Bab. 5. Tuduhan Kejam Dan Ancaman Dari Miranti.

"Kamu keterlaluan Gita. Kamu ternyata adalah seorang ibu yang egois!" kesal Pram.

Mendapat bentakan, seketika itu juga Gita langsung menatap tegas ke arah pria yang menjadi suaminya. Meksipun, selama ini, lelaki itu sama sekali belum bisa melindungi dirinya. Bahkan dari fitnah mamanya sendiri.

"Mas, dengarkan aku dulu," ucap Gita pada Pram.

"Dengarkan apa Gita? Bagiku, keterangan dari Mama dan dokter itu sudah sangat jelas. Apa kau belum puas dengan usaha pertamamu!" sarkas Pram. Ia sengaja menyinggung kejadian beberapa bulan lalu.

"Itu tidak seperti apa yang kamu pikirkan, Mas. Dengarkan aku dulu. Kamu tidak bisa mendengar hanya dari satu pihak saja!" pekik Gita. Keadaan yang lemah ini membuatnya tak sanggup untuk sekedar merebut bayinya dari tangan Miranti.

"Lalu apa pembelaanmu, Gita? Katakan!" tegas Pram. Ia sengaja melakukan ini karena menurutnya wanita yang melahirkan putrinya itu sudah sangat keterlaluan. Namun, belum juga Gita mengeluarkan jawaban dari bibirnya.Miranti telah lebih dulu membuka matanya dan melihat kearah Gita penuh ancaman.

Gita membekap mulutnya sambil menggeleng lemah. Karena, mama mertuanya itu bahkan terlihat memegang jemari tangan putrinya dan mengisyaratkan bahwa ia akan melakukan sesuatu hal yang kemungkinan besar dapat menyakiti bayi lemah tanpa dosa dalam gendongannya.

Melihat hal itu, wanita yang baru saja melahirkan beberapa hari yang lalu ini, tentu hanya bisa pasrah tanpa pembelaan diri. Mertuanya itu kini menggunakan bayi kecilnya sebagai senjata untuk menindasnya lebih kejam lagi. Gita, tau jika mama mertuanya itu adalah wanita tanpa hati.

Seraya menahan kesal yang hanya bisa menjadi sesak di dadanya ini, Gita terpaksa harus mengakui penuturan dari mama mertuanya itu.

Wanita ini menghela napas panjang dan mengucapkan kata maaf yang sangat pelan sekali. "Maaf, Mas ... ." Bahkan suara Gita lebih mirip cicitnya anak kucing yang terjepit pintu. Karena, Gita merasa sakit, hatinya bagaikan di remas dengan kuat.

"Hah, sekarang kau minta maaf. Tadi kau melawan. Dimana letak hati dan pikiranmu Gita. Aku tidak menyangka telah menikahi wanita monster sepertimu! Kau bahkan tidak memiliki hati. Bisa-bisanya kau makan hanya memikirkan selera sendiri!" Pram yang masih terbawa emosi terus mencecar Gita dengan menyudutkannya.

Gita, ingin sekali berteriak untuk membantah dan membela dirinya. Akan tetapi di lain sisi dia juga harus melindungi keselamatan putri kecilnya. Gita tau, jika ancaman dari Miranti, tidaklah main-main. Karena itu, wanita yang hidup sebatang kara ini, hanya bisa diam dan pasrah menerima tuduhan kejam dari sang mama mertua.

Gita, sungguh benar-benar berada dalam posisi yang sangat tidak beruntung. Namun, Gita berpikir jika keputusan yang paling tepat untuk saat ini adalah mengalah dulu, semua demi putri kecilnya.

" Kamu ini, seenaknya hanya minta maaf saja. Bagaimana kalau bayimu tidak selamat? Apa yang akan kau katakan pada dunia?" tambah Miranti agar situasi semakin dramatis.

"Padahal, ya ... apa sih kurangnya Mama sama kamu. Semua sudah kusiapkan. Sayur, ikan telur dan buah. Kamu itu hanya tinggal makan saja. Tapi, kamu itu terlalu egois memikirkan kesenangan sendiri," sarkas Miranti kembali membuat panas hati dan suasana kamar itu.

Gita menatap mata mama mertuanya itu tak percaya, bahkan didepan matanya saja Miranti tega memfitnahnya. Bahkan, wanita yang ia hormati itu memutarbalikkan fakta yang ada. Sejak, dirinya hamil bahkan Miranti tega membatasi makanan yang akan Gita konsumsi.

Sementara, Gita juga di larang keluar rumah dengan alasan menjaga kandungannya. Bahkan, sahabatnya Meta pun di larang mengirimkan makanan dengan alasan gizi dan kebersihan yang belum tentu terjamin.

Tentu saja hal itu membuat keadaan Gita sering kelaparan. Jika Gita mengadu, maka Pramudya takkan pernah percaya, karena ternyata Miranti telah lebih dulu mengadu yang bukan-bukan sebelum suaminya itu pulang kerumah.

Pramudya, terlihat mengepalkan tangannya erat. Rahangnya pun mengeras. Baginya, Gita sudah sangat keterlaluan. Hampir saja membahayakan dua nyawa sekaligus.

"Apa sih yang di dalam kepalamu Gita? Apa kau tidak memikirkan bagaimana perasaan ku hah! Kami ini, aku dan Mama ... sangat menghawatirkan keadaanmu saat di ruang bersalin. Apa kau tidak mengerti Gita? Selama ini aku telah menyiapkan semuanya demi kebutuhan mu dan bayi kita. Lalu, kenapa? Kenapa dokter bisa berkata seperti itu? Kenapa keadaanmu bisa seperti itu!" Pram kali ini tidak mampu lagi menahan amarahnya. Ia bahkan memberi tatapan menyala pada wanita di hadapannya.

Gita, kini tak sanggup lagi menahan suara Isak tangisnya. Gita menangis tersedu-sedu yang bagi Pram itu adalah sebuah tangis penyesalan dari seorang ibu muda yang hampir saja membunuh bayinya sendiri.

Apalagi ketika mendengarkan penuturan mengenai informasi dari Miranti, yang mengatakan bahwa Gita selalu makan sembarangan tanpa memikirkan kandungan gizi maupun efek bagi kesehatannya maupun terhadap kandungan.

Tentu saja, Pram yang terkena omongan bermotif provokatif dari wanita yang kebetulan telah melahirkannya itu. Menjadi sangat marah. Lelaki yang selalu percaya seratus persen terhadap apa yang Miranti katakan itu, selalu memihak sang mama. Tanpa, pernah sekalipun memikirkan bagaimana perasaan dari wanita yang telah menjadi istrinya.

Gita menggigit bibir bagian atasnya, sambil memejamkan kedua mata. Dengan kepala yang masih tertunduk dia menggeleng lemah. Bahunya terlihat bergetar hebat karena, dadanya amatlah sesak saat ini. Hingga, tanpa bisa dikendalikan, air mata itu terus mengalir deras membasahi pipinya.

Ingin sekali Gita berkata tidak mengenai semua tuduhan yang tidak benar terhadap dirinya itu. Akan tetapi, Miranti saat ini tengah menggendong bayinya. Gita takut, jika mama mertuanya itu benar-benar akan menyakiti putri kecilnya yang masih sangat lemah tak berdaya tersebut.

Di depan sana, Miranti tersenyum penuh kemenangan. Ia berpura-pura terus menciumi bayi Gita dengan penuh sayang dan gemas tertahan. Sebenarnya, Miranti tengah merasa sangat puas sekali. Karena, dia kini memiliki senjata yang dapat membuat menantunya itu tak dapat berkutik. Wanita itu, ia pastikan akan semakin menderita karena, Miranti telah merancang banyak rencana yang akan membuat Gita semakin di benci oleh Pram.

Tunggu saja Gita. Kau akan semakin menderita setelah ini. Kau pikir, akan bahagia menjadi menantuku hah! Kau sudah masuk kandang serigala Gita ... hahaha!

Miranti tertawa girang dalam hatinya. Ia merasa kemenangan sebentar lagi akan berada dalam genggamannya. Wanita paruh baya itu, tanpa sadar telah di perbudak oleh rasa dendam yang telah menghitamkan hatinya.

Pram, menatap Gita sambil menggelengkan kepala. Tak menyangka, jika wanita baik hati yang ia nikahi memiliki ternyata tak punya hati. Lelaki naif ini, tak pernah sekalipun menaruh kepercayaan terhadap istrinya sendiri. Dia terlalu menjunjung ucapan Miranti. Tanpa tau, isi hati dari wanita itu sebenarnya.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

sabar Gita..Pram buta oleh kata² dari Miranti..moga ada balasan buat kalian

2023-09-13

1

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

mungkin aku tak setegar Gita

2023-03-31

2

Uyhull01

Uyhull01

mending kmu kabur ke atau apalah gtu dri pda kmu kena batin gtu,

2023-03-22

2

lihat semua
Episodes
1 Bab.1.Tak Seindah Bayangan.
2 Bab. 2. Kebencian Ibu Mertua.
3 Bab. 3. Di Balik Topeng Ibu Mertua.
4 Bab. 4. Sambutan Pedas Usai Melahirkan.
5 Bab. 5. Tuduhan Kejam Dan Ancaman Dari Miranti.
6 Bab. 6. Tuduhan Kejam Miranti dan Pramudya.
7 Bab. 7. Gita mulai tertekan.
8 Bab. 8. Kelebihan Bilirubin. ( Bayi Kuning )
9 Bab. 9. Baby Asha Masuk Rumah Sakit.
10 Bab. 10. Tapi aku ini istrimu, Mas!
11 Bab. 11. Anak Adalah Tanggung Jawab Suami-istri.
12 Bab. 12. Drama Mertua Di Pagi Hari.
13 Bab. 13. Awal Mula Baby Blues.
14 Bab. 14. Kado Untuk Baby Asha Yang Di jual Mama Mertua.
15 bab. 15. Bara Api Dan Kipas.
16 Bab. 16. Maafkan, Bunda mu yang bodoh ini.
17 Bab. 17. Melampiaskan Emosi Pada Asha.
18 Bab. 18. Astaga Gita!
19 Bab. 19. Menemui Psikolog.
20 Bab. 20. Bukan lagi Baby Blues, tetapi Postpartum Depression.
21 Bab. 21. Membawa Orang Ketiga.
22 Bab. 22. Apa yang, Mama lakukan!
23 Bab. 23. Uang Putraku, Adalah Uangku!
24 Bab. 24. Kontak Batin Sahabat.
25 Bab. 25. Dia Sudah Menderita.
26 Bab. 26. Titipan Dari Rama Adi Kusuma.
27 Bab 27. Makan Malam Di Luar.
28 Bab. 28. Tersentuh.
29 Bab. 29. Terjatuh.
30 Bab. 30. Karena Kelelahan.
31 Bab. 31. Rencana Miranti.
32 Bab. 32. Tolong anakku Ma!
33 Bab. 33. Kantor Polisi atau Rumah Sakit Jiwa.
34 Bab. 34. Rencana Gita.
35 Bab. 35. Gita, Mulai Melawan.
36 Bab. 36. Gita, Mulai Bertindak.
37 Bab. 37. Ma, kenapa kau begitu membenciku?
38 Bab. 38. Menceraikan untuk Menikah Lagi.
39 Bab. 39. Penangkapan Miranti.
40 Bab. 40. Terungkap Apa yang Tersembunyi.
41 Bab. 41. Penyesalan Tak Pernah Di Awal.
42 Bab. 42. Hukum Timbal Balik.
43 Bab. 43. Penolakan Gita.
44 Bab. 44. R. I. P. ( Akhir Cerita )
Episodes

Updated 44 Episodes

1
Bab.1.Tak Seindah Bayangan.
2
Bab. 2. Kebencian Ibu Mertua.
3
Bab. 3. Di Balik Topeng Ibu Mertua.
4
Bab. 4. Sambutan Pedas Usai Melahirkan.
5
Bab. 5. Tuduhan Kejam Dan Ancaman Dari Miranti.
6
Bab. 6. Tuduhan Kejam Miranti dan Pramudya.
7
Bab. 7. Gita mulai tertekan.
8
Bab. 8. Kelebihan Bilirubin. ( Bayi Kuning )
9
Bab. 9. Baby Asha Masuk Rumah Sakit.
10
Bab. 10. Tapi aku ini istrimu, Mas!
11
Bab. 11. Anak Adalah Tanggung Jawab Suami-istri.
12
Bab. 12. Drama Mertua Di Pagi Hari.
13
Bab. 13. Awal Mula Baby Blues.
14
Bab. 14. Kado Untuk Baby Asha Yang Di jual Mama Mertua.
15
bab. 15. Bara Api Dan Kipas.
16
Bab. 16. Maafkan, Bunda mu yang bodoh ini.
17
Bab. 17. Melampiaskan Emosi Pada Asha.
18
Bab. 18. Astaga Gita!
19
Bab. 19. Menemui Psikolog.
20
Bab. 20. Bukan lagi Baby Blues, tetapi Postpartum Depression.
21
Bab. 21. Membawa Orang Ketiga.
22
Bab. 22. Apa yang, Mama lakukan!
23
Bab. 23. Uang Putraku, Adalah Uangku!
24
Bab. 24. Kontak Batin Sahabat.
25
Bab. 25. Dia Sudah Menderita.
26
Bab. 26. Titipan Dari Rama Adi Kusuma.
27
Bab 27. Makan Malam Di Luar.
28
Bab. 28. Tersentuh.
29
Bab. 29. Terjatuh.
30
Bab. 30. Karena Kelelahan.
31
Bab. 31. Rencana Miranti.
32
Bab. 32. Tolong anakku Ma!
33
Bab. 33. Kantor Polisi atau Rumah Sakit Jiwa.
34
Bab. 34. Rencana Gita.
35
Bab. 35. Gita, Mulai Melawan.
36
Bab. 36. Gita, Mulai Bertindak.
37
Bab. 37. Ma, kenapa kau begitu membenciku?
38
Bab. 38. Menceraikan untuk Menikah Lagi.
39
Bab. 39. Penangkapan Miranti.
40
Bab. 40. Terungkap Apa yang Tersembunyi.
41
Bab. 41. Penyesalan Tak Pernah Di Awal.
42
Bab. 42. Hukum Timbal Balik.
43
Bab. 43. Penolakan Gita.
44
Bab. 44. R. I. P. ( Akhir Cerita )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!