Di tempat kerja,Roni adalah teman kantor Sania,mereka terlihat begitu akrab,ke mana pun selalu bersama,seperti sepasang kekasih,tapi nyatanya tidak begitu. Roni sangat mencintai Sania tapi Sania tidak menanggapi perasaan Roni terhadapnya,Sania hanya menganggapnya sebatas rekan kerja.
Tapi Roni tidak menyerah,dia masih berusaha untuk mendapatkan cintanya Sania. Dia berjuang,hampir 2 tahun dia menunggu balasan dari Sania,namun hasilnya masih nihil,Sania masih cuek karena di hati Sania sudah ada Malik Abazir,sang guru ngaji yang selalu menjadi idolanya dalam hati. Meski kini sudah tahu bahwa Malik memilih gadis lain,Sania juga sama seperti Roni,masih mengharapkan.
‘Mas Malik,seperti apakah gadis pilihanmu itu? Secantik apakah dia hingga kamu lebih memilih dia? Apakah aku tidak cantik di mata kamu? Apakah gadis itu juga cinta sama kamu? Seberapa besar cintanya terhadapmu? Apakah sama besar cintaku terhadap mu?’
Sania hanya membatin dalam hati,dan dia menghela nafas dalam-dalam sambil memejamkan mata. Saat membuka mata,Roni sudah ada di depannya,"Roni,sudah dari tadi?" Tanya Sania.
“Baru saja,kamu gak makan siang? Kita makan siang bareng yuk?” Ajak Roni.
“Kerjaku masih belum kelar nih,”
“Sudah,gak perlu di pikirin,yang penting itu makan,untuk tambah tenaga,nanti kalau kamu jatuh sakit gimana?”
Roni sedikit memaksa dan akhirnya dengan terpaksa Sania mengikuti Roni untuk makan siang. Mereka makan siang di kantin,semua mata memandang ke arah mereka berdua. Siapa yang tidak kenal Roni Syahputra,anak direktur perusahaan,tempat Sania bekerja. Dengan perawakan yang gagah bak atlit,kulit putih,paras maskulin bak aktor korea dengan tinggi badan 183cm,Sania dengan tinggi 165cm berdiri di sampingnya hanya setinggi pundaknya.
Mereka berdua sudah terbiasa dengan banyak mata yang melucutinya,dari ujung rambut hingga ujung kaki. Mereka mengambil nasi dan menuju kursi kosong untuk tempat makan disana.
Selesai makan siang,Sania kembali ke meja kerjanya yang masih di ikuti Roni di sampingnya,"Kok kamu mengikuti aku? Emang kamu tidak ke ruangan kamu?" Tanya Sania sambil duduk di kursi depan meja kerjanya.
“San,sampai kapan sih kamu pura-pura tidak tahu perasaan ku terhadapmu?” Sudah berapa kali Roni menanyakan hal yang sama,namun Sania hanya menjawab kita lebih baik berteman saja.
“Kan sudah ku bilang,kita cocok nya berteman saja,kamu juga sudah tahu kan Ron,perbedaan kita itu antara langit dengan bumi,” jawab Sania sambil tersenyum. “Sudah jangan murung,sana kembali ke ruangan kamu,nanti aku juga yang kena sangsi,di kira menggoda anak bos,” canda Sania.
“Aku akan tetap menunggu kamu,Sania” bisik Roni sambil mendekatkan bibirnya di telinga Sania dan hanya di balas senyuman oleh Sania. Dia pun pergi ke ruangannya,untuk melanjutkan pekerjaan yang tertunda.
\*\*\*
Seperti biasa,sehabis sholat subuh dan sarapan pak Tarno pergi ke sawah,hendak menanam sayur mayur,beliau menyewa sawah milik pak Herman dan membayarnya setiap panen,kalau musim hujan,pak Tarno menanam padi kalau musim kemarau beliau menanam sayur mayur,lumayan, hasil panen bisa di jual ke pasar dan bisa untuk memasak sendiri di rumah.
kebetulan hari ini Anjani libur,tidak bekerja,biasanya di tempat kerja di kasih libur dalam sebulan 2x. Dia bisa membantu ibu membuat kue pesanan dari bu Ratna untuk arisan nanti sore. Kue yang di pesan donat,lemper dan pisang goreng. Kue buatan bu Mirna memang enak dan banyak tetangga sering memesan ke pada beliau saat ada acara.
“Anjani,tolong belikan tepung dan juga gula ya,kebetulan di rumah sudah habis.” suruh bu Mirna kepada Anjani yang kala itu sedang mencuci baskom yang hendak di pakai buat mencampur adonan.
“Baik bu.” Anjani langsung berangkat tanpa membantah. Tidak lupa dia memakai hijab nya dan mengayuh sepeda menuju warung mak Inah. Mak Inah adalah seorang janda yang tidak memiliki anak,mereka di sana sudah biasa memanggil dengan sebutan mak Inah. Beliau orang yang dermawan,setiap hari jumat dia selalu membagi sembako untuk tetangga yang kurang mampu dan sedekah ke masjid.
“Assalamualaikum,mak,”
“Waalaikumsallam,eh Anjani,mau belanja apa,An?” Sahut mak Inah dari dalam warung.
“Ini mak mau belanja tepung terigu sama gula pasir,ada mak?” Jawab Anjani sambil menyodorkan kertas bertulis kan belanjaan yang akan dia beli di sana.
“Mau bikin kue ya?” Tanya mak Inah.
“Iya mak,kebetulan bu Ratna pesan buat arisan nanti sore di rumahnya.” jawab Anjani.
“Tunggu sebentar ya,” kata mak Inah sambil mengambil semua apa yang telah di beli Anjani. Sedang menunggu barang belanjaan,datang seorang ibu setengah baya juga akan belanja di sana. Dia adalah ibu Desi,wanita yang suka pamer harta dan tidak mau tersaingi.
“Eh Anjani,mau ngutang lagi di sini?” Tanya bu Desi dengan nada suara begitu merendahkan,Anjani hanya tersenyum. Memang waktu Anjani masih kecil dan masih sekolah,bu Mirna sering ngutang sembako di warung mak Inah,kadang mak Inah memberi lebih dengan apa yang di beli.
“Alhamdulillah,sekarang tidak ngutang lagi,kan Anjani sudah bekerja.” mak Inah yang menjawab perkataan bu Desi.
“Oh ya? Memangnya kamu bekerja di mana?” Tanya bu Desi ketus.
“Di toko baju milik bu Ida.” jawab Anjani sopan tak lupa dengan senyumnya yang menawan.
“Ini Anjani belanjaan kamu," kata mak Inah sambil menyodorkan kantong keresek berisikan belanjaan Anjani,dia pun membayarnya dan pamitan kepada kedua wanita itu.
“Terimakasih mak Inah,mari bu Desi.” pamit Anjani sembari meninggalkan mereka berdua.
“Eh mak Inah,dengar berita tidak?” Bu Desi memulai bergosip.
“Berita apa sih bu Des?” Tanya mka Inah tak acuh.
“Dengar-dengar si Anjani itu menggoda Danu,anaknya jeng Ida,pemilik toko baju itu,tempat dia bekerja.”
“Masa sih,tidak mungkin lah Anjani menggoda Danu,apa lagi Ajani anak yang baik,saya tidak percaya dengan berita itu.” ucap mak Inah.
“Sebenarnya bu Desi kesini mau belanja apa?”
“Mak Inah ini tidak percayaan saja,ya sudah saya mau beli beras 10kg.”
Mak Inah menimbang beras 10kg buat bu Desi.
“Ini mau bayar apa ngutang lagi bu?” Tanya mak Inah sedikit sewot.
“Aku bayar mak Inah,sekalian utang ku yang kemarin berapa?”
“Beras 10kg di tambah utang yang bulan lalu 130rb,totalnya 250rb bu.” jawab mak Inah.
“Banyak amat, mak Inah tidak salah hitung?” Bu Desi kaget dan tidak percaya kalau dia punya hutang sebanyak itu.
“Kalau tidak percaya,nih lihat sendiri catatan hutang milik bu Desi.” mak Inah menyodorkan buku tagihan hutang milik bu Desi.
“Coba sini aku lihat.” bu Desi merebut kasar buku itu dari tangan mak Inah.
“Ya sudah,nih aku bayar lunas.” dia memberikan lembaran uang seratus ribuan 3 lembar kepada mak Inah dan mak Inah memberikan kembalian. Bu Desi lekas pulang dari warung mak Inah tanpa pamit. Mak Inah hanya memandang nya dari jauh sambil berkata,"Tadi ngomong Anjani tukang ngutang,eh dia juga malah ratunya ngutang."
Sesampainya di rumah,Anjani langsung membantu ibunya di dapur untuk membuat kue pesanan bu Ratna,karena nanti jam 3 sore harus sudah di antar ke sana,kebetulan Vania sudah pulang dari sekolah,dia juga ikut membantu ibunya di dapur,sebisanya apa yang mampu dia bantu.
“Bu,ini donat nya sudah mengembang.”
“Ya sudah,tinggal di goreng saja.”
“Suruh kakak mu menggoreng,kamu masih belum bisa,nanti kena minyak panas.” kata bu Mirna kepada Vania.
“Kak,goreng donat nya.” Vania menghampiri Anjani yang sedang megayak tepung.
“Ini,kamu yang ngerjakan ya?”
“Iya.” jawab Vania.
Dengan di bantu kedua anak perempuannya,bu Mirna sudah selesai membuat kue pesanan bu Ratna.
Anjani di temani Vania mengantar kue pesanan bu Ratna. Mereka berdua naik sepeda berboncengan,karena mereka tidak memiliki motor. Boro-boro beli motor,cukup buat makan sehari-hari saja sudah Alhamdulillah bagi keluarga pak Tarno.
***
Mohon dukungannya ya sobat untuk semua karya-karya ku 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments