Di tempat lain.
Varo baru saja sampai kedalam ruangannya,lalu meletakan bekal yang Indira buat tadi,keatas meja kecil di dekat tempat duduknya.
"Pak...Bapak sudah masuk?" tanya Anjar seketarisnya terkejut saat masuk keruangan atasannya ingin mengambil sesuatu.
"Mana laporan beberapa hari ini?." bukannya menjawab,Varo lansung menanyakan laporan kerjaan kepada sekertarisnya.Anjar balik lagi menuju ruangannya.
"Pak Varo kenapa ya,bukannya bahagia,kan' masih masa-masa pengantin baru tapi kenapa malah kelihatan marah begitu.apa ia ngak di kasi jatah sama Ibu Dira ya..?" Pikir Anjar kemudian kembali lagi menuju ruangan Varo.
"Ini pak." Anjar meletakan laporannya di depan Varo yang Varo ambil dan dia lihat.Varo menghentikan melihat laporan itu lalu beralih melihat Anjar.
"Kenapa masih disini?keluar sana." Ucap Varo mengusir Anjar dari ruangannya. seketika itu Anjar lansung berjalan keluar dari ruangan Varo.
"Benaran deh,pasti bapak ngak di kasi jatah sama Ibu Dira,lihat wajahnya terlihat kesal sekali." Guman Anjar ingin masuk keruangannya.
"Kenapa sih kamu,dari tadi ngomel ngak jelas..?" tanya temannya.
"Eh kalian,siap-siap siaga saja.pak Varo kelihatannya lagi marah,kalian ngak lihat wajahnya kayak singa kelaparan tau.aku rasa Ibu Dira ngak ngasi jatah deh pagi ini makanya bapak sangat kesal begitu." Ucap Anjar membuat mereka menganggukan kepala mereka.
"Sudah kembali kekerja,aku cuma bilang itu." Ucap Anjar masuk kedalam ruangannya.
Selama semingguan pernikahan mereka,Varo hanya sesekali mengajak Indira bicara.Hatinya belum mampu berdamai dengan keadaan.Saat ingin mencoba mendekatkan istrinya,Varo lansung mengurungkan niatnya. Hal dulu yang selalu dia lakukan dengan Indira yaitu selalu mencium kening Indira kini tidak pernah lagi dia lakukan,bahkan di sentuh istrinya saja Varo enggan.
Varo hanya diam meratapi kegundahan hatinya selama itu dengan diam di kamar,keluar kalau ingin makan mau pun minum atau pun menonton tv. Indira yang melihat suaminya begitu, hanya bisa menangis dan menangis.
Berulang kali dia ingin menjelaskan kepada suaminya,berulang kali suaminya menolak penjelasannya. Indira pun memilih pasrah,namun dia tetap melakukan kewajibannya sebagai istri memasak maupun mengerjakan perkerjaan rumah.setelah itu dia juga berdiam di kamar kembali menangis dan menangis.ingin menceritakan masalahnya kepada siapa,dia pun tidak mau ada yang mengetahui masalah mereka.
Siang itu,Indira mau makan siang namun dia teringat dengan suaminya. Indira mengambil ponselnya,lalu mengirim pesan kepada suaminya menanyakan suaminya sudah makan atau belum,namun suaminya tidak menjawab melainkan hanya membuka saja pesannya,yang kemudian membuat Indira kembali mengirim pesannya lagi namun hanya kembali di buka suaminya saja tapi tidak di balas juga.
"Apa aku telepon saja ya." Guman Indira kemudian mencoba menghubungi suaminya.
"Halo Mas."
"Ada apa?" jawab Varo yang saat itu menjadi pusat perhatian anak buahnya karena mereka sedang berada di ruangan meeting.
"Mas sudah makan belum?" Tanya Indira.
"Belum.Aku lagi meeting nanti teleponnya." jawab Varo membuat Indira tersenyum.
"Baiklah Mas,jangan lupa di makan ya bekalnya.aku tutup kalau begitu."
Tampa menjawab atau menunggu istrinya,Varo sudah duluan mematikannya dan kemudian menyuruh anak buahnya melanjutkan penjelasan mereka.
di tempat Indira,dia terdiam sejenak tapi kemudian berpikir mungkin suaminya tengah sibuk makanya cepat mematikan sambungan telepon darinya.Indira kembali melanjutkan makan siangnya dengan sambil mengerjakan laporannya.
Sampai sore kemudian,Indira masih belum beranjak dari tempat duduknya.Indira melihat kearah jam tangannya melihat jam sudah menunjukan pukul 5 sore.
"Laporanku masih banyak lagi,baik lembur sajalah.mungkin Mas ngak akan marah." Guman Indira kembali menghubungi suaminya yang di angkat Varo teleponnya.
"Mas kamu masih di kantor kah..?" tanyanya.
"Masih.sebentar lagi pulang." jawabnya.
"Mas aku ijin ya pulang agak malam dikit,kami akan ada kunjungan Direktur minggu depan ini,laporanku belum kelar,setengah aja belum. Nggak apa-apa kan..?" Ucap Indira menjelaskan.
"Baiklah." jawabnya membuat Indira menghembus kasar napasnya.
"Baiklah,itu saja Mas." Ucap Indira. Lagi-lagi telepon Indira lansung di matikan Varo. Indira ingin menangis saat itu namun lansung dia tahan. Indira ngak mau orang kantor tau permasalahan rumah tangga yang baru dia bina belum seumur jagung itu bermasalah. Indira kembali melanjutkan pekerjaannya dengan fokus.
Di kantor,Varo menyandarkan tubuhnya di kursinya dengan matanya menatap kearah langit langit ruangannya.
"Maaf Indira,aku tidak bisa berdamai dengan apa yang kamu lakukan padaku."Guman Varo lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. Varo kembali mengerjakan pekerjaannya sambil menunggu malam.duluan pulang kerumah pun tidak hal yang bisa dia lakukan.
Di kantor Indira,dia masih berkutat dengan laporannya.
"Dira bapak duluan pulang ya.." Ucap Pak David pamit.
"Ia pak,hati-hati pak." Jawab Indira kemudian melanjutkan lagi pekerjaannya sampai tidak terasa hari berubah gelap,dia kembali melihat jam tangannya.
"Ya ampun sudah jam 8 ternyata.lebih baik aku pulang,pasti Mas Varo nungguin aku." Ucap Indira mengemas meja kerjanya dan mematikan komputernya.Indira lansung berjalan keluar menuju motornya dan segera melajukan motornya menuju Apartemennya.
Sampai disana,dia segera berjalan menuju Apartemen.Indira membuka pintu namun keningnya mengkerut melihat ruangan masih gelap semua.
"Apa mungkin Mas Varo belum pulang jam segini,tapi kenapa dia ngak ada ngasi tau ya.." Guman Indira kemudian mencoba menghubungi suaminya namun saat itu juga suaminya datang membuat dia terkejut karena suaminya mendahului dirinya masuk kedalam,lalu menghidupkan semua lampu ruangan.
"Mas kamu kenapa baru pulang jam segini?" tanya Indira mengekor jalan suaminya.
"Lembur." jawabnya menuju Kamarnya.mendengar itu terlintas di benaknya,benarkah suaminya lembur?,tapi kemudian Indira menyadarkan dirinya agar percaya dengan ucapan suaminya.Indira meletakan tasnya diatas meja kemudian dia lansung menuju dapur dan berkutat dengan peralatan masaknya membuatkan makan malam untuk mereka berdua.tiga puluh menit kemudian Indira menyelesaikan memasaknya bahkan menghidangkannya diatas meja.
Indira berjalan menuju kamar suaminya mengetuk pintu kamar suaminya.
"Mas aku sudah masak Mas..makan ya..tapi aku mau mandi dulu." ucap Indira yang terdengar oleh Varo namun dia enggan menjawab ucapan istrinya.lima menit Indira menunggu namun tidak juga ada jawaban dari suaminya.Indira menghembuskan kasar napasnya lalu berjalan kamarnya dan lansung menuju kamar mandinya.sepuluh menit kemudian Indira baru selesai dengan mandinya lalu keluar.
"Mas.." Varo menghentikan langkahnya namun dia tidak mau menoleh melihat istrinya.
"Mas kamu lagi cari apa..?" tanya Indira mendekat suaminya dengan keadaanya saat itu masih menggunakan handuknya saja.
"A..aku mengambil pakaian gantiku." jawab Varo.Indira melihat suaminya belum ada membawa pakaian gantinya.
"Biar aku ambilkan.Mas tunggu disini." Ucap Indira kemudian berjalan menuju ruang ganti mereka mengambil beberapa pakaian untuk suaminya lalu dia kembali keluar lagi masih mengunakan handuknya. Seketika itu Varo mematung melihat tubuh mulus istrinya hanya di tutupi sehelai handuk.
"Mas ini..." Varo lansung tersadar dan segera menerima pakaian yang Indira berikan padanya,namun karena tergesa-gesa dia malah ikut menarik tangan istrinya membuat Indira ingin terjatuh,seketika itu Varo lansung memegang tubuh istrinya yang saat ini membuat mereka saling berpelukan dan saling bertemu tatapan mata mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments