Melihat kehadiran Mila disana, Indra pun mendekat dan mencoba menyapanya,
“ganteng ya mbak, kayak mas Gibran” ucap Saniah spontan yang membuat raut wajah Naina berubah seketika.
“hei, aku Indra, di kamar ku banyak mainan loh, kamu mau main nggak ke kamarku?” ajak Indra pada Mila, Indra rasanya ingin sekali mencubit pipi Mila yang membulat sempurna itu,
“ayo” ucap Indra yang kemudian berlari meninggalkan Saniah, Naina dan Mila, Mila kemudian menatap ibunya dan ibunya kemudian mengangguk, Mila pun langsung berlari mengejar Indra,
“mbak sibuk banget ya, biar aku yang bantu masak ya, mbak beresin aja dulu barang-barangnya” tawar Saniah pada Naina, ia ingin sedikit membantu Naina yang tampak begitu sibuk memilih pakaian yang akan ia bawa,
“duuh Saniah, nanti aku malah merepotkan kamu” ucap Naina tidak mau merepotkan Saniah,
“nggak kok mbak, lagi pula dulu aku juga sering masak disini” jawab Saniah lagi yang kembali membuat ketakutan di hati Naina,
“aku ke dapur ya mbak, ohh ya, ini ada titipan dari ayah untuk mbak dan bang Gibran, lumayan loh mbak, makanannya bisa tahan lama, kalo mbak nggak suka makanan disana, mbak bisa makan makanan ini” Saniah lalu memberikan makanan itu pada Naina dan pergi ke dapur.
*
Indra mengeluarkan semua mainannya dan membuatnya berantakan di atas kasurnya,
“ini semua punyamu?” tanya Mila dengan tatapan kagumnya pada Indra,
“iya”
“kenapa mainan di rumahku tidak sebanyak ini ya?” ucap Mila yang bingung sendiri dengan dirinya.
“ini mainan kesukaanku” ucap Indra sembari mengeluarkan sebuah robot dan memperlihatkannya kepada Mila.
“itu apa?, aku tidak suka” ucap Mila,
“nggak suka?, lalu kita mau main apa?”
“hmmm, aku mau main pangeran dan putri cantik, kamu jadi pangerannya dan aku jadi princess nya” ucap Mila dengan semangat,
Itulah kali pertama Mila dapat berteman dengan orang lain, selama ini hidupnya hanya ia lalui sendiri tanpa teman, sejak lahir ia di asuh oleh kakek dan neneknya, namun 2 tahun lalu neneknya sudah meninggal dan tinggallah ia bersama kakeknya yang juga mengasuh abangnya.
Kehidupannya jauh dari kehidupan anak-anak kebanyakan, ia lebih sering menghabiskan waktu sendiri di kamar, baik dengan sekedar bermain boneka, ataupun sekedar menonton film seperti Cinderella, putri salju, dan lainnya.
Mengenal Indra membuka lembaran baru dalam hidup Mila, bahwa sejatinya ada orang lain yang dapat bermain dengannya dan dapat berteman dengannya, orang itu adalah Indra, laki-laki yang tidak akan bisa ia lupakan seumur hidupnya, teman pertama sekaligus sahabat pertamanya di dunia ini.
*
Gibran datang ke dapur untuk mengambil air minum, saat ia memasuki ruangan dapur, ia mendapati Saniah tengah memasak disana, ia kemudian menghampiri Saniah untuk sekedar bertanya tentang kabar pak Sarman yang tidak datang menemuinya hari itu, padahal ia telah memberi kabar jika ia akan berangkat ke luar negeri.
“Saniah, kabar ayahmu gimana?, kenapa dia tidak datang hari ini?” tanya Gibran yang tengah menuangkan air ke gelasnya,
“kesehatan ayah turun lagi bang, jadi dia yang minta aku untuk memberikan makanan itu untukmu”
“ayahmu masih merokok, sebaiknya kamu nasehati ayahmu untuk berhenti merokok, kasihan tubuh ayahmu udah kayak gitu, tapi tetap saja merokok,”
“kamu tahu sendiri bang bagaimana hubungan aku dengan ayah, dia nggak akan mau mendengarkan aku lagi”
Gibran hanya diam mendengarnya, ia tahu betul hubungan Saniah dan ayahnya tidak begitu baik setelah Saniah menolak perjodohan mereka, Ayah Saniah benar-benar marah dan kecewa, dan Saniah pun memutuskan untuk kawin lari dengan Tito, namun hanya selang 1 tahun, Saniah kembali lagi ke rumahnya dalam keadaan hamil, dan menangis-nangis kepada ayahnya karena Tito telah mengkhianati cinta sucinya.
Namun ayahnya Saniah sudah terlanjur kecewa kepada putrinya itu, ia tidak mau lagi menerima Saniah di rumahnya, ia akhirnya meminta Saniah untuk memberikan anaknya dan merawat cucunya itu.
Setelah melahirkan Irman, Saniah kembali lagi pada Tito untuk memperbaiki semuanya, namun naasnya, ketika hubungan mereka mulai membaik dan Saniah hamil anak keduanya, Tito kembali berulah dan Mila pun akhirnya juga dirawat oleh kakeknya. Setelah melahirkan Mila, Saniah kembali lagi pada Tito dan untuk kedua kalinya, ia memberi maaf untuk Tito.
Namun sikap Tito tak kunjung berubah, ia tetap bermain gila dengan banyak perempuan untuk memenuhi nafsunya, yang membuat Saniah jatuh ke lembah yang sama untuk membalaskan sakit hatinya pada Tito, ia tetap menjadi istri Tito dan tinggal bersama dengan Tito, namun ia menjalin hubungan dengan banyak laki-laki kaya untuk sekedar mendapatkan uang dan mencari sensasi petualangan baru dalam memenuhi syahwat batinnya.
Wajahnya yang cantik membuat ia mudah menarik perhatian para orang kaya itu, ia dapat banyak uang, nafsunya terpenuhi dan yang paling penting ia dapat membalas sakit hatinya kepada Tito. Mengingat hal tersebut membuat Saniah yang tengah memasak menjatuhkan air matanya, ia merasa dirinya kotor, seandainya saja dulu ia menerima perjodohan dengan Gibran, mungkin kebahagian yang Naina miliki akan menjadi miliknya.
“bang, aku menyesal telah menolakmu dulu, aku menyesal dan seumur hidupku aku akan menyesalinya” ucap Saniah dengan mata yang berkaca-kaca, yang membuat Gibran terkejut mendengar pengakuan Saniah itu.
“Saniah, kamu bicara apa?” tanya Gibran tak percaya dengan apa yang ia dengar, ia tak mau Saniah membuat cintanya goyah pada Naina, perempuan yang telah menemani hidupnya 7 tahun ini, perempuan cantik dan setia yang selalu ada di sisinya, walaupun Naina tidak secantik Saniah, tapi wajah Naina lah yang selalu dirindukan Gibran setiap harinya, walaupun demikian tetap saja Gibran takut cinta lama itu akan kembali bangkit mengisi hatinya dan membuatnya mengkhianati cinta sucinya Naina.
“Aku hanya menyesali kebodohanku dulu bang, tapi aku sadar kok, siapa diriku sekarang, aku bahkan tak pantas sedikitpun untuk dibandingkan dengan mbak Naina” ucap Saniah lagi dengan dadanya yang telah terasa sesak,
“Aku mencintai Naina Saniah, aku mencintai keluargaku,”
“aku tahu bang,” potong Saniah. “aku tidak minta apa-apa darimu, aku tidak akan merebut kebahagian mbak Naina, karena orang sebaik mbak Naina memang pantas bersanding denganmu, tapi bang,, aku punya satu permintaan padamu,”
Gibran diam tidak menjawab, ia sudah sadar jika kondisi Saniah sedang menangis saat ini, walaupun ia tidak dapat melihat wajah dan air mata Saniah, namun dari suara dan gemetarnya tubuh Saniah, ia tahu bahwa gadis itu tengah menangis.
“aku mau mewujudkan keinginan ayahku untuk menjalin ikatan keluarga dengan dirimu” ucap Saniah yang membuat mata Gibran membelalak, dan juga mata Naina yang sejatinya telah lama mendengar percakapan mereka dari balik dinding pun ikut membelalak kaget,
‘apa Saniah benar-benar ingin merebut bang Gibran dariku’ batin Naina menahan sedih,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
Tiwi Ramadhani
semangat thor aku balik lagi
salung dukung yuk kunjungi novel ku Izora
terimakasi
2023-02-08
0
Zanuba Mashud (ririn)
semangat
2020-07-04
1
_sshinta
Mampir di cerita aku juga ya kak "HELLO PRESDIR", Like dan vote juga hehe
Mari saling dukung :)
2020-06-07
1