Hilang bagai ditelan bumi

Alsha tiba dirumah Davin hampir larut malam, beruntung keadaan dirumah masih gelap dan sepi yang menandakan bahwa Davin belum pulang dari kantor.

Alsha menyalakan semua lampu rumah, dan bergegas menuju kamarnya untuk mandi, karena tubuhnya terasa sangat lengket setelah seharian ini mencari pekerjaan dengan berjalan kaki.

Saat pagi ia memang menumpangi sebuah angkot, namun itu tak berlangsung lama, karena ia berhenti di persimpangan jalan, dan melanjutkannya dengan berjalan kaki.

Selesai mandi, Alsha bergegas kedapur untuk memasak, karena perutnya sudah keroncongan minta diisi sejak tadi.

Ketika ia baru saja menyelesaikan acara memasaknya, samar-samar ia mendengar suara pintu yang terbuka dan ia sudah menduga bahwa ia adalah Davin suaminya.

"Kak Davin sudah pulang?"

Pria tersebut melangkah tenang, ia sama sekali tidak terganggu dengan suara Alsha yang ia anggap hanya angin lalu, bahkan tak sekalipun ia menoleh kearah Alsha, seolah tidak ia anggap keberadaan nya.

Namun, menit berikutnya.

"Alsha?" teriakan Davin yang cukup nyaring seketika menghentikan kegiatan Alsha yang sedang mencuci piring bekas memasak dan makan malamnya.

Dengan terburu-buru gadis itupun berlari menuju tangga dan berhenti disana saat merasakan sesuatu mengenai wajahnya.

"Kak_" ucap Alsha dengan kedua mata berkaca-kaca, seraya memegangi jas milik Davin yang baru saja pria itu lemparkan kewajahnya.

"Kau tahu berapa harga jas itu bodoh?" sentak Davin, seraya mengarahkan telunjuknya kearah wajah Alsha.

"Sangat mahal! bahkan lebih mahal dari harga dirimu, kau tahu."

Deg!

Ucapan sarkas Davin tersebut membuat tubuh Alsha hampir limbung jika saja gadis itu tidak berpegangan pada sisi tangga disampingnya.

"Dan kau lihat sekarang, jas itu sama tidak berharganya seperti dirimu."

Deg!

"Dengar gadis bodoh, sekali lagi kau menyentuh barang milikku maka bersiaplah untuk menjadi gelandangan, kau mengerti?" ucap Davin seraya mencengkram dagu Alsha dengan sangat erat, kemudian mendorongnya dengan kuat hingga membuat tubuhnya jatuh terduduk.

"B-baik kak."

"Gadis sialan! buang jas itu jauh-jauh." sambung Davin lalu berbalik menapaki anak tangga kembali menuju kamarnya.

Alsha membawa jas milik Davin kedalam kamar, kemudian menggabungkannya dengan baju miliknya yang lain, gadis itu mencoba menahan laju air matanya sekuat yang ia mampu, agar tidak mengalir seperti biasanya.

Menikah dengan Davin adalah pilihannya, meskipun pada akhirnya ia pun harus kehilangan Rossa yang entah pergi kemana, wanita itu seolah menjual dirinya dengan sejumlah uang, lalu menghilang bagai ditelan bumi.

"Alsha?"

Kembali suara Davin terdengar nyaring didepan kamarnya, gadis itu beranjak membuka pintu.

"Ke_"

"Belikan saya minuman."

"Tap_"

"Kau tuli?"

"I-iya, baik kak."

"Macchiato." ucap Davin seraya melemparkan selembar kertas merah kearah wajah Alsha.

"Sepuluh menit!" lanjut Davin, kemudian berbalik melangkahkan kakinya menuju ruang tengah.

Sementara itu Alsha bergegas keluar, gadis itu berlari sekuat yang ia bisa menuju sebuah Cafe yang biasa menjual minuman yang Davin sebutkan tadi.

Sebenarnya bukan hal yang sulit bagi Alsha untuk mengenali berbagai macam minuman ala Cafe, karena saat SMA gadis itu pernah beberapa kali bekerja paruh waktu di Cafe dekat rumah sang nenek.

"Terimakasih mas!" ujar Alsha setelah membayar pesanannya, dan langsung berlari kembali menuju rumah.

"Kak, ini_"

Byur!

"Akh panas!" pekik Alsha, saat Davin merebut kopi tersebut dari tangan Alsha kemudian menyiramkan nya ketubuh gadis itu.

"Kau tahu kesalahan mu kali ini?" Davin menekan rahang Alsha dengan kuat.

"Ma-af, sa-saya terlambat dua menit kak."

"Bagus jika kau menyadarinya." Davin mendorong tubuh Alsha membuat tubuhnya terhuyung ke belakang.

"Gadis bodoh sepertimu, sepertinya memang harus lebih sering diberi pelajaran."

"Panas kak." Alsha mengibas-ngibas bajunya yang basah yang disertai kepulan uap panas yang tersisa dibaju bagian depannya tersebut.

"Panas? dengar gadis bodoh, penderitaan ini belum seberapa, dibandingkan kelicikan yang kau lakukan terhadap keluargaku."

"Dan kau akan membayarnya untuk itu."

"Maaf kak." sahut Alsha dengan wajah tertunduk.

Cih!

"Kau pandai betakting rupanya."

"Maaf!"

"Menjauhlah dari pandanganku, aku muak melihatnya." usir Davin seraya mengibaskan tangannya.

Alsha perlahan mundur, menyeret kaki menuju kamarnya, gadis itu buru-buru memasuki kamar mandi mengguyur tubuhnya menggunakan air.

Tangis yang sejak tadi tertahan kini seketika pecah, gadis itu menangis dengan tubuh yang terduduk dilantai kamar mandi, merasakan tubuhnya yang terasa perih karena perbuatan Davin tadi.

Ingin rasanya Alsha pergi meninggalkan rumah ini sejauh mungkin, tetapi sebelum hal itu ia lakukan, ia ingin menemukan sang Ayah terlebih dulu.

"Bertahanlah Alsha." gumamnya.

*

*

Terpopuler

Comments

Yani Cuhayanih

Yani Cuhayanih

Suami kejammm

2024-09-07

0

Kamiem sag

Kamiem sag

rasakanlah AIsha... lainkali gak perlu kau sapa suamimu itu

2023-07-29

0

Fitriyani Aulina Yunarya

Fitriyani Aulina Yunarya

ingin tak haiiihhh tu laki, galak nya minta ampun giliran sudah kau usir tau rasa embe kau, gemes laki songong begitu aah

2023-04-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!