Malam itu cuaca terasa lebih dingin dari biasanya, padahal ibukota selalu terasa panas setiap harinya, tapi entah mengapa bagi Indra, angin malam terasa dingin menyapa kulitnya.
Gibran masih sedang sibuk menjelaskan apa yang harus dilakukan Aliando selama ia pergi, setelah selesai menjelaskan semuanya dengan detil pada Aliando , Gibran kemudian melihat sejenak ke arah Aliando dan melepas nafas panjang.
“aku sangat ingin kamu dapat mengerjakan semuanya dengan baik ndo,”
“abang tenang saja, saya bisa mengelola perusahaan ini sendiri sekalipun abang tidak ada lagi di dunia ini” ucap Aliando dengan senyum sinisnya ke arah Gibran,
“apa maksudmu tersenyum seperti itu?” ucap Gibran yang tidak senang dengan senyuman Aliando.
“surat mandat mengurus perusahaan sudah ku terima, aku tidak butuh lagi abang ada disini” ucap Aliando, ia kemudian berdiri dan berjalan ke arah luar, “selesaikan sesuai rencana” ucapnya pada seorang laki-laki yang berdiri disana,
Gibran berdiri, ia merasa tak dihormati oleh Aliando, “kamu ini apa-apaan?” ucap Gibran setengah berteriak.
Salah seorang laki-laki yang bertubuh tegap memegang tangan Gibran dengan kuat sehingga ia tidak bisa bergerak, “kalian siapa?” tanya Gibran dengan nada marahnya,
“aku akan mengurus perusahaanmu setelah kamu mati, tenanglah di alam sana Gibran” ucap Aliando sejenak melihat ke arah Gibran, kemudian dia melangkah keluar pintu “hey kau” teriak Gibran,
“maaf tuan, anda terlalu naif mempercayai orang seperti dia, dia telah lama mengincar semua milik anda” ucap Seorang laki-laki, dan kemudian terdengar suara tembakan, 2 buah peluru menembus kepala Gibran yang membuatnya tewas seketika.
Mendengar suara tembakan, Naina dan Indra terkaget, Naina kemudian berlari ke arah pintu kamarnya untuk melihat apa yang terjadi, ia dapat melihat suaminya terkapar di ruang tamu, disana ia juga melihat ada 2 orang laki-laki bertubuh besar yang sama-sama sedang memegang pistol.
Mata Naina membelalak tak percaya, ia menutup mulutnya dengan kedua tanganya agar tak menimbulkan suara, ia kemudian berlari ke arah Indra dan membuka jendela agar Indra segera lari, “ibu, ada apa?” tanya Indra yang bingung karena ibunya menariknya dengan panik dan wajah penuh ketakutan.
Namun belum sempat jendela itu terbuka, suara derap kaki sudah terdengar mendekat ke arah kamarnya, “ibu, ada apa?” tanya Indra lagi yang masih bingung dengan ibunya.
Naina kemudian menarik tangan Indra dan membuka lemarinya, ia kemudian mendorong tubuh Indra agar masuk ke dalam lemari, dan berusaha menutupnya kembali, “ibu kenapa?” tanya Indra lagi yang masih bingung dengan ibunya, namun Naina hanya diam, ia masih panik dan takut dengan keadaan, belum sempat pintu lemari itu di tutup oleh Naina, ia sudah mendengar suara laki-laki dari arah pintu kamarnya, “ayo masuk” ucap salah seorang laki-laki itu yang dapat terdengar oleh Naina dan Indra,
Indra kemudian mendekap mulutnya agar tidak bersuara sementara Naina melonjak kaget sehingga pintu lemari itu terbuka sebagian yang membuat Indra dapat melihat tubuh ibunya yang bergetar ketakutan.
“kalian siapa?” teriak Naina, ia berharap agar laki-laki itu tidak mengetahui keberadaan anaknya di dalam lemari yang masih terbuka,
“bang Gibran,” teriak Naina yang melihat Gibran diseret oleh seorang laki-laki dengan tubuh yang telah memucat, tubuh Gibran lalu di lempar ke depan pintu kamar Naina yang membuat Naina semakin ketakutan.
Laki-laki yang menyeret Gibran itu berdiri di ambang pintu dan menginjak tubuh Gibran dengan kaki kanannya, sedangkan seorang laki-laki lagi masuk ke dalam kamar dan mendekat ke arah Naina “bang, bangun bang” teriak Naina.
“sayang sekali perempuan secantik anda harus mati dengan pistol ini” ucap laki-laki berjaket hitam yang berjalan ke arah Naina, Indra dapat melihat dengan jelas laki-laki itu menodongkan pistol ke arah ibunya yang membuat seluruh tubuhnya menggigil ketakutan.
“kalian mau apa?, ambil semua yang saya punya” ucap Naina lagi, ia terus berjalan mundur ke belakang karena laki-laki di depannya terus berjalan maju ke arahnya,
“Tuan Aliando menginginkan kematian seluruh keluarga anda” ucap laki-laki itu yang terdengar jelas oleh Indra,
Naina menggeleng tak percaya, Aliando telah mengkhianati kepercayaan yang diberikan suaminya, tak lama berselang terdengarlah letupan pistol 2 kali lagi dan pelurunya menembus masuk ke perut Naina dan dadanya, dan ia langsung terkapar lemah ke lantai,
“ayo ke lantai atas, cari anaknya” ucap salah seorang laki-laki, dan kedua laki-laki itu segera pergi meninggalkan kamar Naina.
“ayah,, ibu,,,” Indra keluar dari dalam lemari tempat ia bersembunyi, ia kemudian berlari ke arah ibunya yang telah bersimbah darah, ia mengusap wajah ibunya yang memucat, dan tangisannya tidak mampu lagi dibendungnya, tidak jauh dari sana ia melihat sang ayah yang juga bersimbah darah dengan pistol di tangan kanan ayahnya itu,
Indra bangkit untuk melihat ayahnya, namun tangannya di tahan oleh Naina yang sedang sekarat dengan nafas yang hampir habis, Indra melihat ke arah ibunya yang masih hidup dan segera memeluk ibunya dengan erat.
“la,,,,ri,,,,la,,,,ri” ucap Naina tak bisa lagi mengeluarkan suaranya, ia hanya mampu menggerakkan bibirnya secara perlahan, Indra terisak menahan tangis melihat kondisi ibunya, “ibu,,,,” ucap Indra terisak tak bersuara,
“la,,,,ri” ucap Naina lagi di antara penggalan nafasnya yang hampir habis, Naina pun menutup matanya didalam pelukkan Indra, tubuh Indra bergetar hebat menahan tangis, anak berusia 6 tahun itu melepas kepergian ibunya di dalam pelukkannya meninggalkan dunia ini.
Indra melepas tubuh Ibunya yang sudah tidak bernyawa, ia kemudian bangkit untuk melihat ayahnya, namun suara derap kaki dari lantai atas membuatnya ketakutan, ia segera bangkit dan mengambil sebuah foto yang ada di meja kecil di samping ranjang ayah dan ibunya, ia kemudian keluar dari jendela tempat ia memandang bulan tadi.
Indra kemudian berlari ke arah pintu pagar, ia dapat melihat Aliando tengah berdiri di dekat mobil sembari menghisap nikmat rokok di bibirnya, ‘om Aliando, aku harus minta bantuan om Aliando’ Indra segera berlari menuju Aliando, namun langkahnya terhenti setelah melihat 2 orang laki-laki berjaket hitam yang menembak ibunya juga berjalan ke arah Aliando,
“maaf tuan, anak itu tidak ditemukan” ucap salah seorang laki-laki,
“ahh sialan, kalian ini gimana?, ayo cepat cari lagi, anak itu pasti di dalam” ucap Aliando dengan marah, “baik tuan” kedua laki-laki itu kemudian kembali masuk ke dalam rumah untuk mencari Indra, Indra kemudian memutar badannya setelah mendengar itu semua, ia kemudian berlari ke arah pintu belakang,
Indra berlari secepat yang ia biasa, yang ia tahu ia harus berlari sejauh mungkin yang ia bisa agar selamat dari tikaman iblis itu, “ayah ibu,,, ayah ibu,,,” teriak hati Indra yang terus menahan tangis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments