiap hari," jawab gadis itu sambil memeluk bantal dan menyelimuti badannya dengan selimut.
"Tunggu sebentar?, kenapa Pak Roni dan Bu Julia mengatakan kalau kamar ini kosong dan sedikit berantakan?. Sudah berapa lama kau tinggal di kamar ini?" tanyaiku kepadanya.
"Aku sudah berada di kos-kosan ini, tinggal di kamar ini sudah dua bulan, dan besok hari pertamaku untuk bersekolah," jawabnya.
"Memangnya kenapa kau menanyakan itu?" tanyanya kembali.
Dengan berfikir sejenak, dan menyadari situasi saat ini, aku pun berdiri dan ingin menemui pemilik kos-kosan ini, dan ingin menanyakan situasi saat ini yang membuatku bingung.
"Kau mau kemana!?, kau mau kabur yah?" tanya gadis itu sambil melempariku bantal.
"Enak aja kabur!, aku sudah bayar tempat ini untuk 3 tahun ke depan." Dengan lekas aku menuju ke rumah Pak Roni dan Bu Julia.
Dengan langkah kaki yang cepat menuruni tangga, aku pun melewati Adi yang keluar dari kamarnya sambil menyapaku, tapi aku tidak menggubrisnya. Tanpa kusadari, Ica mengintip dari balik jendela kamarnya.
Melihat pasangan suami istri pemilik kos itu pun keluar, dengan sesegera mungkin aku menghampiri mereka berdua.
"Kebetulan sekali Pak, Bu?"
"Ada apa?, kenapa kamu tergesah-gesah di pagi-pagi begini?" tanya Bu Julia menatapku heran.
"Begini Bu, aku ingin menanyakan tentang kamar yang...." Pertanyaanku pun terpotong oleh pak Roni.
"Kalau soal itu nak Adit, nanti saja kita bahas, soalnya kami sedang buruh-buruh, kami sudah telat berangkat kerja.".
"Iya, nanti saja kita bicarakan itu, kami pergi dulu," kata Bu Julia sambil memasuki mobilnya dan pergi begitu saja.
Tidak lama setelah kepergian Pak Roni dan Bu Julia, Adi dan Ica pun datang menemuiku yang masih berdiri depan rumah Pak Roni dan Bu Julia. Dengan sapaan, Adi bertanya-tanya, "Apa yang kau lakukan di sini?, tadi aku menyapamu, tapi kau malah melewatiku begitu saja!"
"Memangnya ada masalah apa sampai kau begitu terburu-buru menemui mereka?, apakah keran air di kamarmu bermasalah?" tanya Ica dengan penasaran.
"Tidak, bukan itu yang ingin kutanyakan kepada mereka." Tanpa kusadari, aku melupakan kalau gadis itu kasih berada di kamarku. Aku pun bergegas kembali ke kamarku.
"Kau mau kemana?" tanya Ica.
"Aku mau kembali ke kamarku dulu dan ingat, kalian jangan pernah naik ke lantai 2 apa pun alasannya!" jawabku sambil meninggalkan mereka berdua.
Dan perbincangan kecil pun terjadi di antara Adi dan Ica, "apakah kau tahu sesuatu?, karena dari tadi aku melihatmu begitu gelisah," tanya Adi ke Ica, yang melihat Adit pergi menjauh.
"Tidak! … tidak apa, cuman aku hanya merasakan sedikit suasana aneh di lantai 2," jawab Ica dengan raut wajah yang cemas.
"Apa tidak apa-apa, Adit tidak diberi tahu?" tanya Bu Julia ke Pak Roni.
"Iya tidak apa-apa!, lagian diakan cucu Bu keti, dan warga dari Desa Bambu,jadi jangan khawatir, pasti hal-hal kayak begitu sudah biasa baginya!" jawab Pak Roni sambil senyum tipis.
Setelah kejadian di depan rumah Pak Roni dan Bu Julia, aku pun bergegas kembali ke kamarku, aku mendapati kalau gadis itu sudah tidak ada. Pikirku dia sudah pergi dari kamar ini, karena takut kalau aku melaporkannya ke pemilik kos, tapi tanpa kusadari saat aku duduk di pinggir ranjang sambil menghela nafas, bersyukur kalau gadis itu telah pergi. Gadis itu pun keluar dari dalam toilet dengan tubuh yang di lilit handuk dan rambut panjangnya yang basah.
"AAAAAHHHH!!"
Dan lagi kami pun bertatapan dan berteriak kaget melihat satu sama lain. Gadis itu pun mengambil gayung dan melemparkannya ke arahku dan mengenai tepat di kepalaku.
Setelah beberapa saat situasi dan kondisi pun kembali normal, dia sudah memakai bajunya dan duduk di atas ranjang, sementara aku duduk melantai saling berhadap-hadapan dengan jarak di antara kami.
Aku pun berpikir, bagaimana cara menyelesaikan masalah ini?, karena pemilik kos sedang tidak ada dan nanti malam baru mereka pulang. Sambil berfikir dan menatapinya, dia pun berkata, "Apa yang kau lihat?, apakah kau berfikir untuk berbuat hal yang tidak senonoh kepadaku?"
"Apa yang kau katakan?, aku tidak akan mendekatimu!, jika aku tahu akan mendapat pukulan darimu!"
"Lantas kenapa kau melihat dengan tatapan mesummu?"
"Aku sedang berfikir apa yang harus kita lakukan setelah ini, karena pemilik kos saat ini sedang tidak di rumah," jawabku..
Dan dengan spontan pun aku menanyakan namanya, entah apa yang kupikirkan.
"Apa maumu?, kau ingin menggodaku yah?" responnya dengan marah saat kutanyakan namnya.
"Apa maksudmu!?, aku hanya ingin mengetahui namamu agar aku bisa menjelaskannya kepada pemilik kos, jadi jangan berfikir yang tidak-tidak, aku bukan lelaki seperti itu!"
"Baiklah aku akan memberi tahukan namaku, tapi jika kau berani macam-macam denganku!, aku akan langsung menghajarmu."
"Dan tetap diam di situ sampai Bapak kos dan istrinya pulang, kau mengerti?" sambungnya.
"Iya, iya! … aku tidak akan melakukan apapun sampai mereka kembali."
"Hmmm!. Namaku indah dan jangan pernah berani mendekatiku."
Dengan nada yang kesal dia pun memberitahukan namanya, dan seketika ketukan pintu kamarku pun terdengar pertanda ada seseorang dari balik pintu itu.
[Tok! … Tok! … Tok! ….]
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!