Bab. 2. Kebencian Ibu Mertua.

"Tunggu, Ma!" Gita menahan gelas yang di sodorkan oleh Miranti ke depan wajahnya. "Apa ini?" tanya Gita penuh selidik.

"Ini vitamin. Kamu kan lagi hamil muda. Harus minum vitamin racikan orang tua jaman dulu. Ini herbal, kamu tidak perlu khawatir," jelas Miranti seraya memasang senyum membuat keibuannya agar Gita percaya ucapannya. Memang itu hasil racikannya barusan. Tapi, bukan untuk kesehatan janin, justru sebaliknya.

"Tapi, Ma ... aku mau periksa dulu nanti ke dokter kandungan," tolak Gita halus. Ia bahkan menepis pelan dan hendak berlalu dari hadapan mama mertuanya itu.

Akan tetapi, Miranti mencekal lengannya dan menarik Gita kembali ke hadapannya. "Kau tidak percaya, Mama?" tuding Miranti dengan tatapan tajamnya. "Kau pikir aku ingin mencelakai mu! Pakai logikamu, Gita. Mama adalah orang pertama yang ingin kau hamil!" tekan Miranti membuat Gita di lema.

Antara percaya atau tidak. Satu sisi dia belum berpengalaman. Tapi menurut apa yang pernah dia dengar dari teman-teman kantornya dulu, para wanita hamil tidak boleh mengkonsumsi minuman herbal apapun sebelum mendapat ijin dari dokter kandungan maupun bidan.

"Tapi, Ma ... aku pernah dengar kalau--"

"Orang lain kau dengar !" sela Miranti. " Kau anggap aku apa Gita!" Miranti terus membentak Gita dengan nada penuh emosi tinggi.

Membuat, wanita yang di duga tengah hamil muda itu menahan tangis hingga dadanya sesak. Sejak awal, Gita yang ingin mencari kasih sayang dari seorang ibu, akan tetapi yang ia dapat dan rasakan justru kebalikannya. Semua harapannya terasa jauh dari kenyataan.

Apalagi, saat ini hormon kehamilan membuatnya sedikit lebih mudah merasa sedih dan rapuh.

Gita terus menggelengkan kepala ketika Miranti terus menjejalkan minuman itu ke depan wajahnya. Akan tetapi, Gita terus menolak dengan memundurkan tubuhnya hingga terbentur meja di sudut dapur. Akan tetapi, Miranti justru terlihat semakin memaksa agar Gita meminum ramuan tersebut.

"Minum. Agar kandunganmu kuat, Gita!" Melihat sang menantu yang sudah terpojok dan tidak bisa bergerak lagi, Miranti mencengkeram dagu Gita agar wajah wanita itu mendongak. Miranti, semakin menekan pipi agar mulut Gita terbuka.

Ingin rasanya Gita mendorong tubuh mama mertuanya itu. Tapi, kalau diingat dari tuntutan Miranti setiap hari, Gita kembali percaya jika memang mertuanya itu menginginkan yang terbaik baginya. Karena, itulah sampai memaksanya seperti ini.

"Aku akan meminumnya sendiri, Ma," cicit Gita. Maka, Miranti pun melepaskan cekalannya dengan senyum kemenangan.

Gita meraih gelas itu dengan tangan gemetar. Ia benar-benar tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan untuk memastikan apakah minuman ini aman atau tidak. Satu hal yang dia yakini adalah, mama mertuanya tidak mungkin ingin mencelakai dirinya dan juga janin yang kemungkinan besar ada di dalam rahimnya.

Glek ... glek.

Gita menenggak minuman tersebut hingga tandas. Rasanya, ternyata tidaklah terlalu buruk. Gita menyeka cairan dari minuman yang masih tercecer di pinggir bibirnya. Melihat itu, senyum di wajah Miranti semakin lebar saja. Mungkin, senyuman itu sampai ke telinganya.

Menjelang sore Gita sudah menyiapkan makan malam spesial. Bahkan, calon ibu muda ini sampai melihat tutorial di media sosial. Bagaimana cara memberi kejutan kepada sang suami, ketika sang istri ingin memberitahu tentang kehamilannya.

Pada akhirnya, Gita memutuskan untuk membungkus alat tes kehamilan tersebut menggunakan kotak kado dengan pita di atasnya. Gita merapikan kamar serta memasang sprei baru. Juga, menyalakan lilin aromaterapi yang wangi. Bahkan Gita mengenakan pakaian baru. Gita, sungguh ingin tampil sesempurna mungkin. Demi, menyambut hari yang merupakan, keajaiban untuknya ini.

Gita, sungguh sudah tidak sabar menerima perlakuan manis dari suaminya. Karena itu, bibirnya terus menyunggingkan senyum, ketika membayangkan, Pramudya memanjakannya. Seperti, cerita yang pernah ia dengar dari beberapa teman kantornya dulu. Hal, yang paling menyenangkan dari wanita hamil adalah ketika sang suami bersikap lebih manis dari sebelumnya. Gita, hanya ingin sesekali menjadi prioritas bagi suaminya itu.

Gita yang sudah rapi dan wangi hendak melangkah keluar kamar. Sekali lagi ia menoleh ke atas tempat tidurnya dan terus tersenyum. Karena, Gita meletakkan kado di tengah pembaringan mereka.

Baru selangkah setelah menutup pintu, tiba-tiba Gita merasakan nyeri di bawah perutnya. Tak lama rasa itu pun hilang. Ia mengira jika rasa itu adalah wajar. Karena, sejak tadi siang dia sudah tidak bisa diam. Menyiapkan ini dan itu demi kejutan besar untuk suaminya itu.

"Huh, pasti rasa sakit ini karena aku terlalu kelelahan. Iya, pasti karena itu," gumam Gita dan kembali melangkah menuruni tangga untuk menuju lantai bawah.

Saking antusiasnya bahkan Gita menunggu kepulangan Pram di teras rumah. Ia terus mengabaikan rasa sakit yang sesekali datang meremas perutnya.

"Mas, kamu ini kemana sih. Kenapa lama sekali. Sepertinya perutku sakit karena menahan lapar. Ayo dong, Mas ... cepatlah pulang," gumam Gita seorang diri. Ia bahkan berjalan mondar-mandir tak sabaran. Sementara di balik tirai ruang tamu, Miranti kembali memasang seringainya.

"Kejutan malam ini akan sangat besar sekali," gumam Miranti, dengan tatapan sinis ke arah sang menantu di luar sana. Ia tahu jika ramuannya mulai bereaksi.

Tak lama, mobil Pram terlihat memasuki pekarangan. Ingin rasanya Gita melonjak gembira. Tapi, sekali lagi ia ingat akan keberadaan calon bayi yang ada di dalam perutnya.

"Hei, sayang. Kamu cantik sekali sore ini. Ada apa nih? Sampai menungguku di sini?" cecar Pramudya setelah memberikan beberapa ciuman pada Gita.

"Aku sangat bahagia, hari ini. Dan, aku sudah menyiapkan kejutan besar yang sangat manis untukmu," jawab Gita, seraya bergelayut manja di lengan suaminya.

"Lihatlah, aku bahkan memasak semua makanan kesukaanmu," tunjuk Gita ketika mereka berdua melewati meja makan.

"Wah, aku jadi semakin penasaran ada apa sebenarnya," bisik Pram di samping wajah istrinya itu.

"Ih, kamu harus mandi dulu, Mas. Ayo, aku antar ke kamar," tuntun Gita yang telah merangkul lengan suaminya itu. Pramudya pun menurut saja. Karena sebenarnya ia sudah tak tahan untuk mencumbu Gita yang berdandan sangat cantik.

Miranti terus perhatikan gerak-gerik keduanya dari balik dinding. Hingga, wanita paruh baya itu mengikuti anak dan menantunya hingga ke lantai atas. Padahal, dia baru saja kembali dari kamar anaknya tersebut untuk mengambil kejutan yang telah disiapkan oleh Gita 'Sebentar lagi, efek ramuan itu benar-benar akan bereaksi total.' batin Miranti seraya menampilkan seringai jahat.

Benar saja, belum juga Pram membuka pintu kamar. Tiba-tiba, Gita menjerit kesakitan sambil membungkukkan tubuhnya. Kedua tangannya melingkar di depan perut.

"Kamu kenapa sayang?" tanya Pram heran. Karena wajah istrinya tiba-tiba memucat.

Tak lama dari itu, terlihat darah menetes dari bawah gaun sebatas lutut yang dikenakan oleh Gita.

"Da–darah!" pekik Pram kaget. Tanpa masuk ke kamar lebih dulu. Ia sudah membopong tubuh istrinya itu turun ke bawah. Meneriakkan pada sopir yang kebetulan belum pulang, agar kembali mengantarnya ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit. Pram dikagetkan dengan diagnosa dokter. Mencengkeram kepalanya, lantaran terkejut yang kini berubah menjadi rasa khawatir.

Miranti menghampiri Pramudya yang tengah berdiri di depan pintu, ruang unit gawat darurat. Miranti, menepuk bahu sang putra hingga Pram menoleh dan berakhir memeluknya.

"Maaf," lirih Miranti. Membuat Pram sontak melepas pelukannya.

"Kamu liat aja videonya. Mama gak kuat buat cerita ke kamu," lirih Miranti dengan air mata berlinang. Wanita paruh baya itu pun menyodorkan ponsel, ke tangan Pramudya.

"Apa ini, Ma?" Kedua mata Pramudya memerah. Ia kembali di kagetkan dengan kejutan lainnya.

Tak lama dokter keluar dan mengabarkan bahwa ...

"Istri dan calon bayi anda selamat, Tuan. Tapi, kami harus menyedot ramuan yang telah istri anda minum melalui selang yang dimasukkan ke lambungnya," jelas sang dokter.

"Apakah, minuman itu berbahaya Dok?" tanya Pram.

"Benar, Tuan. Karena itu kami harus segera menyedotnya. Bagus saja, kandungan istri anda cukup kuat. Anda bisa tanyakan nanti kepada istri anda, apa alasannya meminum ramuan tersebut?tambah sang dokter lagi. Hingga akhirnya pria berjubah serba putih itu kembali kedalam.

"Mama sudah mengingatkannya," lirih Miranti. Membuat kedua tangan Pram mengepal erat.

"Kau kan tau jika aku menginginkannya. Kenapa kau lakukan itu pada calon bayi kita, Gita? Apa yang ada di dalam pikiranmu?" cecar Pram, dengan emosi yang masih ia tahan. Kini, ia telah berada di kamar perawatan istrinya.

Gita yang baru sadar dari pengaruh obat bius merasa heran dan terkejut melihat kemarahan Pram di matanya. "Apa yang membuatmu marah, Mas? Aku adalah korban. Bahkan, bayiku hampir tiada," cicit Gita yang masih dalam keadaan lemah.

"Jujur saja. Kalau kau belum siap hamil. Sehingga, melakukan tindakan bodoh yang hampir membahayakan dirimu dan juga calon anak kita!" ujar Pram kali ini penuh penekanan. "Kau keterlaluan, Gita!"

"Mas! Bukan begitu kejadiannya!" pekik Gita dari balik punggung sama suami yang meninggalkannya keluar kamar. Sayang, keadaan yang lemah membuat Gita tak bisa turun dari tempat tidur.

'Sial benar. Ternyata janin itu kuat. Tapi tak apa. Pram, putraku semakin tidak mempercayainya. Aku akan menggosok perasaan dan ketidakpercayaan Pram terhadap Gita. Agar dia semakin membenci dan Gita pun tersiksa. Ini, belum seberapa wahai menantuku.' batin Miranti ketika melihat punggung Pramudya keluar tergesa-gesa dari kamar perawatan Gita.

Rencana Miranti yang gagal meski tidak sepenuhnya. Membuat wanita licik itu banyak rencana yang lain untuk menyiksa batin Gita.

Beberapa pekan kemudian. Miranti sengaja memerintahkan Gita untuk mengantarkan minuman pada tamu yang datang kerumahnya. Karena sore itu Miranti ketempatan arisan sosialita wanita seumuran dirinya.

"Sabar aja ya, Ranti. Untung saja masih bisa diselamatkan. Kamu itu dosa apa sih sampai punya menantu kayak gitu?" Salah satu teman Miranti mengoceh sambil menatap sinis ke arah Gita yang tengah meletakkan minuman di atas meja.

Deg!

Gita merasa seakan ada benda keras dan berat yang di tekan ke dalam dadanya. Ia mencoba abai dan berniat pergi.

"Hai kamu! Jaga tuh baik-baik calon cucu sahabat kami ini!" ujar salah satu kawan Miranti yang lain.

"Iya, harusnya kamu tuh bersyukur di kasih kepercayaan di saat banyak wanita lain, justru terancam mandul!" sindir wanita paruh baya yang lain lagi.

'Apa yang telah mama ceritakan pada mereka? Kenapa mama jahat sekali padaku. Teganya memutar balikkan fakta di depan suamiku sendiri dan juga kawan-kawannya? Kenapa mama tega melakukan ini padaku? Apa salahku padanya?' batin Gita penuh sesak di dadanya. Karena ia tak habis mengerti. Miranti nampak begitu membencinya, tapi karena apa?

Tanpa berniat menjawab apapun karena di rasa percuma saja. Maka Gita berjalan cepat meninggalkan ruang tamu dan menangis sejadi-jadinya di dapur. Menumpahkan apa yang ia rasakan agar dadanya tidak terlalu sesak.

"Gita!" Terdengar Miranti kembali meneriakkan namanya.

...Bersambung ...

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

seorang ibu yang sangat kejam terhadap menantunya..sampai hati mau menghancurkan janin Gita..

2023-09-13

1

Nuraini

Nuraini

mertuanya psikopat. gedeg bacanya tapi nagih 😩

2023-06-16

1

Uyhull01

Uyhull01

astgfirullahh kejamnya ibu mertua itu😡😭😭😭

2023-03-22

2

lihat semua
Episodes
1 Bab.1.Tak Seindah Bayangan.
2 Bab. 2. Kebencian Ibu Mertua.
3 Bab. 3. Di Balik Topeng Ibu Mertua.
4 Bab. 4. Sambutan Pedas Usai Melahirkan.
5 Bab. 5. Tuduhan Kejam Dan Ancaman Dari Miranti.
6 Bab. 6. Tuduhan Kejam Miranti dan Pramudya.
7 Bab. 7. Gita mulai tertekan.
8 Bab. 8. Kelebihan Bilirubin. ( Bayi Kuning )
9 Bab. 9. Baby Asha Masuk Rumah Sakit.
10 Bab. 10. Tapi aku ini istrimu, Mas!
11 Bab. 11. Anak Adalah Tanggung Jawab Suami-istri.
12 Bab. 12. Drama Mertua Di Pagi Hari.
13 Bab. 13. Awal Mula Baby Blues.
14 Bab. 14. Kado Untuk Baby Asha Yang Di jual Mama Mertua.
15 bab. 15. Bara Api Dan Kipas.
16 Bab. 16. Maafkan, Bunda mu yang bodoh ini.
17 Bab. 17. Melampiaskan Emosi Pada Asha.
18 Bab. 18. Astaga Gita!
19 Bab. 19. Menemui Psikolog.
20 Bab. 20. Bukan lagi Baby Blues, tetapi Postpartum Depression.
21 Bab. 21. Membawa Orang Ketiga.
22 Bab. 22. Apa yang, Mama lakukan!
23 Bab. 23. Uang Putraku, Adalah Uangku!
24 Bab. 24. Kontak Batin Sahabat.
25 Bab. 25. Dia Sudah Menderita.
26 Bab. 26. Titipan Dari Rama Adi Kusuma.
27 Bab 27. Makan Malam Di Luar.
28 Bab. 28. Tersentuh.
29 Bab. 29. Terjatuh.
30 Bab. 30. Karena Kelelahan.
31 Bab. 31. Rencana Miranti.
32 Bab. 32. Tolong anakku Ma!
33 Bab. 33. Kantor Polisi atau Rumah Sakit Jiwa.
34 Bab. 34. Rencana Gita.
35 Bab. 35. Gita, Mulai Melawan.
36 Bab. 36. Gita, Mulai Bertindak.
37 Bab. 37. Ma, kenapa kau begitu membenciku?
38 Bab. 38. Menceraikan untuk Menikah Lagi.
39 Bab. 39. Penangkapan Miranti.
40 Bab. 40. Terungkap Apa yang Tersembunyi.
41 Bab. 41. Penyesalan Tak Pernah Di Awal.
42 Bab. 42. Hukum Timbal Balik.
43 Bab. 43. Penolakan Gita.
44 Bab. 44. R. I. P. ( Akhir Cerita )
Episodes

Updated 44 Episodes

1
Bab.1.Tak Seindah Bayangan.
2
Bab. 2. Kebencian Ibu Mertua.
3
Bab. 3. Di Balik Topeng Ibu Mertua.
4
Bab. 4. Sambutan Pedas Usai Melahirkan.
5
Bab. 5. Tuduhan Kejam Dan Ancaman Dari Miranti.
6
Bab. 6. Tuduhan Kejam Miranti dan Pramudya.
7
Bab. 7. Gita mulai tertekan.
8
Bab. 8. Kelebihan Bilirubin. ( Bayi Kuning )
9
Bab. 9. Baby Asha Masuk Rumah Sakit.
10
Bab. 10. Tapi aku ini istrimu, Mas!
11
Bab. 11. Anak Adalah Tanggung Jawab Suami-istri.
12
Bab. 12. Drama Mertua Di Pagi Hari.
13
Bab. 13. Awal Mula Baby Blues.
14
Bab. 14. Kado Untuk Baby Asha Yang Di jual Mama Mertua.
15
bab. 15. Bara Api Dan Kipas.
16
Bab. 16. Maafkan, Bunda mu yang bodoh ini.
17
Bab. 17. Melampiaskan Emosi Pada Asha.
18
Bab. 18. Astaga Gita!
19
Bab. 19. Menemui Psikolog.
20
Bab. 20. Bukan lagi Baby Blues, tetapi Postpartum Depression.
21
Bab. 21. Membawa Orang Ketiga.
22
Bab. 22. Apa yang, Mama lakukan!
23
Bab. 23. Uang Putraku, Adalah Uangku!
24
Bab. 24. Kontak Batin Sahabat.
25
Bab. 25. Dia Sudah Menderita.
26
Bab. 26. Titipan Dari Rama Adi Kusuma.
27
Bab 27. Makan Malam Di Luar.
28
Bab. 28. Tersentuh.
29
Bab. 29. Terjatuh.
30
Bab. 30. Karena Kelelahan.
31
Bab. 31. Rencana Miranti.
32
Bab. 32. Tolong anakku Ma!
33
Bab. 33. Kantor Polisi atau Rumah Sakit Jiwa.
34
Bab. 34. Rencana Gita.
35
Bab. 35. Gita, Mulai Melawan.
36
Bab. 36. Gita, Mulai Bertindak.
37
Bab. 37. Ma, kenapa kau begitu membenciku?
38
Bab. 38. Menceraikan untuk Menikah Lagi.
39
Bab. 39. Penangkapan Miranti.
40
Bab. 40. Terungkap Apa yang Tersembunyi.
41
Bab. 41. Penyesalan Tak Pernah Di Awal.
42
Bab. 42. Hukum Timbal Balik.
43
Bab. 43. Penolakan Gita.
44
Bab. 44. R. I. P. ( Akhir Cerita )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!