“Aku mencintai Naina Saniah, aku mencintai keluargaku,”
“aku tahu bang,” potong Saniah. “aku tidak minta apa-apa darimu, aku tidak akan merebut kebahagian mbak Naina, karena orang sebaik mbak Naina memang pantas bersanding denganmu, tapi bang aku punya satu permintaan padamu,”
Gibran diam tidak menjawab, ia sudah sadar jika kondisi Saniah sedang menangis saat ini, walaupun ia tidak dapat melihat wajah dan air mata Saniah, namun dari suara dan gemetarnya tubuh Saniah, ia tahu bahwa gadis itu tengah menangis.
“aku mau mewujudkan keinginan ayahku untuk menjalin ikatan keluarga dengan dirimu” ucap Saniah yang membuat mata Gibran membelalak, dan juga mata Naina yang sejatinya telah lama mendengar percakapan dari balik dinding pun ikut membelalak kaget, ‘apa Saniah benar-benar ingin merebut bang Gibran dariku’ batin Naina menahan sedih,
Naina selalu memiliki ketakutan jika laki-laki yang sangat ia cintai itu akan berpaling dari dirinya, ia sadar betul jika dia memang tak secantik Saniah, dan ia juga sadar jika Gibran pernah menaruh hati pada Saniah di masa lalu,
“apa maksudmu Saniah?” tanya Gibran dengan nada penuh penekanan,
“aku ingin anakmu dan anak kita dijodohkan, aku ingin mereka menyambung ikatan keluarga kita bang, aku ingin berbesanan denganmu dan mewujudkan keinginan ayah yang tidak bisa aku wujudkan” ucap Saniah yang membuat Naina mendengarnya melepas nafas lega.
Gibran membuang nafas panjang ketika mendengar kata-kata Saniah tersebut, ia sejenak berpikir kalimat apa yang harus ia ucapkan untuk menjawab keinginan Saniah itu, Sementara Saniah masih tetap fokus memasak dan mengendalikan rasa sedihnya.
“aku tidak ingin memaksa anakku nanti untuk menikah dengan siapa pun, ia bisa memilih untuk dirinya sendiri, biarkan anak-anak kita yang memutuskan kebahagiaan mereka nanti Saniah" jawab Gibran.
Saniah melepas nafas kecewa, ia berharap Mila dapat menjadi bagian keluarga Gibran, selain karena ingin mewujudkan keinginan ayahnya, ia sejatinya juga di bayang-bayangi rasa takut, rasa takut anak-anaknya akan mendapatkan getah atas dosa yang ia lakukan, ia takut putranya akan menjadi laki-laki yang sama seperti suaminya, yang suka gonta ganti perempuan, dan ia juga takut Mila sama seperti dirinya, dikhianati dan diselingkuhi dan kemudian balas dendam menjadi perempuan murahan yang melayani nafsu laki-laki kaya, jika ia bisa menjodohkan Mila lebih awal dengan keluarga baik-baik seperti keluarga Gibran, setidaknya ia bisa mencegah hal itu terjadi.
*
“apakah kau pangeran yang datang untuk menyelamatkanku?” ucap Mila yang sedang menjadi tuan putri dalam permainannya dengan Indra,
“iya princessku, aku datang menyelamatkanmu” ucap Indra yang berdiri tegap seolah menjadi pangeran gagah di depan Mila.
Mila kemudian mendekat pada Indra dan memeluknya, ia memerankan seperti apa yang ia lihat di film-film yang ia tonton, pangeran dan tuan putri saling berpelukan, kemudian ia mengangkat kepalanya dan saling bertatap mata dengan Indra dan,,,,
Indra membelalak kaget ketika gadis kecil berusia 4 tahun di depannya itu tiba-tiba mencium bibirnya, untuk sesaat ia diam dan membiarkan Mila melakukan itu, ia hanya mengira memang itu yang harus dilakukan ketika bermain tuan putri dan pangeran.
ketika Mila melepaskan ciumannya, Indra langsung menyentuh bibirnya dengan tangan kanannya,
“kenapa kamu menciumku?” tanya Indra spontan,
“memang seperti itu, apa kamu tidak pernah menonton filmnya?” ucap Mila kesal,
“benarkah” Indra kemudian kembali memeluk Mila,
“bagaimana princessku, apa kamu telah tenang dan bahagia sekarang, aku akan melindungimu seumur hidupku” ucap Indra yang kembali menjadi pangeran.
Mila kemudian melepaskan pelukkan Indra,
“kamu nggak pernah menonton filmnya ya, dari tadi dialog kamu salah terus” ucap Mila cemberut yang membuat pipinya membulat, Indra kemudian mencubit pipi tembem anak itu karena gemas.
“kamu nggak senang bermain denganku, aku memang tidak pernah menonton filmnya” ucap Indra polos,
“aku senang kok” ucap Mila merubah raut wajahnya menjadi gembira, ia begitu senang hari itu dapat bermain dengan Indra, itu adalah kali pertama ia memiliki teman bermain, bagaimana mungkin ia tidak senang,
Selama ini ia hanya bermain sendiri di kamar, namun hari itu ia dapat memiliki seorang teman, yaitu pangeran hidupnya.
“Milaaa, Milll, ayo kita pulang” teriak Saniah yang membuat Mila melenguh kesal mendengar suara ibunya.
“yaah ibu, aku masih ingin bermain” Mila kemudian melangkah dengan gontai keluar dari kamar Indra yang membuat Indra tertawa kecil mendengarnya.
Indra dan Mila telah menuruni tangga, mereka sekarang menuju ke arah Saniah yang sedang berbicara dengan Naina di kamar Naina,
“bu, aku masih ingin bermain” ucap Mila dengan manja pada Saniah,
“eeh, kamu ini, Indra itu harus siap-siap, besok mereka mau pergi jauh” bujuk Saniah pada Mila, sementara Naina tersenyum melihat kelakuan Mila, apalagi pipi tembem Mila benar-benar membuatnya gemas untuk mencubitnya,
Mendengar ucapan ibunya, Mila kemudian berbalik badan pada Indra.
“kamu mau kemana?” ucap Mila kecil yang berumur 4 tahun saat itu,
“aku harus pergi, pergi jauh” jawab Indra yang masih berumur 6 tahun
“pergi jauh? apa kau mau meninggalkanku dan tidak akan kembali lagi?” tanya Mila dengan wajahnya yang membuat gemes siapa pun yang melihatnya,
“Aku akan kembali untukmu, kau kan princess nya” jawab Indra sembari mencubit pipi tembem gadis kecil itu.
“pangeran harus kembali pada princessnya, aku tunggu kamu kembali, jangan pergi lama-lama ya” ucap Mila dengan polos.
“iyaa-iya” jawab Indra,
“janji,” ucap Mila kecil sembari mengangkat jari kelingkingnya,
Indra kemudian juga mengangkat jari kelingking dan mengaitkannya dengan kelingking Mila.
Saniah dan Naina yang mendengar itu semua kemudian tersenyum menahan tawa melihat kelakuan 2 bocah itu.
Saniah dan Mila kemudian pulang ke rumahnya, dan sebelum pergi Mila masih saja mengingatkan Indra untuk menepati janji untuk kembali pada princeesnya itu.
Setelah kepulangan Mila, Indra sedang asyik memilih baju yang hendak ia bawa, beberapa potong baju tengah ia pilah,
‘aku harus bawa berapa baju ya?, aku akan disana dua minggu, apa itu artinya aku harus bawa baju 14 juga, biar tiap hari bisa ganti baju’ pikirnya dengan polos,
Ketika ia sedang asyik memilih-milih baju, terdengar suara mobil dari arah depan rumahnya, Indra kemudian berdiri dan mendekat ke arah jendelanya untuk melihat siapa yang datang, dari mobil itu keluar seorang laki-laki yang tengah membawa seorang anak perempuan yang seumuran dengannya, Indra pun tersenyum pada anak perempuan itu, ia kemudian segera lari keluar kamarnya untuk menemui anak itu,
Hardiansyah, itu lah nama laki-laki tersebut, ia adalah rekan bisnis utama Gibran Adinata, pemilik Hardi corp itu memiliki saham yang cukup banyak di perusahaan Gibran, ia cukup kaget ketika mendengar bahwa Gibran menunjuk Aliando untuk menggantikan posisinya sementara selama Gibran pergi.
Mendengar kabar itu, Hardi langsung menuju ke kediaman Gibran, karena ia merasa Aliando bukanlah orang yang tepat untuk memegang perusahaan,
Indra telah berada di belakang pintu untuk menyambut temannya itu, saat pintu dibuka oleh Gibran, temannya Indra langsung berlari ke arah Indra,
“hei Indra, apa kabar?” tanya anak perempuan itu,
“kamu bawa Anjani juga Di?” tanya Gibran yang heran melihat ke arah Anjani,
“dia memaksa ikut, waktu aku bilang ke istriku kalau aku mau menemuimu, ia langsung berlari ke arah mobilku untuk ikut”
Gibran sedikit tertawa mendengarnya,
“sepertinya anakmu menyukai anakku” bisik Gibran pada Hardi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
Keira_shi
Ceritanya bagus kak,,,
Jangan lupa mampir juga di novelku yg judulnya "Dikejar CEO Tampan" ya kak,,
Bantu vote dan likenya ^^
Mari saling membantu
Terima kasih ^^
2020-06-29
1
Oki Indriani
keren cerita nya kak, aku baru baca aja udah suka banget
2020-06-29
1