“kamu bawa Anjani juga Di?” tanya Gibran yang heran melihat ke arah Anjani,
“dia memaksa ikut, waktu aku bilang ke istriku kalau aku mau menemuimu, ia langsung berlari ke arah mobilku untuk ikut”
Gibran sedikit tertawa mendengarnya,
“sepertinya anakmu menyukai anakku” bisik Gibran pada Hardi
“sepertinya itu bagus, 2 perusahaan besar akan bersatu karena mereka” balas Hardi juga dengan sedikit tertawa pada Gibran.
Gibran dan Hardi berjalan menuju ruang tamu untuk berbicara masalah bisnis, sementara Indra telah menarik tangan Anjani untuk ikut dengannya ke kamar.
Hardi menghisap teh buatan Naina untuknya, ia melihat sinis ke arah Gibran yang tengah memperhatikannya,
“ada apa kamu tiba-tiba kemari?” tanya Gibran membuka pembicaraan mereka,
“aku hanya khawatir karena kamu memberikan perusahaan sama Aliando,”
“apa ada masalah dengan itu?”
“aku tidak percaya dengan orang itu, biasanya kan Arjun yang memegang perusahaan selama kamu pergi, kenapa sekarang kamu milih Aliando?” tanya Hardi dengan mimik wajah khawatirnya.
“aku hanya ingin kasih kesempatan buat dia memegang perusahaan, jika ia berhasil, ia akan aku tempatkan di luar negeri untuk pengembangan perusahaan”
“kasih Arjun saja, karakter orang seperti Aliando tidak dapat diberi kepercayaan besar” jawab Hardi dengan santai,
“jangan khawatir, Aliando tidak akan mengecewakan kita”
“aku tidak khawatir sama Aliando, aku khawatir sama sahamku di perusahaanmu”
“aku juga punya saham di perusahaanmu, tapi aku tidak pernah ikut campur masalah internal perusahaanmu itu” balas Gibran dengan nada tak senangnya,
Hardi melepas nafas panjang mendengar jawaban Gibran, ia tahu bahwa ia takkan pernah menang jika harus berdebat dengan Gibran, namun di dalam hatinya, ia seperti merasakan hal buruk ketika mendengar Aliando akan mengambil alih perusahaan selama Gibran pergi.
“aku rasa Arjun lebih tepat” ucap Hardi yang membuat Gibran jengah mendengarnya.
*
“apa menurutmu aku harus membawa semuanya?” tanya Indra dengan polos pada Anjani.
“orang berpergian itu hanya membawa sedikit baju” ucap Anjani sembari menyentuh bahu Indra.
“Indra kamu mau pergi kemana sebenarnya?” lanjut Anjani bertanya,
“ayah bilang ke Seoul di Korea”
“kenapa nggak ke Amerika, Amerika jauh lebih besar dari Korea” celetuk Anjani pada Indra.
“apa kamu pernah ke Amerika?”
“tentu, aku melihat sendiri sebesar apa kota New york itu"
Anjani sedang asyik memilih baju yang akan dibawa Indra untuk pergi, namun sayangnya ia harus melengus nafas kesal ketika suara ayahnya memanggil, ia bahkan belum memilih satu baju pun untuk Indra,
Indra dan Anjani lalu turun ke bawah, mereka melihat Hardi sudah bersiap pergi yang membuat Anjani bertambah kesal pada ayahnya itu,
“ayah, aku baru sebentar disini” ucap Anjani dengan cemberut,
Hardi sejenak melirik ke arah Gibran, ia masih merasa tidak nyaman jika Gibran benar-benar memberikan perusahaan kepada Aliando. Namun apa daya, temannya itu terlalu keras kepala untuk diingatkan.
“aku bergegas kemari ketika mendengar itu, tapi kamu malah menyepelekan perasaan khawatirku”
“aku tidak menyepelekan pandanganmu Di, tapi aku rasa, tidak ada yang salah jika aku memberika wewenang lebih pada Aliando di perusahaan selama aku pergi” ucap Gibran.
Hardi kemudian memegang tangan Anjani untuk membawanya pergi, Anjani dan Indra hanya bisa saling tatap untuk berpamitan ketika mereka berpisah.
Naina kemudian menghampiri suaminya itu, ia merasa ada hal yang aneh antara Gibran dan Hardi,
“ada masalah apa bang?” tanya Naina kepada Gibran,
“Hardi tidak setuju kalau aku memberi wewenang pada Aliando untuk memegang perusahaan selama kita pergi” jawab Gibran dengan nada bimbangnya, ia tidak bisa mengabaikan peringatan Hardi sedikit pun, karena tentu Hardi mengatakan itu bukan semata karena masalah bisnis saja.
“kalau begitu kasih saja sama bang Arjun, bukankah dia yang biasa ngehandle perusahaan selama kamu pergi”
Gibran sejenak melihat ke arah istrinya, ia kemudian meraih tengkuk istrinya dan mengusapnya dengan lembut,
“aku mau kasih Aliando kesempatan, jika dia berhasil, dia yang akan mengurus bisnis kita di Malaysia nanti” ucapnya tersenyum pada Naina.
*
Malam telah menjelang, bulan sabit bersinar terang menyinari pelataran bumi, Indra sedang berada di kamar ibunya sembari melihat ke arah jendela, menikmati terang bulan yang menerpa halaman samping rumahnya itu,
“ibu, apa di korea juga ada bulan?” tanya Arya dengan polos, Naina pun tersenyum mendengar pertanyaan anaknya itu.
Sementara di ruang tamu, Gibran tengah duduk bersama Aliando dan juga beberapa orang disana yang berdiri mengawasi mereka,
Untuk sejenak Gibran merasa heran dengan kehadiran orang-orang itu, padahal jika membahas masalah bisnis, mereka bisa duduk berdua tanpa harus ada orang-orang yang mengawasi mereka.
Pikiran itu segera di abaikannya, dan ia mulai menjelaskan kepada Aliando apa saja yang harus dilakukan Aliando selama ia pergi,
*
“Bu, apa di Korea kita akan bermain di luar rumah” tanya Indra lagi yang masih menatap bulan di balik jendela.
“nanti kita kan main salju disana” ucap Naina memberikan semangat pada Indra,
“salju?, benarkah bu?, apa aku bisa memegang salju disana?”
“tentu bisa sayang, kamu akan memegang salju disana”
“apa kita juga akan bermain ski seperti di tv bu?, atau kita akan membuat boneka salju” lanjut Indra yang mulai bersemangat dengan cerita ibunya,
“kamu boleh membuat boneka salju nanti disana, nanti kita juga akan jalan-jalan, dan kita juga akan makan masakan korea langsung disana” jelas Naina yang telah membayangkan makanan korea yang selalu ia lihat di drama-drama yang biasa ia tonton, membayangkannya saja ia sudah langsung tidak tahan untuk ingin mencobanya.
Naina kemudian mendekat pada putranya dan ia mengusap kepala putranya dengan lembut.
“kamu baru pertama kalinya kan keluar negeri?”
“iya bu, apa ibu sudah pernah keluar negeri sebelum ini” tanya Indra yang mengalihkan pandangannya kepada ibunya.
“pernah, ibu dulu dengan ayah pernah keluar negeri sebelum ini”,,
“ngapain ibu dan ayah ke luar negeri?”
“hmmm, ngapain ya,, kami dulu liburan untuk merayakan pernikahan” ucap Naina lagi sembari mengelus lembut kepala Arya,
"ooh ya, ibu dan ayah dulu merayakan pernikahan, ibu sama ayah du pergi ke Negara mana?” tanya Indra yang semakin tertarik dengan cerita ibunya,
“hmm, ibu sama ayah ke Singapura dulu, Malaysia, Jepang, Korea, dan terakhir kita ke Prancis sama Belanda, dan sebelum pulang kita ke Inggris dulu” jelas Naina sembari mengenang bulan madunya bersama Gibran.
“wah,, banyak sekali bu, kenapa sekarang kita Cuma ke Korea” tanya Indra yang heran kenapa sekarang ia hanya ke Korea, padahal sebelumnya, ibu dan ayahnya sudah pernah mengunjungi banyak Negara.
“kan kamu udah sekolah sayang, nanti kalau libur panjang, ibu akan ajak ayah agar kita libur kayak ibu dan ayah dulu ya” Naina kemudian mengecup ubun-ubun putranya itu dengan perasaan sayang, dan kemudian ia dan Indra mendengar suara tembakan sebanyak 2 kali dari arah ruang tamu mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
Seno Wicaksono
lnjut
2022-05-18
0
Rafa Chan
iya bosen nyritain masa lalu mulu
2020-07-14
1
Oki Indriani
semangat terus kaj
2020-06-29
1