Aku terkejut melihat reaksi Robin setelah mendengarkan apa yang kukatakan.
" Biarkan saja Clara kehilangan bayinya. Aku tidak peduli sama sekali dengan bayi sialan itu. Sekarang yang aku mau, hanyalah segera bercerai dengan Clara atau aku membatalkan pernikahan konyol itu. Karena aku tidak pernah mencintai dia. Sayang, aku mohon! Ayo kita menikah setelah aku mengurus perceraianku dengan Clara!" ucap Robin sambil menggenggam telapak tanganku.
Aku tertawa terbahak-bahak mendengarkan semua lelucon yang diberikan oleh Robin di hadapanku saat ini.
" Aku pikir kau memang harus segera pergi ke psikiater untuk mengobati kegilaan yang ada di dalam dirimu!" ucapku dengan nada sarkas kemudian meninggalkan Robin yang masih membeku di tempatnya karena mendapatkan penolakan demi penolakan dariku.
Aku segera menuju mobilku yang aku parkir tidak jauh dari tempatku berdiri saat ini dan meninggalkan Robin di tempatnya. Aku sudah tidak peduli lagi dengan manusia pecundang seperti dia. Bagaimana mungkin dia mengharapkan kematian anaknya sendiri dan berniat akan bercerai dengan Clara? Padahal mereka baru menikah satu minggu! Gila! Dasar pecundang! Geram sekali aku dibuatnya dengan kelakuan Robin saat ini.
" Ya Allah bagaimana mungkin aku telah menghabiskan masa mudaku untuk laki-laki sampah seperti Robin yang bahkan tidak memiliki perasaan apapun kepada anak dan istrinya sendiri!" ucapku penuh penyesalan.
Penyesalan? Yah benar! Aku menyesali waktu 3 tahun yang telah kuhabiskan untuk menjadi kekasih Robin yang bajingan itu.
" Aku harus segera menemui pengacaraku. Aku akan menjual semua aset yang ada di desa ini dan aku akan pergi ke Jakarta dan memulai hidupku baruku di sana! Aku tidak mau hidupku terkotori dan selalu tercemari oleh manusia-manusia sampah seperti mereka! Aku akan memulai hidupku yang baru dan memulai semuanya dari nol! Aku akan melupakan semua kegetiran dan kesedihanku di desa ini!" ucapku yakin.
Dengan tekad bulat yang sudah aku patri di dalam hatiku, aku langsung pergi menemui pengacara keluargaku untuk memintanya agar segera mengurus semua penjualan aset-aset keluarga Andalas yang akan aku pindahkan ke Jakarta.
" Apa kau yakin kalau kau ingin pergi ke Jakarta dan memindahkan semua asetmu ke sana?" tanya pengacara paruh baya itu ingin mengkonfirmasi keputusan yang sudah ku ambil dengan matang dan bulat sempurna.
Aku menarik nafasku dengan dalam dan aku menatap mata paman Rudi agar dia bisa percaya dan yakin dengan keputusanku.
" Aku tidak pernah se yakin ini dalam mengambil keputusan Paman. Tolong kau untuk mendukung keputusanku ini. Karena aku sudah tidak tahan lagi untuk tinggal di desa ini. Aku ingin memulai hidup baruku di Jakarta dan memulai bisnis baru tanpa harus dibayang-bayangi oleh keluarga Paman Albert dan Bibi Aisyah yang benalu itu! Aku mohon Paman. Segera Paman urus penjualan aset-aset keluargaku dan segera pindahkan semuanya ke Jakarta. Aku ingin dalam satu minggu ini semuanya sudah siap!" setelah mengatakan itu aku langsung meninggalkan kediaman Paman Rudi dan kembali ke Mansion keluarga Andalas.
Sepanjang perjalanan ini, aku terus memikirkan keputusanku untuk segera meninggalkan Desa ini yang telah memberikan begitu banyak kenangan dan duka di dalam hatiku.
" Selamat tinggal! Aku tidak mau lagi menangisi dan marah untuk laki-laki seperti Robin. Laki-laki yang bahkan tidak pernah menghargai dirinya sendiri. Aku tidak mau menghabiskan hidupku dengan laki-laki seperti dia. Aku berharap aku menemukan laki-laki yang lebih baik dari Robin di tempat yang baru!" ucapku kepada diriku sendiri untuk memberikan sugesti positif ke dalam pikiranku agar tidak ragu lagi untuk melangkahkan kakiku meninggalkan Desa ini.
Desa yang telah 25 tahun menjadi saksi hidupku selama ini.
Sebelum kecelakaan menewaskan kedua orang tuaku,keluarga Andalas adalah keluarga yang paling terkenal di desa ini. Karena selain memiliki beberapa perusahaan dan juga perkebunan yang sangat luas. Keluarga Andalas adalah keluarga yang sangat terkenal di desa ini.
Selama 10 tahun setelah kedua orang tuaku meninggal. Semua aset dan kekayaan keluarga Andalas dikelola oleh Bibi Aisyah dan suaminya, Paman Albert.
Karena mengingat usiaku saat itu masih muda dan belum cukup umur untuk menerima semua kekayaan milik almarhum kedua orang tuaku.
Sehingga atas nama hukum, Bibi Aisyah dan Paman Albert menjadi waliku dan mengelola semua kekayaan keluargaku.
Selama 10 tahun itu hidupku seakan berada di sebuah simpang jalan yang sangat membingungkan. Bagaimana tidak? Aku tinggal di dalam rumahku sendiri tetapi aku merasa bagai berada di sebuah pengasingan yang sangat menyayat hatiku.
Bibi Aisyah selalu lebih mengutamakan Clara daripada kepentinganku dan aku harus selalu mengalah dengan apapun yang diinginkan oleh Clara. Ironis bukan? Aku adalah pemilik semua kekayaan ini tetapi aku tidak memiliki kekuasaan apapun di rumahku sendiri.
Kejadian pernikahan Clara dan Robin yang tiba-tiba terjadi, benar-benar telah berhasil membukakan mata hatiku. Sehingga akhirnya aku tersadar untuk segera mengambil hakku atas semua kekayaan keluargaku yang selama ini telah disalahgunakan oleh keluarga Paman Albert untuk kepentingan dan kemasyhuran diri mereka sendiri.
Akhirnya untuk pertama kali dalam hidupku. Aku berani mengambil tindakan tegas untuk mengambil kembali semua yang menjadi hakku dan aku tidak akan pernah membiarkan siapapun merebut apapun yang harus menjadi milikku.
" Aku akan meninggalkan Desa ini dan melupakan semuanya. Aku akan memulai hidupku yang baru dengan kebahagiaan dan lembaran putih yang bersih tanpa noda!" aku pergi ke pemakaman umum di mana kedua orang tuaku dimakamkan di sana.
Aku harus melaporkan semuanya kepada kedua orang tuaku yang sudah meninggal. alAgar mereka nantinya tidak kaget ketika melihatku yang jarang datang ke makam mereka lagi kalau aku sudah pergi dan pindah ke Jakarta.
" Maafkan Alea Pah, Mah! Karena Alea harus meninggalkan Desa ini. Alea tidak tahan lagi untuk hidup bersama dengan mereka yang selalu menindas dan juga menghakimi Alea. Aku Alea Andalas! Aku adalah manusia Merdeka yang tidak akan pernah sudi hidup dalam pengaturan siapapun!" ucapku dengan air mata yang berderai.
Sungguh berada di makam kedua orang tuaku adalah sebuah penghiburan besar bagiku yang selama ini selalu berhasil menguatkan diriku yang kadang-kadang rapuh karena butuh kasih sayang kedua orang tua.
" Mah, Pah. Apakah yang Alea lakukan salah? Ketika Alea mengusir keluarga Bibi Aisyah dari kediaman kita? Alea hanya ingin menunjukkan kepada mereka semua Siapa pemilik dari segala kekayaan yang selama ini mereka agung-agungkan dan telah membuat mereka lupa dan jumawa dengan asal usul mereka sendiri!" ucapku dengan air mata berderai di pipiku karena sedih dan perih hatiku saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
վմղíα | HV💕
semangat allea
2023-03-15
0