Bertemu Kenzo

Aku mengambil nafas panjang, Memejamkan sejenak kedua matanya yang terasa begitu panas. Kenapa takdir hidupku rasanya semakin rumit.

Sudah dua jam berlalu. Namun kedua mataku masih enggan untuk tertidur. Aku bangun dari tempat tidur dan berjalan menuju balkon. Berdiam di sana sambil menatap ribuan bintang yang terlihat sangat indah.

"Jika pelangi itu ada, Datangkan lah dalam kehidupanku, Ya allah. Walaupun keindahan itu hanya bertahan sesaat. Setidaknya aku tidak selalu berada di bawah derasnya hujan"ucapku sambil menatap ke arah langit gelap.

Tiba-tiba saja bayangan bunda melintas begitu saja. Aku sangat merindukan masa-masa dulu. Masa di mana aku masih begitu bahagia bersama dengan orang-orang yang aku sayangi. Ada bunda, Ayah dan juga kak Kenzo yang selalu membuat aku mengukir senyum setiap hari.

Bagaimana bisa aku akan menikah dengan laki-laki yang ternyata kakak dari mantan kekasihku. Ya ampun, Kenapa takdir hidupku serumit ini.

*****

Tanpa terasa malam sudah berlalu begitu cepat. Pagi ini aku bangun lebih awal karna ada kuliah pagi. Ya, Aku masih kuliah dan saat ini masih semester 6. Biarpun selama satu tahun aku harus merasakan makian dari mama Lina, Tapi setidaknya dia masih mau membiayai kuliahku hingga saat ini. Bodoh amatlah semua perkataannya, Yang pasti, Aku harus lulus kuliah dan jadi sarjana. Mewujudkan keinginanku menjadi seorang dokter spesialis mata.

Aku masak untuk sarapan mama dan juga kak Larisa yang saat ini masih berkelana dalam mimpinya. Setiap ada kuliah pagi, Aku memang selalu sengaja bangun lebih awal agar saat aku berangkat kuliah mereka tidak menggangguku.

Setelah selesai masak, Aku kembali ke dalam kamarku, Mandi dengan sangat cepat. Bersiap lalu berangkat sebelum mereka berdua bangun dari tidurnya.

Saat aku sudah mau melangkah keluar, Suara mama menghentikan langkah kakiku. Namun kali ini aku merasa ada yang berbeda dari suara itu. Biasanya mama tiap pagi akan marah-marah, Tapi tidak dengan hari ini. Membuat aku menaruh rasa curiga.

"Alena, Tunggu" panggilnya dan membuat aku seketika menghentikan langkah kakiku"Iya, Ma. Ada apa?" tanyaku sambil menoleh ke arah mama Lina yang saat ini sedang menatapku sambil tersenyum. Tumben sekali mama Lina senyum. Setelah kecelakaan yang menimpa ayah, Baru pagi ini aku mendapatkan senyuman darinya. Apa mama semalam salah minum obat.

"Nanti kamu pulang jam berapa?" tanya nya padamu. Untuk apa mama Lina menanyakan kapan aku pulang. Bukannya selama ini dia selalu bodoh amat sama aku. Bahkan saat aku tidak pulang pun, Mama tidak pernah menanyakan kemana aku pergi.

"Belum tau, Ma. Hari ini Ale ada beberapa praktek. Memangnya kenapa, Ma?" tanyaku penasaran.

"Calon mertua kamu mau mengajak kita shoping sekalian fitting baju pernikahan kalian yang akan di laksanakan minggu depan"

"Apa! Minggu depan? Kenapa harus secepat itu, Ma?"

"Lebih cepat lebih baik. Mama tidak mau tau, Jam 14:00 kamu sudah harus di rumah" ucap mama dan langsung pergi meninggalkan aku yang masih diam membeku di tempat.

Astaga, Minggu depan. Kenapa harus secepat itu. Bahkan aku saja belum tau seperti apa sikap dan sifat kak Alkan. Apa itu artinya secepat itu kak Kenzo akan menjadi adik iparku.

Aku melangkahkan kakiku keluar dari dalam rumah, Pagi ini rasanya tidak ada semangat untuk aku pergi kuliah. Terlebih lagi saat teringat wajah dingin dan kaku kak Alkan malam tadi, Membuatku semakin tidak yakin mau menikah dengannya.

Pagi ini aku pergi kuliah dengan menggunakan ojek online seperti biasa, Selain lebih cepat, Tentu ongkosnya juga lebih murah. Mengingat aku tidak pernah mendapatkan uang dari mama. Karna mama hanya membiayai uang kuliahku.

"Kenapa Al? Mukanya kok di teguk seperti itu?" tanya Kevin, Ijol sekaligus satu-satunya teman yang selalu mau menjadi tempatku berbagi. Menjadi tempat di mana aku menceritakan apa yang aku rasakan. Satu-satunya orang yang selalu menguatkan ku. Laki-laki yang sudah aku anggap seperti abangku sendiri.

"Biasalah, Kak. Kayak gak tau permasalahan hidup aku saja" wajabku pada kak Kevin. Ya, Aku memang memanggilnya dengan sebutan kakak. Karna umurnya lima tahun lebih tua dari pada aku.

"Masalah kamu kok ya gak selesai-selesai, Al. Kayaknya tiada hari tanpa masalah"

"Entahlah, Kak. Kak Kevin aja yang mendengar kayak udah capek dengan cerita masalah hidupku. Tapi masalah kali ini lebih berat kak"

Mendengar perkataanku, Seketika kak Kevin menghentikan laju motornya. Kak Kevin menoleh ke arahku"Ada masalah baru lagi?" tanya nya padaku.

Aku mengangguk lesu"Iya, Kak. Ini soal masa depanku" jawabku"Soal masa depan mu. Maksudnya bagaimana? Aku tidak paham, Al" tanya kak Kevin

"Minggu depan aku akan menikah, Kak"

"What! Kamu akan menikah. Mendadak sekali, Bukan kah kamu pernah bilang akan menikah kalau sudah lulus kuliah"

"Memang, Kak. Itu planning yang aku miliki. Menikah saat aku sudah lulus kuliah dan memiliki karier yang bagus. Tapi semua itu tak semulus yang aku bayangkan. Karna mama, Mau aku menikah dengan anak dari temannya. Ah, Bukan. Lebih tepatnya aku menjadi pengganti kak Larisa" terang ku pada kak Kevin.

Kak Kevin mengerutkan kecil keningnya"Maksudnya bagaimana? Aku tidak paham"

"Awalnya kak Larisa yang akan mama nikahkan dengan pria itu. Tapi setelah kak Larisa tau jika pria itu buta, Dia tidak mau dan meminta aku untuk menggantikannya"

"Apa! Jadi pria yang akan kamu nikahi itu buta?"

Aku mengangguk"Iya, Kak. Tidak ada pilihan lain selain aku menurut. Karna kalau sampai aku menolak, Mama akan" perkataan ku terpotong saat kak Kevin menimpali perkataanku.

"Akan menghentikan biaya tagihan rumah sakit ayah kamu. Begitu bukan?"

"Iya kak. Kenapa takdir hidupku harus seperti ini"

"Sabar, Al. Siapa tau saja ada hikmah di balik semua ini. Kamu tau kan, Jika allah tidak akan memberikan ujian di luar batas mampu hambanya. Lakukan peran mu dengan sebaik yang kamu busa. Aku percaya, Kamu akan menemukan keindahan setelah lelah mendaki"

"Paham kan, Maksudku"

"Iya kak. Sudahkah, Lebih baik kak Kevin antar aku ke kampus. Aku pagi ini ada beberapa praktek"

"Yaudah, Ayo buru naik"

Motor kak Kevin kembali melaju menuju kampus di mana aku menjalankan pendidikan ku.

Saat sudah tiba di kampus, Aku turun dan membayar ongkos pada kak Kevin. Tapi dia menolak seperti biasa. Namun aku memaksa karna aku tau jika saat ini kak Kevin sedang mengumpulkan uang untuk biaya persalinan istrinya.

"Ambil kak. Aku tau kak Kevin sedang mencari uang buat persiapan persalinan kak Dela kan. Aku gak mau kak Kevin menolak" ucapku sambil menyodorkan uang lembar kertas lima puluh ribu.

"Makasih, Ale"

Setelah itu, Aku masuk dan berjalan cepat menuju kelasku. Saat sedang menyusuri koridor, Tanpa sengaja aku menabrak seseorang dan membuat barang-barangnya berjatuhan di atas lantai.

"Maaf maaf, Saya tidak sengaja" ucapku sambil membantunya memungut berkas-berkas itu.

"Tidak masalah" balas orang itu sambil mengangkat wajahnya menoleh ke arahku.

"Alena" ucapnya yang terdengar sangat lembut memanggil namaku. Suara lembut yang dulu biasa aku dengar darinya.

"K a k K e n z o" balasku sambil menatap kedua matanya.

Setelah sekian lama aku tidak bertatapan dengannya, Ternyata rasa itu masih sama. Detak jantung yang aku rasakan saat ini masih sama persis dengan lima bulan yang lalu.

Terpopuler

Comments

💜⃞⃟𝓛 ⏤͟͟͞R𝐙⃝🦜༄༅⃟𝐐ƙׁׅуα

💜⃞⃟𝓛 ⏤͟͟͞R𝐙⃝🦜༄༅⃟𝐐ƙׁׅуα

sabar ale,semoga perihmu akan terbayar lunas dengan kebahagiaan suatu hari nanti

2023-04-29

0

@🎻ⒻͬⒺͧⒷᷤⒷͧⓎͪ🥑⃟🎻

@🎻ⒻͬⒺͧⒷᷤⒷͧⓎͪ🥑⃟🎻

JD gedek deh klu butuh aja 🤧🤧🤧 dasar

2023-04-26

0

🦋 Pika 🦋

🦋 Pika 🦋

nah kan, mau enaknya aja tuh, duitnya doyan tapi suami buta gk mau.
sabar ale, moga saja laki2 itu bukan buta permanen, dan beneran ada pelangi setelah hujan

2023-04-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!