Setelah perjalan 1 jam dari terminal bus ke tujuan mereka. Adit, Ica dan Adi pun, telah berada di depan bangunan tua yang tampaknya tidak begitu terawat dengan baik. Melihat bangunan 2 lantai itu dengan 12 kamar, pohon bambu di sebelah kanan bangunan yang begitu rimbun, sehingga sebagian batang dan daunnya, masuk ke area kamar kos di lantai 2 yang bersebelahan dengan pohon bambu tersebut.
"Selamat datang di kos bambu, bagaimana perjalanan kalian?" sambut pasangan suami istri pemilik kos
"Perkenalkan aku Julia dan ini suamiku Roni, pemilik kos-kosan ini," lanjut perkataan Julia.
"Tunggu sebentar, hari ini kami hanya mendapatkan info kalau yang datang untuk menyewa di kos ini hanya 2 orang, kenapa kalian bertiga?" tanya Roni.
"Maaf kan kami Om, Tante!, kami tidak bermaksud..." jawab Ica yang penjelasannya tiba-tiba kepotong.
"Hooooooo..!?, jadi kamu Ica yah cucu dari Bu Laila?" tanya Julia, sambil memegang dan mencubit pipi Ica dengan sangat bahagia dan gemas.
"Dan kamu cucu dari Bu Kety yah?, badan kamu bagus, tubuh kamu kekar penuh otot, kamu di kasi makan apa sih sama Bu keti?" lanjutnya sambil mencubit pipi Adi.
"Maaf Tante, maksud Tante mungkin pemuda yang berada di belakang saya?" jawab Adi yang pipinya masih di cubit.
"Hehehe … iya Tante aku cucu dari Oma Kety," jawab Adit dengan senyum polosnya.
"Oh … maaf … maaf, dan juga jangan panggil Tante dong!, panggil saja Bu dan pak, okeeh!?," Ucap Bu Julia dengan malu.
"Kalau begitu kalian masuk dulu, sudah jam 11 malam, kalian capekkan?, disini udaranya dingin, nanti kalian sakit lagi," kata Pak Roni, mengajak mereka bertiga, menuju rumah Pak Roni dan Bu Julia, yang berada diaamping bangunan kos.
Setelah pertemuan di depan pagar kos, Adit, Ica dan Adi di persilahkan masuk ke rumah Pak Roni dan Bu Julia. Dengan di hidangkannya secangkir teh hangat dan sedikit kue kering dan cemilan.
"Jadi begini, karena ini sudah hampir tengah malam, dan juga info yang kami dapat, kalau yang akan datang menyewa hanya 2 orang dan kami hanya menyiap kan 2 kamar yang sudah di rapikan," ucap Pak Roni menjelaskan.
"Iya, disini kami punya 12 kamar, 6 di atas dan 6 di bawah," sambung Bu Julia.
"Jadi kamar yang kami bersihkan dan rapikan ada di lantai bawah sebelah tangga menuju ke atas, kamar nomor 2 dan kamar nomor 3," lankut perkataan Bu Julia.
"Jadi seperti yang aku lihat, kos-kosan ini berlantai 2 dengan 12 kamar. Dengan denah bangunan 3 kamar di bagian kiri dan 3 kamar di bagian kanan dengan tangga menuju ke lantai 2 di tengah dari ke 3 kamar itu, begitu pun di lantai 2 mengikuti denah di lantai bawah."
"Maklumlah kami tinggal hanya berdua dan kami sangat sibuk, jadi kami tidak sempat untuk merawat tempat ini," kata Pak Roni.
"Kalian bisa liat sendirikan?, dedaunan berserakan di tanah, terkadang penghuni lain juga membantu kami untuk membersihkannya, tapi karena pohon bambunya terlalu rimbun pasti ada aja dedaunan yang gugu," ucap Bu Julia, melanjutkan perkataan Pak Roni
"Jadi salah satu dari kalian akan menempati kamar atas yang masih kosong," Ucap Pak Roni.
"Bukannya di bawah Masi ada kamar?," tanya Adit.
"Iya betul, tapi selain 2 kamar kosong di bawah, yang lainnya sudah terisi." jawab Bu Julia.
"Biarkan aku yang menghuni kamar bawah ya?, di lantai atas terlihat sangat menyeramkan", kata Adi berbisik ke Adit.
"Lah!? … memangnya aku tidak takut apa?" jawab Adit berbisik.
Dengan melihat ke arah mereka berdua Ica berkata, "Kamu ngalah aja Adit, dari pada nanti dia kenapa-napa."
Ica berkata seperti itu karena Ica tahu, Adit dari Desa yang sama dengannya, dan berpikir Adit mungkin sudah terbiasa dengan hal-hal yang tak terduga.
"Aku akan memberikan apa yang kamu mau deh!," bujuk Adi dengan sedikit memelas.
"Jadi harus aku yang mengalah?" tanya Adit dengan sedikit kecewa.
Ica dan Adi menganggukkan kepalnya sambil menatap ke arah Adit. Setelah perbincangan mereka, Pak Roni mengantarkan Adit, Ica dan Adi ke depan kos tanpa di temani Bu Julia.
Sesampai nya di depan tangga menuju lantai 2, Ica dan Adi langsung menuju ke kamar mereka masing-masing. Tersisah Adit dan Pak Roni yang memulai perbincangan kecil di depan tangga menuju ke lantai atas.
"Jadi ini kunci kamarmu, kamarmu yang di sudut kanan dekat pohon bambu itu, kamar nomor 12," kata Pak Roni.
"Kenapa tidak di sebelah tangga saja sih Pak, kamarnya?" tanya Adit dengan sedikit kesal.
"Seperti yang kamu lihat, bangunan ini kurang terurus, jadi selain kamar di sudut itu, kamar yang lainnya WCnya rusak, kerannya belum di perbaiki," kata Pak Roni, menjelaskan ke Adit sambil memberikan kunci.
"Kalau kamu mau, kamu bisa sedikit merapikan bambu-bambu itu yang masuk ke area bangunan," sambung Pak Roni.
"Tapikan Pak!?" Kata Adit dengan tidak terima.
"Ya sudah begitu aja, Bapak mau istirahat, nanti Bapak turunin harga sewanya tapi cuman 10%, hahahaha," Ucap Pak Roni dengan sedikit mengejek.
Sambil melihat kunci di tangannya, samar-samar ada yang berdiri menatap Adit di tangga menuju lantai atas.
sambil menoleh ke arah tangga Adit berkata, "apa itu tadi?, mungkin cuman perasaanku saja."
Adit pun kaget dan berteriak ketika pergelangan tangannya di pegang. "Woy kau kenapa?," tanya Adi yang agak kaget sambil memang tangan Adit.
"Apa yang kau lakukan?, Kau membuatku kaget!," Sambil melepaskan tangannya dari genggaman Adi.
"Lagian aku panggil-panggil malah melamun."
"Sudah lah! Aku mau ke kamarku!," kata Adit dengan sedikit kesal.
"Hehehe … maaf yah dan terimakasih, kalau kau butuh bantuan tanya saja padaku," ucap Adi dengan sedikit ketawa.
Adit menuju ke kamarnya dengan kesal dan keluhan, "Apa-apaan ini kenapa mesti aku yang menghuni kamar itu, dedaunan yang berserakan, lampu yang kedap-kedip, kuharap kamar itu baik-baik saja."
Dengan masuk ke kamar itu secara perlahan, Adit terheran-heran melihat kondisi ruangan itu rapi dan bersih.
Seperti terawat dengan baik, bahkan setitik debu pun tidak ada.
"Katanya tidak terawat, tapi ini bisa di bilang seperti ada yang menghuni tempat ini." Ucap Adit sambil melihat sekeliling.
"Semoga saja anak itu betah dengan kamarnya," kata Pak Roni sambil masuk ke dalam rumahnya.
"Huuaa...! mungkin lebih baik aku langsung tidur aja, bersyukur rasanya tidak harus beres-beres ruangan dulu," kata Adit sambil merebahkan badannya di ranjang.
"Bahkan kasur dan selimutnya bersih tampak masih baru," lanjutnya sambil menyelimuti badan dan menutup matanya.
Setelah memejamkan matanya dan terlelap, tanpa mengetahui apa yang akan terjadi ke esokan harinya. Pagi pun tiba dengan cahaya matahari memasuki kamarnya dari selah-selah lubang ventilasi.
Adit pun terbangun dan menegakkan setengah badannya, begitu pula dengan gadis yang berada di sebelahnya. Dengan muka masih ngantuk mereka berdua saling menatap beberapa detik dan berteriak.
"AAAAHHHHHHHHHH...!!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Matcha
semangat terus
2023-05-10
1