Duke Carlin terus memperhatikan Nathania sampai membuat Nathania mengurutkan keningnya dalam.
"Duke? Duke?!!" teriak Nathania, sampai terdengar keluar ruangan dan membuat dua ksatria penjaga pintu terkejut bukan main.
Begitu pula dengan Carlin yang juga terkejut dengan suara teriakan Nathania untuk yang kedua. "Ya? Anda mengatakan sesuatu?" tanyanya, kalang-kabut.
Nathania mengusap wajahnya kasar dan membuat sang Duke terkejut melihat reaksinya.
"Anda tidak boleh mengusap wajah dengan kasar seperti itu. Nanti riasan wajah Anda bisa hilang, Nona," tutur Duke Carlin, memperingatkan Nathania.
Nathania langsung menjauhkan tangan dari wajahnya dan melihat telapak tangannya yang sedikit kotor karena bedaknya yang luntur setelah dia usap dengan cukup kasar itu.
"Ah ... Anda benar. Sepertinya make up di sini belum waterproof. Mangkanya gampang luntur," celetuk Nathania, membuat Duke Carlin mengerutkan keningnya dalam.
"Apa itu waterproof?" tanya sang Duke, menunjukkan ekspresi bodoh yang terlihat sangat lugu.
Nathania yang mendengar itu langsung memalingkan pandangannya ke arah lain dan diam-diam menunjukkan ekspresi masam. "Benar juga, dia pasti tidak tahu apa itu make up waterproof. Jaman kuno seperti ini, mana ada bahasa inggris?!" celetuknya, dalam hati.
"Nona?" panggil sang Duke, membuat fokus Nathania kembali kepadanya.
"Oh .. ya? Anda tanya apa itu waterproof? Kalau di jaman saya, itu seperti make up yang tidak akan luntur walaupun kita cuci muka. Teknologi di tempat saya memang sangat canggih. Apa di tempat ini juga ada teknologi? Misalnya seperti mobil atau telepon, mungkin??" tanya Nathania, hanya iseng.
"Maksud Anda kereta kuda dan merpati pengantar pesan?"
Nathania mengerjapkan matanya beberapa kali dan memilih untuk mengulas senyuman masam, alih-alih menjelaskan apa itu mobil dan telepon.
"Sudahlah, tolong jangan dibahas lagi. Anda bisa kembali ke pembahasan kita yang selanjutnya, kan? Ada bercerita sampai Putri Anda yang hilang di malam pesta pertunangannya dengan putra mahkota. Dan istri pertama Anda yang dinyatakan meninggal, padahal sedang hilang. Lalu apa lagi tadi? Wajah istri pertama Anda sangat mirip dengan saya??" tanya Nathania, secara beruntun.
Duke Carlin menganggukkan kepalanya antusias dan menoleh kembali ke arah pigura yang dipajang di belakang meja kerjanya. "Ya, dia sangat mirip dengan Anda. Karena itulah saat menyusuri dimensi lain untuk mencari Putri saya, dan saat saya bertemu dengan Anda. Saya sempat berpikir, mungkinkah itu Nathania yang asli? Tapi melihat sikap Anda yang seperti orang kota di dimensi itu, sepertinya saya sudah salah menduga."
"Tentu saja Anda sudah salah orang. Tapi bagaimana tiba-tiba Putri Nathania bisa hilang? Apakah dia seorang penyihir seperti Anda?" celetuk Nathania, menatap wajah sang Duke yang terlihat masam.
"Sayangnya Putri saya itu cacat. Dia bahkan tidak bisa berjalan dengan benar, apalagi menggunakan sihir. Dia tidak mungkin bisa. Karena untuk menggunakan kekuatan ini, Anda harus memiliki tenaga yang sangat besar dan siap mengorbankan umur Anda," jelas Duke Carlin, dengan wajah sendu.
Nathania mengangguk pelan. "Berarti orang-orang tidak akan curiga kalau saya bukan Putri Anda yang sebenarnya. Karena dia tidak bisa menggunakan sihir, sebagai seorang manusia yang juga tidak bisa menggunakan kekuatan seperti itu. Sepertinya rahasia kita berdua akan aman."
Nathania menghela napas panjang dan memandang wajah Duke Carlin yang juga tampak lega, jika mengetahui fakta tersebut.
"Tapi, bisakah saya tahu bagaimana cara Anda menghidupkan saya dan teman lelaki saya, lagi? Karena saat terakhir kali menghembuskan napas, saya yakin sudah hampir memasuki gerbang neraka. Bagaimana cara Anda menarik saya dari sana? Seharusnya seorang manusia dengan kekuatan kecil seperti penyihir, tidak akan mampu menerobos kekuatan dunia bawah." Nathania memandang lelaki paruh baya yang duduk di hadapannya saat ini, dengan tatapan lekat. "Apakah Anda telah mengorbankan sesuatu yang setimpal dengan nyawa kami berdua?"
Pertanyaan yang tajam dan jawaban yang tidak akan bisa Duke Carlin ungkapkan.
"Maafkan saya. Saya tidak mau menjawab pertanyaan itu. Lebih tepatnya, saya tidak ingin Anda tahu apa yang sudah saya berikan pada mereka." Duke Carlin tersenyum sendu. Walaupun begitu, dia tidak pernah sekalipun memandang Nathania yang sekarang bukan Putri kandungnya, dengan tatapan asing yang terkesan canggung.
Duke Carlin selalu memperlakukan Nathania dengan lembut selayaknya berlaku pada Putrinya sendiri.
Mungkin karena itu juga, alasan dia mengorbankan sesuatu yang besar untuk menyelamatkan dia dan kakak lelakinya dari yang namanya kematian?
Sruk ....
Nathania bangkit dari tempat duduknya dan membuat pandangan Duke Carlin jatuh padanya.
"Saya belum selesai menceritakan situasi yang akan Anda hadapi, Nona. Tapi Anda sudah ingin pergi?" tanya Duke Carlin, ikut berdiri.
"Setidaknya Anda bisa membiarkan saya makan sesuatu, kan? Saya belum makan apa-apa sejak bangun. Dan teh yang disuguhkan oleh para pelayan untuk saya, rasanya sangat hambar."
Duke Carlin menunduk ke bawah, melihat kedua cangkir teh yang masih ada di atas meja. "Hambar? Menurut saya, rasanya sudah manis."
Nathania menggelengkan kepalanya antusias. "Saya sangat suka dengan makanan manis. Dan kalau para pelayan hanya memberikan suatu balok gula untuk cangkir teh saya, maka itu sangat kurang. Setidaknya harus ada lima balok gula yang masuk ke dalam cangkir itu!" celetuknya, menjelaskan bahwa dirinya sangat mencintai makanan manis.
Duke Carlin yang mendengar itu sempat terkejut. Tapi tidak ada protes yang dia ucapkan, karena dia memilih untuk meminta para pelayan menuruti kemauan Nathania daripada menegur sang Putri.
"Baiklah, lain kali saya jamin para pelayan tidak akan melakukan kesalahan lagi. Sekarang Anda ingin makan, kan? Mari kita pergi ke ruang makan, untuk makan bersama. Sebentar lagi sudah waktunya makan siang, dan sepertinya ada juga harus bertemu dengan istri kedua saya. Wanita yang sudah seperti ibunda untuk Anda," ucap sang Duke, berjalan terlebih dahulu mendekati pintu dan membuka salah satu katupnya.
Nathania mengikutinya, berjalan lebih dahulu keluar dari ruangan saat Duke Carlin mempersilahkannya keluar lebih dulu darinya.
"Baiklah," sahut Nathania, menurut.
Kedua ksatria penjaga pintu, yang melihat sikap Duke mereka adalah memperlakukan Putri Nathania, sempat merasa bingung dan aneh.
Karena sebelumnya, Duke Carlin tidak pernah bersikap lembut atau sopan pada anggota keluarganya yang lain. Bahkan dia terkenal dingin dan memiliki sikap yang sangat sadis.
Duke Carlin bahkan selalu membunuh para pelayan yang membuatnya merasa tidak senang hati. Atau sering melakukan hal keji pada anggota keluarganya, jika mereka membuat sang Duke merasa tidak nyaman.
Tapi ada apa dengannya hari ini? Tiba-tiba dia berubah menjadi seorang lelaki yang tenang, dan lebih mengejutkannya! Seakan ingin menjadi seorang Ayah yang baik untuk Putri Nathania.
"Apa Tuan Duke baik-baik saja?" tanya ksatria muda, hanya mendapat respons masam dari rekan kerjanya.
"Aku juga tidak tahu. Aneh, kan?" sahutnya, mendapat anggukan mantap dari si ksatria muda.
"Sangat aneh!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments