Bab 5-Pria Penyelamat

Mohon dukungannya untuk karya ini, karena dukungan dari kakak semua sangat berarti bagi saya~

________________________________________

Happy Reading🥀

"Tega sekali kau menampar ku?!" teriak Jane merasa tak terima akan perlakuan yang Ray berikan terhadapnya.

"Kau kan sudah mengkhianati ku, apa tidak cukup dengan itu saja kau mengganggu kehidupanku?" imbuhnya.

Ray terdiam sejenak, dia menatap wanita dihadapannya dengan tatapan kosong. Tak ada satupun diantara keduanya yang berbicara, lantas hal itu membuat sopir taxi menjadi sedikit lega.

"Apa kau bilang? mengganggu kehidupanmu?" tanya Ray seraya mendekatkan wajahnya pada Jane.

Jantungnya berdegup sangat kencang, padahal sudah sejak berakhirnya hubungan mereka, Jane tidak lagi merasakan detak jantung seperti itu.

"Jangan pernah berpikir bahwa aku mengganggumu. Kau sendiri yang datang kepadaku dulu, bukankah jelas bahwa kau adalah wanita yang gila harta?!!"

"Aku bukan wanita seperti itu, jika kau berpikir seperti itu, maka buang pikiran aneh mu. Lagipula, sekarang aku juga sudah meninggalkanmu!"

"Apa kau yakin tidak menyesal jika tidak kembali padaku? Ayolah, yang kemarin itu hanya sebuah kecelakaan! Itu sama sekali tidak disengaja!" Ray meletakkan tangannya di kedua pundak Jane. Tentu saja hal itu membuat Jane merasa kesal setelah apa yang Ray lakukan terhadapnya.

"Sungguh aku akan lebih menyesal jika bersamamu. Bisa-bisa aku dikhianati lagi," cibir nya dengan mata melirik ke arah lain.

Sementara itu, seorang pria ber jas dengan anak laki-laki kecil disebelahnya keluar dari sebuah gedung perusahaan yang terletak di seberang toko swalayan. Mereka yang baru saja keluar tak sengaja melihat keributan yang tengah terjadi antara Jane dengan Ray.

"Ayah, bantu bibi itu. Kasihan dia ... " ucapnya lirih pada sang ayah yang sedang berdiri bersebelahan dengannya.

"Itu bukan urusan Ayah!"

"Kumohon ..., dia bibi baik yang pernah menolongku."

Tepat sekali, saat Ray hendak menampar pipi Jane yang kedua kalinya, pria dengan satu orang anak itu dengan cepat berlari menghampiri keduanya. Ia menghentikan sebuah tangan yang hendak mendarat pada pipi wanita itu.

"Hei! Siapa kau?" tanya Ray merasa terkejut akan kedatangan pria disebelahnya yang tiba-tiba.

"Jaga tanganmu, jangan asal menampar seseorang!" tegur nya dengan raut wajah sinis.

Sontak hal itu membuat Ray menjadi geram. Dia kesal karena ada seseorang yang berani menganggapnya sebagai rendahan. Apalagi menegurnya.

"Lepas!" Pria itu lantas melepaskan tangan Ray.

"Kau tidak tau siapa aku?" tanya Ray, ia mendekatkan wajahnya pada pria disebelahnya.

Seorang pria berambut putih dengan sebuah jas hitam yang melekat pada tubuhnya. Membuatnya terlihat gagah nan menawan. Apalagi wajah tampan yang tidak akan membuat siapa saja mampu menolaknya.

"Tuan Ray? Ray Asterion yang terhormat?"

"Sial! Kenapa gaya bicaranya seperti orang sok keren? Memangnya dia siapa sampai berani berbicara begitu kepadaku?" batinnya merasa kesal dengan ucapan yang baru saja terlontar.

"Jika anda tidak segera pergi, karir anda tidak akan selamat!" tegas pria tersebut.

Lantas Ray pun menjadi cemas. Dia tidak perduli dengan sosok Jane kali ini, tentu saja seorang Ray lebih mementingkan karirnya sebagai seorang bos terkenal daripada harus terjerumus masuk ke dalam kasus kekerasan.

Begitu Ray pergi, seorang anak laki-laki itu berlari menghampiri sang ayah setelah berhasil menyeberangi jalan raya. Dia langsung memeluk erat pria itu, lalu memandang wajah Jane.

"Hei? Kamu kan-- " ucapannya terhenti setelah anak itu memotongnya.

"Alfred!"

Tidak heran, jika Alfred bersekolah di sebuah sekolah yang besar dan ternama. Apalagi sekolah itu juga terkenal, karena hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menggunakannya.

"Ini ayahku," ungkap nya memperkenalkan sosok pria berbadan tinggi yang sedang berdiri tepat di sebelahnya.

Namun pria tersebut tidak tampak tersenyum. Wajahnya cuek dan dingin, apalagi dengan sifatnya?

"Ah, a-- anu, terima kasih," tutur Jane seraya tersenyum lebar. Tapi lagi-lagi pria itu hanya terdiam, tanpa memasang ekspresi apapaun.

"Huh, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya pria tersebut. Akhirnya ia mau membuka mulutnya.

Jane lalu menceritakan seluruh kejadian yang ia alami dengan Ray sejak awal. Yah, baru kali ini dirinya menceritakan permasalahan hidupnya pada seseorang.

Pria itu lantas mengangguk, dia mengerti dengan apa yang telah diceritakan oleh Jane.

"Oh iya, namaku Jane Lilson. Kau bisa memanggilku Jane," ucapnya memperkenalkan diri seraya mengulurkan tangan. Dia berharap pria dihadapannya mau menerima uluran tangan darinya.

"Aku Louis Hanshen. Terserah mau memanggilku dengan sebutan apa," balasnya. Namun tak membalas uluran tangan dari Jane.

"Bagaimana jika Tuan penyelamat? Bukankah tadi anda sudah menyelamatkan saya?" tanya Jane sedikit bergurau.

"Kalau itu jangan, panggil saja sesuai dengan apa yang ada di namaku," balasnya dengan cuek.

"Dia, anakmu?" tanya Jane berusaha mencairkan suasana yang hampir canggung. Lantas Louis pun membalasnya dengan anggukan.

"Ayah, apa Ayah tau? Bibi itu sudah menolongku tadi pagi. Jika bukan karenanya, aku pasti sudah dimarahi habis-habisan oleh bu guru," timpal Alfred.

"Benarkah?"

"Iya!"

"Ah, terima kasih sudah menolong anakku. Aku tidak tau harus membalas apa pada kebaikanmu," kata Louis dengan tangan yang menggaruk keningnya.

"Ti-- tidak masalah! Itu hanya kebetulan saja,"

"Sebaiknya kau cepat pulang, bisa saja Ray mengganggumu lagi jika kau tidak segera kembali ke rumah," tegur Louis. Matanya menunjukkan tatapan khawatir pada wanita yang kini tengah berhadapan dengannya.

"Eh? Dia kenapa bisa tau nama Ray? Ah, kenapa aku berpikiran seperti ini?!! Ray kan memang banyak dikenal oleh orang lain," pikirnya dalam hati.

Pasangan ayah dan anak itu lantas berlalu meninggalkannya seorang diri, dimana tangannya yang terlihat penuh oleh sebuah kantong plastik berisi jajan cemilan.

Waktu telah berlalu. Jane akhirnya dapat berbaring di ranjang kesayangannya. Dia melirik ke arah tembok dan terlihat waktu yang telah menunjukkan pukul 21.57.

Karena malam yang sudah semakin larut, Jane pun memutuskan untuk beristirahat sekarang juga. Apalagi besok dirinya harus kembali mencari pekerjaan di beberapa perusahaan yang tidak cukup besar.

Mungkin kehidupannya sempat tertolong oleh Ray saat dirinya menjalani hubungan asmara dengan pria itu. Jane selalu mendapatkan apa yang tidak bisa ia dapatkan. Seluruh fasilitas sehari-harinya juga sudah ditanggung tuntas oleh Ray.

Meskipun demikian, Jane masih tetap bersikeras untuk bekerja. Dia sempat ditawarkan untuk bekerja di perushaan R.A Grup oleh sang mantan kekasihnya. Tentu saja hal itu tidak akan disia-siakan olehnya.

Pada akhirnya, sebuah hubungan yang sudah berjalan selama hampir dua tahun itu berakhir karena kecerobohan Ray sendiri. Andaikan Ray tidak melakukan hal senonoh itu terhadap Amber, mungkin hubungannya akan baik-baik saja hingga kini.

******

Sementara itu, Louis dan Alfred masih berada di tempat semula saat mereka tak sengaja melihat keributan antara Jane dengan Ray. Keduanya masih terlihat sibuk dengan sebuah urusan.

Lebih tepatnya hanya Louis yang sibuk, namun sebagai anak, Alfred juga harus terseret karena kesibukan sang ayah.

Bersambung🍁

Jangan lupa untuk dukungannya, dengan cara like, komen, vote, and fav ya!

Apa kalian tau? Membuat karya itu tidak semudah kelihatannya, maka dari itu Author senantiasa berharap pada kakak semua untuk mendukung karya novel ini.

Terima kasih~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!