"David,Tina! Sarapan dulu yuk,nak!" seru bu Amel memanggil kedua anaknya.
"Ma,aku makan di sekolah aja deh,soalnya hari ini Tina piket." Ucap Tina.
"Iya,David pun lagi buru-buru soalnya hari ini ada ulangan,David juga belum sempat belajar lagi,karena buku di pinjam sama teman."
"Em,ya sudah kalau begitu hati-hati ya!" pesan bu Amel saat melihat anaknya sudah keluar duluan,mereka di antar sama sopir pribadinya. Kedua anaknya tidak punya waktu untuk sarapan di rumah,suaminya pun juga berangkat pagi-pagi sekali tadi,terpaksa bu Amel harus makan sendiri.
"Ma,Nayla minta daging ayamnya boleh? Sedikit aja," pinta Nayla saat melihat daging ayam yang masih banyak di atas meja makan.
"Mau daging ayam? Nyari duit buat beli,jangan bisanya cuma minta doang!" ucap bu Amel kasar,Nayla pikir mamanya itu bakal ngasih sedikit daging untuk dia,karena papanya sedang tidak ada di rumah tapi ternyata mama sama papanya itu sama saja.
"Kalau begitu ikan aja deh ma,sama nasi." Sambung Nayla.
Bu Amel tidak menjawab,dia hanya melihat tajam ke arah Nayla,gadis kecil itu sudah bisa menduganya hari ini mama pasti tidak membolehkan dia makan lagi,mungkin nanti siang baru bisa makan,keluarga mereka memang aneh,kalau mereka makannya sehari tiga kali,berarti Nayla cuma dapat jatah makan dua kali. Nah,kalau mereka makannya dua kali,Nayla cuma bisa makan sehari sekali dan kadang-kadang seharian dia tidak di kasih makan,hanya meminum air putih saja. Mereka benar-benar tidak punya hati,anak sendiri di perlakukan seperti itu,padahal Nayla juga masih sangat kecil dan seharusnya dia mendapatkan kasih sayang yang cukup dari kedua orangtuanya. Tapi yang dia dapatkan selama ini hanya derita dan air mata.
******
Di hari yang begitu panas,Nayla masih tetap menjual korannya pada orang-orang yang berlalu lalang di jalan,keringat sudah bercucuran di keningnya,tapi gadis itu masih tetap semangat.
"Korannya mbak?" tawar Nayla sama seorang wanita yang sedang duduk menunggu angkot.
"Nggak dek." Jawab wanita itu,masih fokus dengan hpnya.
"Mas mau beli koran?" tanya Nayla masih belum menyerah.
Tapi lagi-lagi tidak ada yang mau membelinya,wajar saja apalagi zaman sekarang sudah canggih,orang kalau mau lihat berita sudah ada handphone sama tv,sudah jarang orang mau membacanya di koran meskipun ada itu pun hanya sebagian saja.
"Berapa dek?" tiba-tiba seorang lelaki bertanya.
"Dua ribu saja pak." Jawab Nayla dengan wajah gembira.
Akhirnya korannya laku juga.
*****
Kebetulan sekali saat itu lampu merah,jadi para pengendara harus berhenti sebentar,Nayla pun kembali menjajakan korannya dari satu mobil ke mobil lainnya.
"Korannya pak?" tawar Nayla.
Dan betapa terkejutnya Nayla ternyata lelaki dalam mobil itu adalah papanya dan saat ini pak Arman sedang bersama dengan seorang klien.
Pak Arman juga tidak kalah kagetnya," kurang ajar! Ngapain lagi ini anak,selalu membuat aku naik darah," batin lelaki itu.
"Nih uangnya!" pak Arman melempar uang lima ribuan keluar jendela dengan kasar dan menarik koran yang tadi di tawar Nayla.
Lelaki itu sangat takut kalau ada yang tahu bahwa Nayla adalah anaknya.
"Tunggu saja dia,akan aku beri pelajaran nanti di rumah biar dia kapok," ucap pak Arman dalam hatinya.
Nayla memungut uang itu dan segera pergi menjauh,sekarang hatinya benar-benar takut,pasti nanti saat pulang papanya itu akan kembali memukul dirinya.
"Papa pasti akan memukul aku lagi,aku harus sembunyi,berarti aku harus lebih dulu sampai di rumah sebelum papa pulang." Lirih Nayla,gadis itu segera kembali ke tempat di mana dia mengambil koran-koran itu untuk di jual.
"Bang,ini uangnya cuma dua puluh lima ribu." Ucap Nayla sambil menyerahkan uang hasil penjualan korannya.
"Lumayan," ucap lelaki itu,dan dia memberi sepuluh ribunya untuk Nayla. Nayla mengucapkan terimakasih sebelum akhirnya pergi dari sana, dia sangat buru-buru, biar sampai tepat waktu di rumahnya, sebelum papanya sampai duluan.
********
"Nayla.!!!"
"Nayla!!" buka pintunya sebelum saya dobrak ini pintu!" ancam lelaki itu. Nayla sangat ketakutan dia bersembunyi di bawah kolong tempat tidur agar tidak di temukan papanya.
"Nayla!!" pak Arman terus memanggilnya,mendesak Nayla untuk membuka pintu.
"Nayla buka!" pintu terus di gedor-gedor,Nayla semakin ketakutan,di saat seperti itu seharusnya sang ibulah yang datang untuk melindunginya dari pukulan ayahnya,tapi ini tidak. Dia hanya sendiri tidak ada yang peduli,mungkin hari ini dia akan mati di tangan papanya sendiri.
Pak Arman seperti orang kesetanan,padahal Nayla tidak melakukan sesuatu yang merugikan dirinya,salahnya di mana coba? Saat dia meminta sesuap makanan dari mereka,mereka memberinya tidak dengan ikhlas hati,bahkan Nayla di suruh mencari uang sendiri,jangan tahunya makan aja. Nah,pas nyari uang sendiri Pak arman juga marah,jadi apapun yang Nayla lakukan itu tetap salah di mata mereka karena mereka tidak menyukai Nayla sama sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments