Yang di tunggu akhirnya datang juga,ustadz Malik Abazir beserta kedua orangtuanya ustadz Maulan Abazir dan ibu nyai Siti Fatimah.
Ustadz Malik adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara,kakak pertama perempuan -Arini,sudah menikah dan ikut suaminya di ibu kota dan kakak keduanya juga perempuan-Maisaroh biasa di panggil Sarah,sudah menikah dan masih tinggal bersama dengan ustadz Malik dan kedua orang tuanya.
“Assalamualaikum,” suara ustadz Maulana penuh kelembutan dan berwibawa.
“Wa'alaikumsallam,” jawab pak Tarno yang sedari tadi menunggu di teras rumah.
“Mari masuk pak ustadz,bu nyai,” sambut bu Mirna dari ruang tamu. Dan mereka pun masuk ke dalam rumah Anjani yang begitu terlihat sederhana,duduk beralaskan tikar dengan lampu penerangan seadanya.
Anjani duduk di samping ibunya,dari tadi dia hanya menundukkan wajahnya,mencoba menyembunyikan perasaan yang sebenarnya.
"Mohon maaf pak Tarno,bu Mirna,niat kedatangan kami kesini hendak menyampaikan niat baik anak kami,Malik," pak ustadz Maulana memulai obrolan.
"Injih pak ustadz,kami juga sudah tahu,nak Malik juga sudah memberi tahu saya," jawab pak Tarno sambil melirik ke arah Anjani yang sedari tadi hanya menunduk.
"Gimana pendapat nak Anjani?" Tanya bu Nyai ke pada Anjani.
Anjani menatap sendu kepada ibunya dan meremas erat lengan ibunya.
"Kalau Anjani sih,manut saja katanya," jawab bu Mirna dan Anjani semakin erat meremas lengan ibunya,sampai-sampai bu Mirna meringis menahan sakit.
"Oh,bagus kalau begitu," timpal pak ustadz Maulana.
Bapak Anjani hanya diam dan sesekali menghela nafas panjang. Sesekali ustadz Malik melirik ke arah Anjani yang masih menundukkan wajahnya.
"Kalau begitu,satu minggu ke depan,kami akan datang lagi kesini untuk melamar nak Anjani," ucapan pak Ustadz Maulana. Dan kedua orang tua Anjani mengiyakan tanda setuju.
Mereka juga menikmati hidangan yang di sajikan oleh keluarga pak Tarno sebelum
Mereka berpamitan untuk pulang.
******
“Kakak,ngapain ngelamun sendiri di sini?”
Seketika suara Wanda membuat Sania menoleh ke arah nya,"Enggak,aku lagi memandang bulan itu," sambil Sania menunjuk ke arah bulan yang di maksud.
Sania adalah kakak Wanda,mereka hanya selisih 3 tahun,saat ini Sania bekerja di sebuh bank swasta di kota,mereka berasal dari keluarga berada,cuma sayangnya Wanda tidak mau kuliah seperti kakaknya. Wanda juga sudah lulus sekolah dan masih belum mau bekerja,hanya main-main saja.
“Nda,kira-kira ustadz Malik sudah punya pacar belum ya?” Tanya Sania kepada adik kesayangannya itu.
Lantas Wanda menghampiri Sania dan duduk di sebelahnya,"Memang nya kenapa? Kakak suka ya sama ustadz Malik?"
“Iya,begitu deh,” jawab Sania malu-malu.
“Pendam saja deh rasa kakak itu dalam-dalam,beliau sudah punya wanita idaman dan akan segera melamarnya.” ucap Wanda yang juga ikut memandangi indahnya bulan malam ini.
“Apa? Yang benar kamu Nda,jangan menyebarkan fitnah,tidak elok,” Sania jelas terkejut dengan jawaban dari adiknya itu,dia juga tidak percaya begitu saja.
“Kalau kakak tidak percaya ya sudah,nanti kakak juga akan tahu sendiri.” Wanda berlalu meninggalkan Sania seorang diri di teras rumah.
Dia masih memikirkan apa yang barusan di ucapkan adiknya,ibu Siti menghampirinya dan duduk di sebelah Sania, “Ada apa?Kok kelihatannya murung gitu?” Tanya ibu nya.
“Tidak ada bu.”
“Sudah malam kok tumben masih di sini,belum tidur.”
“Masih belum ngantuk bu.”
Bu Siti menghela napas panjang," Dulu waktu ibu masih muda,ibu juga pernah suka sama seorang pemuda,dia teman main ibu waktu itu,setiap kali bertemu hati ibu senang banget apa lagi dia sangat ramah dan baik sama ibu,dari situ ibu mulai menganggap bahwa dia juga suka sama ibu,tapi ternyata ibu salah,sebenarnya dia suka sama teman ibu,ibu kecewa,akhirnya ibu merantau ke Surabaya dan bertemu sama bapak kamu," bu Siti menghentikan ceritanya.
“Ibu…” Sania memeluk ibunya,tak terasa menetes air matanya.
“Sudah,ayo masuk,sudah malam,besok kamu harus pergi bekerja.”
Mereka berdua pun masuk ke rumah dan menuju kamar masing-masing.
Di dalam kamar,Sania masih belum bisa tidur,dia masih penasaran siapa gadis yang akan menjadi pendamping hidup Malik. Di raihnya ponsel di atas meja rias,mencari tahu di media sosial tentang Malik Abazir namun tidak menemukan apapun di sana. Dia menghela napas dan berniat untuk pergi tidur saja.
*******
Di rumah,ustadz Malik masih teringat wajah ayu Anjani,masih terbayang di depan mata,dia sudah tidak sabar untuk mempersunting Anjani dan memilikinya seutuhnya.
Tiduran di atas sofa ruang tamu,dia senyum-senyum sendiri sambil membayangkan wajah ayu Anjani.
“Kamu mikir apa? Senyum-senyum sendiri kaya orang kesurupan,” goda kakak iparnya,di susul juga kakak perempuannya dan duduk di salah satu sofa.
Malik lantas beranjak dari tidurnya dan duduk di sofa itu,"Kak,aku mau tanya,menurut kalian berdua Anjani gimana anak nya?"
“Hmmm,dia cantik,baik,sopan,kenapa? Sudah gak sabar ya menunggu satu minggu lagi?” Jawab kakak perempuannya-Sarah .sembari menggoda adik nya itu Malik hanya tersenyum malu.
“Menikah itu jangan asal cantik wajahnya,cantik hatinya dan berbudi pekerti yang luhur,sopan santun,” lanjut kakak iparnya- Toni.
Malik menimpali,"Bukankah kriteria seperti itu sudah di miliki Anjani,bang?"
“Iya,Anjani memang gadis yang baik dan juga sopan.”
Toni melanjutkan kalimatnya,"Yang terpenting dia bisa menjadi ibu dan istri yang baik,"
Sarah hanya diam mendengar suaminya bicara,Bapak dan juga ibunya juga ikut nimbrung di ruang tengah,tempat mereka duduk dan ngobrol.
Sarah mencoba bertanya kepada ibunya,keperluan apa saja yang akan di bawa ke rumah Anjani kelak untuk melamarnya.
Sarah dan ibunya mencoba membahas semua apa yang perlu dibawa untuk lamaran kelak.
Suami Sarah beranjak dan pergi meninggalkan Sarah dan ibunya.
Di susul Malik yang juga hendak masuk ke kamarnya karena merasa sudah mengantuk.
Tinggal Sarah,bapak dan ibunya yang masih di ruang tengah,membahas seserahan untuk Anjani.
Waktu bergulir begitu cepat,jamur di dinding menunjukkan pukul 12 tengah malam.
Mereka bertiga memutuskan untuk menyudahi obrolannya dan akan melanjutkan esok hari.
Bu Fatimah dan juga pak Maulan beranjak pergi menuju kamar mereka yang terletak tidak jauh dari ruang tengah.
Di susul Sarah pun juga beranjak dari sana dan hendak menuju ke kamar nya,yang bersebelahan Dengan kamar milik adiknya itu
Malik Abazir.
Sebelum masuk ke kamar tidur,Sarah membereskan gelas kotor yang tadi suami dan juga bapaknya minuman kopi.
Sekalian pergi ke kamar mandi hendak mencuci muka sebelum tidur.
****************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
anggita
ng👍like aja..
2023-03-17
1