Mohon dukungannya untuk karya ini, karena dukungan dari kakak semua sangat berarti bagi saya~
_________________________________________
Happy Reading🥀
Jane menatap keluar jendela, dia mendapati sebuah bangunan besar di depan mata. Yah, wanita itu berharap akan bisa bekerja di perusahaan yang layak dan besar. Kemungkinan dirinya juga bisa mendapatkan gaji bulanan yang cukup besar.
Tiba di sebuah lampu lalu lintas, Jane tak sengaja melihat seorang anak laki-laki yang tengah duduk di sebuah halte bus seorang diri dengan seragam sekolahnya. Anak tersebut menoleh ke sana kemari terlihat kebingungan.
Lantas ia pun meminta untuk sopir taxi agar berhenti sejenak. Setelah turun dari mobil, Jane berlari menghampiri sosok anak tersebut.
"Ah, permisi ..., siapa namamu?" tanya Jane dengan wajah sedikit mendekat. Anak itu lekas berdiri dari kursi, dia berdiri menatap wanita di depannya.
"Na-- namaku Alfred John Hanshen. Panggil saja Alfred," ucapnya dengan gugup.
"Alfred, kenapa kau ada di sini? Apa kau bolos sekolah?" tanyanya lagi. Namun anak laki-laki bernama Alfred itu hanya menggeleng sebagai tanda jawaban.
"Aku tertinggal oleh bus yang biasa mengantar ke sekolah."
"Kasihan dia, mungkin Alfred akan mendapat masalah jika tidak datang ke sekolah ..., huh! Tapi aku juga kan harus interview," gumamnya dalam hati.
Setelah beberapa saat, Jane akhirnya memutuskan dengan matang untuk menolong Alfred terlebih dahulu. Dia bisa datang ke perusahaan untuk melakukan interview setelah mengantarkan anak laki-laki dihadapan nya ke sekolah.
"Ayo ikut dengan Bibi. Bibi akan mengantar ke sekolah mu dengan taxi itu," ucap Jane seraya menunjuk sebuah taxi yang ia tumpangi.
Tanpa pikir panjang, Alfred pun langsung menyetujuinya. Keduanya masuk ke dalam taxi dan duduk di kursi bagian belakang. Sembari melajukan mobilnya, Alfred akan memberitahu jalur menuju ke sekolahnya.
Setelah hampir empat puluh menit lamanya berada di perjalanan, mereka pun akhirnya tiba di tempat tujuan. Tampak sebuah sekolah ternama dan bekelas yang hanya bisa ditempati oleh orang-orang konglomerat saja.
Sontak hal itu membuat Jane ternganga, dia tak menyangka bahwa anak yang baru saja di tolong nya bersekolah di sebuah sekolah yang besar. Yah, itu adalah sekolah impian Jane di masa lalu.
Begitu waktu menunjukkan pukul 07.46, Alfred yang telah sampai di sekolahnya lantas berlari masuk ke halaman sekolah. Tidak lupa juga baginya untuk berterima kasih pada Jane, wanita yang sudah menolongnya hingga tiba di sekolah.
"Nona, apa kita akan tetap ke perusahaan X untuk interview anda?" tanya sang sopir setelah mengatahui bahwa jadwal jam interview sudah mepet.
Jane yang tidak sadar akan hal itu lagi-lagi dibuat kaget. Namun wanita itu tetap bersikeras untuk menuju perusahaan X. Dia tidak perduli apakah akan terlambat atau tidak, asalkan sudah berusaha semaksimal mungkin.
Tibalah dirinya di depan sebuah perusahaan yang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil. Jane melangkah masuk ke dalam gedung perusahaan tersebut, lalu terlihat seorang wanita yang tengah berdiri di tempat jaga lantai utama.
"Permisi, saya harus ikut interview. Umm, saya harus ke ruangan mana, ya?" tanya Jane setelah dirinya menghampiri wanita itu.
"Sebentar, saya cek terlebih dahulu," balasnya yang kian membuka layar komputer.
"Namanya?" tanya wanita itu menatap pada Jane.
"Jane Lilson."
Tidak menggunakan waktu lama, wanita yang kini tengah berada di hadapannya pun memberitahu pada Jane.
"Maaf Nona, sepertinya anda sudah terlambat datang sekitar tiga puluh menit lalu?"
"Tapi, apakah tidak ada kesempatan?"
"Anda silahkan menuju ke ruangan 04 di lantai dua. Keputusan tergantung pada bu Direktur."
Jane mengangguk, secepat mungkin ia berlari menuju pintu lift yang terlihat kosong. Begitu tiba di lantai tujuan, Jane berjalan dengan langkah kaki cepat menuju sebuah ruangan yang telah diberitahu oleh wanita tadi.
*****
"Baru interview saja sudah terlambat! Bagaimana kedepannya?" tanya seorang wanita dengan tegas . Ia duduk berhadapan dengan Jane di sebuah kursi di dalam ruangan.
"Maaf, saya benar-benar minta maaf. Saya janji akan datang tepat waktu jika saya diterima bekerja di sini," pintanya dengan terus memohon.
Jane tak kunjung menyerah meskipun tatapan sinis terus tertuju padanya. Akibatnya, seorang wanita selaku Direktur perusahaan itu mengusir Jane dari dalam ruangannya.
"Astaga, payah sekali aku!" gumamnya.
☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎
Langit semakin gelap, angin terus berhembus menyejukkan jalanan kota. Ditambah dengan hawa dingin akibat musim dingin yang datang tiba-tiba sebelum waktunya.
Jane keluar dari dalam taxi, ia menatap angka jam di layar ponselnya. Terlihat waktu yang telah menunjukkan pukul 20.13. Yah, wanita itu masuk ke dalam sebuah toko swalayan di seberang jalan.
Seharian ini Jane hanya menghabiskan waktu di beberapa tempat untuk menenangkan dirinya akibat gagal interview. Bahkan ia juga tidak sempat untuk pulang ke rumahnya.
"Tunggu di sini ya!" lontar nya pada sopir taxi.
Cukup lama Jane membeli jajanan di dalam toko tersebut, ia pun akhirnya keluar dengan beberapa plastik kantong yang telah memenuhi tangannya.
"Jane!" teriak seseorang dari arah kejauhan. Pria itu berlari menghampiri Jane setelah keluar dari mobil mewah miliknya.
Deg?!!! Sontak pria itu mampu mengejutkan Jane. Jane yang hendak berlari akhirnya gagal karena pintu taxi yang telah dikunci dari dalam.
"Sial!"
"Kau, kenapa di sini?" tanya pria yang tengah berdiri di hadapannya. Yap, tepat sekali! Ia adalah Ray, pria itu tak sengaja melihat Jane yang baru saja keluar dari dalam toko swalayan, saat dirinya hendak menuju gedung perusahaan.
"Memangnya apa lagi selain membeli kebutuhan? Apa kau tidak membuka matamu lebar-lebar?" tanya Jane seraya memalingkan tetapan dari pria itu.
"Ah, aku hanya bertanya. Apa kau sudah mendapat pekerjaan?" Ray tersenyum tipis, menatap tajam pada wanita di hadapannya.
"Hahaha!!! Mana mungkin kau akan mendapatkan pekerjaan, kan? Kalau kau dapat juga pasti hanya menjadi seorang bersih-bersih jalanan saja," ejek nya dengan tertawa lepas.
Plak!!! Sebuah tangan mendarat di pipi tampannya, ketika Jane menampar pria itu. Apa boleh buat? Dia sudah tak kuasa menahan emosi yang telah membara.
"Kau! Tidak sopan, ya?"
Plak!!! Pria kejam seperti Ray, tidak akan tinggal diam. Dia akan melakukan segalanya meskipun akan melanggar aturan hanya demi membuat dirinya puas.
Lantas si pengemudi taxi yang melihatnya langsung bergegas keluar. Dia berusaha melerai pertengkaran yang tengah terjadi. Namun Ray menegurnya, dia tak ingin ada seseorang yang ikut campur dalam masalah pribadinya.
"Ma-- maaf! Tapi, Tuan ..., jangan terlalu keras pada wanita!" tandas pria itu. Ray tak mengguris nya, dia hanya ingin berurusan pada Jane seorang.
Bersambung🍁
Jangan lupa untuk dukungannya, dengan cara like, komen, vote, and fav ya!
Apa kalian tau? Membuat karya itu tidak semudah kelihatannya, maka dari itu Author senantiasa berharap pada kakak semua untuk mendukung karya novel ini.
Terima kasih~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments