Pergi tanpa pamit

Alsha menata barang belanjaan nya, dan memasukkanya kedalam kulkas, kemudian gadis itu mulai memasak makanan sederhana yang biasa ia buat ketika masih tinggal bersama sang nenek.

Berbicara tentang sang nenek, membuat Alsha tiba-tiba begitu merindukannya, padahal mereka baru tiga hari tidak bertemu.

Lamunan Alsha buyar, saat ia mendengar suara Davin dengan langkah terburu-buru kearah luar, pria itu tampak sangat rapih dengan setelan kerjanya.

Alsha mencoba menyusul, namun rupanya ia terlambat, karena Davin sudah lebih dulu menaiki mobil dan melajukannya meninggalkan area pekarangan rumah.

Alsha menghela napasnya, kemudian tersenyum getir! apa yang ia harapkan?

Bagaimana bisa, ia berpikir jika Davin akan berpamitan kepadanya sebelum berangkat bekerja, layaknya seorang suami pada umumnya.

Dan Alsha benar-benar lupa akan hal itu.

"Memangnya siapa dirimu Alsha, bahkan untuk melirikmu pun sepertinya dia enggan." gumam Alsha, dan kembali kedapur untuk melanjutkan acara masaknya.

Selesai memasak, Alsha sarapan seorang diri, kemudian membersihkan seluruh bagian rumah, terkecuali kamar Davin yang sepertinya memang sengaja dikunci oleh pemiliknya.

Bagi Alsha hari masih cukup pagi untuk ia bisa mencari informasi tentang lowongan pekerjaan yang mau menerimanya yang hanya sebagai lulusan SMA.

Dengan tekad yang kuat, Alsha melangkahkan kakinya dari rumah dengan menaiki Angkot mengunjungi beberapa tempat yang sempat ia lihat beberapa waktu lalu.

"Permisi mas, apakah benar disini sedang ada lowongan pekerjaan?" ujar Alsha kepada penjaga mini market yang sedang bertugas dibagian kasir.

"Kemarin sih ada dek, tapi sekarang sudah dapat orangnya."

"Oh begitu ya mas." ujar Alsha lesu.

"Iya dek, maaf ya!"

"Iya mas tidak apa-apa kalau begitu saya permisi!"

Alsha menghela napas dengan kedua mata terpejam, ia berusaha tetap menyemangati diri sendiri agar ia lebih bersemangat lagi.

"Tenang Alsha tenang! ini baru satu, masih banyak tempat lain yang belum kamu datangi." gumamnya pada diri sendiri, dan melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki menuju sebuah warung makan yang terdapat tulisan lowongan pekerjaan.

"Maaf dek, saya lupa membuang kertasnya." ujar pemilik warung makan, setelah Alsha mencoba bertanya mengenai lowongan pekerjaan tersebut.

*

Hari sudah semakin sore, namun Alsha tak juga mendapatkan pekerjaan yang ia inginkan, gadis itu berjalan gontai tanpa arah, hingga ia sampai disebuah Danau indah yang tidak begitu banyak pengunjungnya.

Alsha mendongakkan wajahnya kearah Langit sore, kemudian memejamkan kedua matanya menikmati semilir angin sepoi-sepoi yang membuat tubuhnya terasa lebih segar.

"Lho, Al kamu ngapain disini?" ujar seseorang dengan mata berbinar menatap Alsha.

"Eh, Merry kamu?"

"Ya, ini aku." gadis yang disapa Merry itu tertawa lalu memeluk Alsha.

Merry merupakan satu-satunya sahabat Alsha di SMA Pramudita, tempatnya bersekolah satu bulan yang lalu.

"Kamu ngapain disini Al, ini apa? kamu mencari pekerjaan?" ujar Merry menunjuk map coklat yang Alsha pegang.

Kedua bahu Alsha melemah, "Ya, tapi aku gagal Mer."

"CK, masa sih Al, nilai kamu kan bagus-bagus dulu, aku kalah jauh malah."

"Tapi ini bukan soal nilai Mer, tapi soal keberuntungan." Alsha mencebik, kemudian mencari sesuatu yang dapat ia duduki.

''Al, kalau kamu nggak keberatan, kamu kerja bareng aku aja, gajinya lumayan! tapi tempat kerjanya mungkin lumayan jauh dari rumah kamu."

"Serius Mer, ada?"

"Jadi kamu mau.?"

"Ya mau Mer, kamu tahu aku dari pagi keliling toko dan warung makan sama sekali nggak ada yang mau menerima aku, jadi kalau ada kesempatan lain kenapa nggak."

Merry tersenyum lebar dan kembali memeluk Alsha, "Ah senengnya kita bisa barengan lagi Al, jangan lupa besok datang kealamat yang akan aku kirimin nanti ya."

Alsha mengangguk, kemudian gadis itu men desah lega, rasa lelahnya hari ini terobati dengan kabar baik yang Merry bawa.

*

Sebelum pulang kerumah Davin, Alsha memutuskan untuk mampir sebentar kerumah Rossa, untuk menagih janji wanita tersebut yang akan mempertemukan dirinya dengan sang ayah.

Alsha mengetuk rumah yang ditempati Rossa beberapa kali, namun tak ada sahutan dari dalam, rumah itu sunyi senyap seolah tak berpenghuni.

"Alsha nyari Siapa?" ujar wanita seumuran Rossa yang rumahnya bersebelahan.

"Ibu Tan, Tante Ani lihat ibu nggak?"

"Lho, bukannya Rossa sudah pindah dua hari yang lalu, kamu kok bisa nggak tahu sih Al, makanya jangan mentang-mentang sudah punya suami kaya raya, kamu jadi lupa sama keluarga." cibir Bu Ani yang memang terkenal bermulut tajamnya.

"Kira-kira Tante tahu nggak kemana ibu saya pindah?" lanjut Alsha tak mempedulikan ucapan Ani, yang sudah biasa ia dengar.

"Ya mana saya tahu, kamu saja yang anaknya nggak tahu, apalagi saya, lagian kok ya aneh banget, keluarga sendiri yang pindah kamu sampai nggak tahu."

"Kalau begitu saya permisi Tan."

"Hmmm."

Alsha melangkah mundur menatap rumah mewah yang sudah lama Rossa tempati itu, dengan perasaan tak menentu, otaknya berpikir keras menduga-duga kemana wanita itu pergi tanpa kabar dan berpamitan lebih dulu kepadanya.

Lalu bagaimana dengan janjinya, bagaimana dengan nasibnya kini.

Alsha menangis tersedu, bingung harus kemana ia mencarinya.

*

*

Terpopuler

Comments

Yani Cuhayanih

Yani Cuhayanih

Rossa penipu...

2024-09-07

0

Kamiem sag

Kamiem sag

😞😢😪😭

2023-07-29

0

Nining Ardiyah

Nining Ardiyah

Kasihan alsha, mama rosa(ibu tiri) tukang tipu, yg sabar alsha, ikhlas in aja, di balik kejadian ada ikhmah nya, tetap semangat 💪💪💪

2023-03-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!