Teman Baru

"Pa,David juga pengen di beliin seragam baru kayak Tina." Rengek David pada papanya.

     "Iya,nanti siang kita pergi ke mall buat beli semua perlengkapan sekolah kalian." Jawab pak Arman.

    "Tapi kan pa,kak David bukan masuk sekolah baru,jadi di beliin buku saja nggak perlu seragam baru atau pun tas baru," usul Tina.

  "Kalau kamu punya seragam baru,berarti aku juga harus punya seragam baru,biar adil!" ucap David beralasan.

    "Ah alasan kakak doang,dasar tukang iri!" ucap Tina dengan bibir manyun.

   "Mama juga mau ikut,boleh?"tanya wanita itu pada kedua anaknya.

   "Boleh dong" mereka menjawab kompak.

   "Semua di bawa sama papa,kecuali satu orang,yaitu si pincang!" ejek Tina sambil tertawa.

    "Mana mungkin papa ngajak dia,yang ada nanti malah nyusahin kita lagi,jalannya aja kayak gitu,kayak siput!" tambah David.

Bu Amel dan pak Arman cuek-cuek saja mendengar kedua anak itu mengejek adiknya. Nayla sendiri tidak menggubrisnya,dia seperti tidak mendengar sama sekali ledekan kedua kakaknya itu.

\*\*\*\*\*\*\*

BEBERAPA TAHUN YANG LALU...

    "Anak saya bagaimana dok? Dia sehat,kan?" tanya wanita itu penuh semangat,wajahnya terlihat bahagia karena anak yang di tunggu-tunggu selama sembilan bulan akhirnya lahir dengan selamat ke dunia.

     "Alhamdulillah bu,anaknya cantik sehat lagi,tapi..." Dokter itu tampak ragu-ragu untuk mengatakannya.

     "Tapi kenapa dok?" sang suami tidak sabar ingin melihat bayinya,akhirnya dia langsung mengambil bayinya dari tangan sang dokter.

Hati pak Arman benar-benar hancur saat itu,ternyata anak ke tiga mereka lahir dalam keadaan cacat.

    "Apa yang harus saya lakukan dok?" bu Amel menangis,dia putus asa.

    "Semua sudah di takdirkan Allah,ibu harus banyak bersabar dan ikhlas,biar bagaimanapun dia juga anak ibu dan bapak." Dokter itu berusaha menenangkan mereka. Namun pak Arman ya tetap pak Arman,dia tidak mau merawat anaknya yang cacat,yang menurutnya hanya akan membuat malu keluarganya.

Pak Arman lah yang menyuruh istrinya itu untuk membawa Nayla yang masih bayi ke kampung,di mana ibu mertuanya tinggal,dan setelah hari itu bu Amel tidak pernah lagi menjenguk ibunya di kampung,mengirim uang pun juga tidak pernah,wanita itu tidak hanya menjadi ibu yang buruk,tapi dia juga menjadi anak yang tidak berbakti,wanita itu bahkan tidak pergi ke pemakaman ibunya dan untuk menjemput Nayla saja sopirnya yang di suruh.

                     

  ******

Nayla kini sendirian di rumah besar itu,dia tidak tahu mau ngapain,akhirnya dia pun keluar secara diam-diam,kebetulan mama sama papanya sedang pergi dengan kedua kakaknya.

   Hampir setahun di sini tapi dia tidak pernah keluar meski hanya sekedar melihat rumah-rumah warga di sekelilingnya,sebab mama tidak mengizinkannya keluar,biar tidak ada yang tahu bahwa Nayla adalah anak mereka.

Hanya karena takut fisik Nayla yang tidak sempurna menjadi aib bagi keluarga mereka,jadi pak Arman dan bu Amel memutuskan untuk tidak mengakui Nayla sebagai anaknya,bahkan yang warga tahu,anak ketiga mereka sudah meninggal setelah di lahirkan.

   "Hei kamu.!" Panggil seorang anak laki-laki,saat Nayla baru saja menutup pintu gerbang rumahnya.

Nayla menoleh kiri kanan,tidak ada orang lain,hanya mereka di sana,apa mungkin anak itu memanggil dirinya.

   "Iya kamu." Ucap anak itu lagi,saat nayla masih terlihat bingung.

     

"Aku.?" Tanya Nayla menunjuk dirinya sendiri.

  "Memangnya ada orang lain selain kamu,?" bocah laki-laki itu berjalan lebih dekat ke arah Nayla,kelihatannya anak laki-laki itu seumuran dengan dengan dirinya.

   "Aku Nayla,nama kamu siapa?" ucap Nayla memperkenalkan namanya.

    "Alif,nama ku alif." Mereka terus berjalan sambil mengobrol.

    "Nama mu bagus,kamu pasti baru pulang ngaji ya?" tebak Nayla.

    "Iya,benar sekali. Oh iya aku tadi melihat kamu keluar dari rumahnya pak Arman,kamu anaknya pak Arman?" tanya anak itu penasaran.

    "Bukan,tapi aku anak pembantu pak Arman yang dulu."Jawab Nayla sengaja berbohong,agar tidak membuat ibunya malu,begitulah yang di dipikirkannya sekarang.

    "Rumah aku ada di depan sana,singgah dulu yuk!" ajak Alif.

    Nayla berpikir sejenak,kemudian mengangguk,dia juga bosan di rumah terus,apa lagi sendirian tidak ada teman.

    "Ayo.!" Nayla mengikuti Alif menuju rumah anak itu.

                            *****

"Jadi kamu tinggal di rumah pak Arman?" umi Alif bertanya.

"Iya,Nayla tinggal di sana umi." Jawab Nayla.

"Sudah sejak kapan? Umi kok baru melihat kamu?" uminya Alif penasaran.

"Delapan bulan lebih."

"Nayla ini anak pembantunya pak Arman yang dulu umi,karena pembantunya sudah meninggal, jadi Nayla di ajak tinggal di rumah pak Arman." Ucap Alif membantu menjelaskan.

"Owh,umi tidak tahu umi minta maaf." Ucap bu Fitri,takut menyinggung hati Nayla.

"Tidak apa-apa kok umi," jawab Nayla tersenyum,anak itu sangat manis saat tersenyum.

Bu Fitri mulai memperhatikan baju yang di pakai Nayla,terlihat begitu lusuh,apa keluarga pak Arman tidak pernah membelikannya baju? Dan kerudung yang di pakainya juga sudah terlihat dekil begitu,bu Fitri mulai berpikiran macam-macam,tapi wanita itu buru-buru menepis pikiran kotornya dan kembali fokus dengan topik pembicaraan.

"Ya sudah umi kebelakang dulu,kamu ngobrol dulu sama Alif dan jangan lupa di minum juga airnya,nanti tidak segar lagi" ucap wanita itu berpesan. Kemudian pergi masuk ke kamarnya, entah apa yang akan di lakukannya.

"Alif,aku pulang dulu ya,sudah sore takut di cariin sama bu Amel dan pak Arman,karena tadi aku keluar nggak bilang-bilang." Ucap Nayla saat menyadari kalau hari sudah sore,orang tuanya itu pasti sudah pulang.

"Iya,mau aku anterin sekalian?" tawar Alif.

"Tidak usah,aku pulang sendiri aja," tolak Nayla.

"Nak Nayla sudah mau pulang? Tunggu dulu! Ini umi ada sesuatu buat kamu,masih bagus nanti bisa kamu pakai,nih di ambil!" ucap bu Fitri sambil menyodorkan kantong plastik yang berisikan baju di dalamnya.

"Wah untuk Nayla,umi?" tanya Nayla memastikan,matanya berbinar-binar terlihat sangat senang,namanya juga anak-anak,sudah pasti senang kalau di kasih hadiah.

"Iya,buat kamu." Jawab umi yang ikut senang melihat Nayla senang,entah kenapa wanita itu begitu sayangnya terhadap Nayla,padahal gadis itu baru hari ini bertemu dengannya.

\*\*\*\*\*\*

"Habis dari mana kamu.?" Tanya bu Amel dingin.

"Nayla keluar sebentar ma." Jawab Nayla jujur,tapi dia tidak mengatakan kalau baru pulang dari rumah Alif.

"Itu di tangan kamu apa?" kini giliran pak Arman yang bertanya.

Kini tangan Nayla mulai gemetaran,dia lebih takut melihat kemarahan dimata papanya daripada mamanya itu.

"Ini baju pemberian bu Fitri pa." Jawab Nayla jujur.

"Kamu mau mempermalukan kami hah?" bentak pak Arman.

"Kamu bilang tidak kalau kamu itu anak kami?" tanya lelaki itu."

"Tidak!" Nayla buru-buru menjawabnya.

"Lalu kamu anak siapa?" tanya bu Amel.

"Nayla bilang kalau Nayla anaknya pembantu pak Arman sama bu Amel,Nayla bilang begitu." Jawab Nayla semakin takut.

"Anak bodoh! Dasar anak sialan! Kali ini kamu benar-benar harus di kasih pelajaran,biar kamu kapok." Pak Arman langsung menarik tangan Nayla hingga tongkatnya terjatuh,pak Arman kemudian mengambil tongkat kayu Nayla dan membakarnya di luar,di halaman belakang.

Nayla tidak bisa berbuat apa-apa,dia masih kecil kekuatannya tentu tidak sebanding dengan orang dewasa.

Dia menatap mamanya yang hanya memperhatikan saja kelakuan papanya,tanpa menegurnya. Tidak berapa lama kemudian pak Arman kembali dengan tali pinggang di tangannya hendak memukul Nayla.

Nayla meronta-ronta minta dilepaskan oleh papanya.

"Nayla minta maaf pa,Nayla janji tidak akan mengulanginya lagi," ucap gadis itu memohon dia sangat takut saat melihat benda tersebut sudah di ayun-ayunkan oleh papanya,hendak memukul dirinya.

"Mama! Tolong bantu aku pergi!" Nayla sangat takut bahkan memanggil mamanya yang sama sekali tidak peduli.

Pak Arman segera memukul tubuh anaknya, tiga kali pukulan sudah membuat anak itu tidak berdaya,tidak sampai di situ saja,pak Arman kemudian membawa Nayla ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air,membuat Nayla hampir kehabisan nafas.

Nayla tidak berkata apa-apa,anak itu hanya diam saja,ingin menangis tapi masih terus menahannya dia tidak berani menangis di sana.

\*\*\*\*\*\*

Terpopuler

Comments

Laksana mutiara🥀

Laksana mutiara🥀

Lanjut...😍😍😍

2023-03-17

1

Laksana mutiara🥀

Laksana mutiara🥀

Aib?!!😤 suatu saat nanti pasti Nayla lah yang akan menjadi orang sukses!😡😡 camkan! itu, pak Arman😠😠😠😠 ehh... tpi maaf, kykny ga sopan juga ya?😓😅

2023-03-17

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!