Pagi itu seharusnya menjadi awal yang membahagiakan bagi Yumi. Dimana ia baru saja merayakan ulang tahun pernikahan kedua orang tuanya.
Sembari membawa potongan kue ke kantor, Yumi mengucap doa di dalam hati agar cinta di antara kedua orang kesayangannya itu terus mekar dan tak akan pernah pudar.
Namun, kehadiran Rohani membuatnya kesal. Betapa tidak, gadis bar-bar itu dengan sengaja menjatuhkan kue Yumi ke lantai. Hingga semuanya hancur berantakan.
"Ups... Sorry." Pura-pura Rohani menyesali yang terjadi. Padahal dalam hati bersorak gembira.
Hanya karena merasa cemburu pada Yumi yang dipilih Fabian menjadi sekretaris, Rohani tega menindasnya.
Namun, bukan Yumi namanya jika tak berani melawan. Janda itu bukan tipe wanita lemah. Dia tidak suka ditindas. Apa lagi pada hal-hal tak jelas penyebabnya.
"Tunggu!" Belum juga sampai di ambang pintu, langkah Rohani terhenti.
"Rasakan ini!" Yumi menempelkan kue ke wajah Rohani. Dengan beraninya, Yumi mempermalukan gadis tersebut.
"Aakk-- Apa yang kau lakukan?!" pekik Rohani.
Semua orang yang menyaksikan itu seketika tertawa. Namun, ada pula yang mencela keberanian Yumi.
"Ini balasan bagi orang yang rese kaya lo!" tukas Yumi sembari tersenyum puas.
"Yumi---" Tak ada yang bisa dilakukan oleh Rohani. Wanita itu hanya sanggup berteriak manja sembari mengusap wajah.
Sementara Erika yang baru saja datang, dibuat tertawa sekaligus heran. "Haha. Mengapa pagi-pagi wajahmu sudah terlihat seperti zombi? Apa kau baru saja mengerjakan proyek baru?" ledek Erika sembari tertawa.
"Diam kau!" Rohani hendak menjambak rambut Erika, tetapi justru terpeleset. Sehingga menambah rasa malunya.
Belum lagi hidungnya yang nyaris patah karena terkena lantai.
"Erika--" teriak Rohani.
"Ada apa ini?" Alih-alih merasa malu pada Fabian yang baru saja datang, Rohani justru meminta dukungan pria tersebut.
Rohani bertingkah manja selayaknya anak kecil. Sehingga Erika terlihat hendak muntah. Sedangkan Yumi tak peduli sama sekali. Baginya Rohani bukanlah siapa-siapa. Dia tidak patut untuk ditakuti apa lagi dicemburui.
"Rohani, mengapa wajahmu seperti badut? Apa kau sedang merayakan ulang tahun hari ini?" Pertanyaan Fabian justru semakin membuat tertawa seluruh karyawan, termasuk Yumi.
Janda kembang itu tak dapat menahan diri setelah melihat wajah Rohani yang benar-benar hancur karena dipenuhi kue ulang tahun.
"Fabian, tolong aku. Yumi melempar kue ke wajahku." Rohani merengek manja. Namun, alih-alih iba, Fabian justru merasa risih.
"Ya, halo. Iya, sebentar lagi aku segera datang." Pura-pura Fabian menerima panggilan telpon hanya untuk menghindari Rohani.
"Hei, wanita zombi! Apa kau pikir kau dapat memenangkan hati Pak Fabian dengan bersandiwara seperti ini? Haha." Erika kembali meledek Rohani. Sehingga gadis itu semakin murka. Dia pun memaki Erika, tetapi tak dihiraukannya.
Hari ini Rohani menjadi bahan tertawaan seluruh karyawan.
"Yumi!" Fabian memanggil Yumi serta memintanya untuk ke ruangan.
"Jelaskan padaku, apa yang terjadi di luar tadi? Mengapa wajah Rohani dipenuhi kue?" tanya Fabian.
"Aku tahu ini ulahmu, bukan?" imbuh pria itu.
"Aku tidak melakukan apa-apa. Aku hanya melakukan apa yang harus dilakukan," sahut Yumi.
"Baiklah, lupakan itu."
Untuk beberapa saat keheningan menghampiri keduanya. Sampai akhirnya Fabian mengingat sesuatu untuk diberikan kepada Yumi.
"Ah ya, ambil ini dan berikan kepada Papa dan Mama." Fabian mengeluarkan sebuah kotak bludru hitam dari lacinya.
"Apa ini?" Kening Yumi berkerut penuh tanya. Namun, ia belum mengambil kotak persegi empat tersebut.
"Ini bukan untukmu, tapi untuk kedua orang tuamu," balas Fabian sembari memalingkan wajah.
Tatapan matanya tertuju pada jendela yang memperlihatkan keindahan kota Jakarta dari luar sana.
"Iya, aku tahu. Tapi, untuk apa kau memberi orang tuaku ini?" balas Yumi tak suka.
"Bukankah hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan Mama dan Papa?" Sekarang Yumi paham, bahwa Fabian hendak memberi kedua orang tuanya sebuah hadiah.
Anehnya, meski telah berpisah sekian lama, Fabian masih mengingat hari jadi mantan mertuanya tersebut. Belum lagi caranya memanggil kedua orang tua Yumi tidak berubah sama sekali.
Seakan masih menganggapnya orang tua sekaligus mertua, Fabian memanggil mereka dengan sebutan Mama dan Papa.
"Kau tidak perlu repot-repot memberi hadiah untuk kedua orang tuaku. Dan ya, tolong jaga jarak dariku. Aku tidak ingin semua orang tahu hubungan kita di masa lalu. Tolong perlakukan aku selayaknya sekretaris. Bukan sebagai mantan istri!"
Tegas dan lugas, kata-kata Yumi menusuk hati Fabian. Sedikit tersinggung, tapi tidak masalah. Fabian hanya tersenyum tipis.
"Permisi." Kemudian Yumi pamit.
"Wanita ini benar-benar keras kepala. Apa dia pikir aku sedang berusaha untuk mendekatinya? Aku kan hanya berusaha untuk menghormati kedua orang tuanya," gumam Fabian dengan suara sedikit lirih.
Dahulu Fabian memang melakukan kesalahan besar. Akan tetapi, rasa kecintaannya terhadap mantan kedua mertuanya itu tak pernah pudar.
Setiap tahun ia kerap merayakan ulang tahun pernikahan mereka. Kendati telah berpisah dari Yumi.
Fabian sangat menjunjung tinggi hubungan itu. Hanya karena perceraian, ikatan itu pun perlahan memudar.
Fabian mengaku salah, delapan tahun terakhir telah memberinya pelajaran berharga. Kehilangan tiga orang terkasih sekaligus membuatnya kebingungan serta tak tau arah.
Hidup Fabian terasa hampa. Dia menyesali keputusannya mengabaikan Yumi, Sang mantan istri.
"Hiks... Hiks..." Di kamar mandi, Yumi terisak pelan, mengingat sikap Fabian yang kerap berubah-ubah.
Delapan tahun lalu pria itu mengabaikan dirinya, kini melalui kedua orang tua, pria itu seakan hendak menjalin silaturahmi seperti dulu lagi.
Hati wanita mana yang tak akan patah bila sengaja dilukai. Dan hati wanita mana yang tak akan sakit bila keberadaannya justru dianggap sebagai pelampiasan.
Hal tersebut benar-benar Yumi sadari ketika bertemu mantan kekasih Fabian. Wanita yang bernama Klarisa itu mempertanyakan keseriusan Fabian dalam menikahi Yumi.
Seakan hendak memprovikasi, Klarisa berkata, bahwa Yumi bukanlah tipe Fabian. Pria itu hanya menjadikannya sebagai pelarian.
Cinta Fabian masih untuk Klarisa meski Yumi berusaha untuk memenangkan hatinya.
Dan benar saja, setelah dua tahun menikah, rupanya usaha Yumi sia-sia. Cintanya berbalas duka. Wanita itu bertepuk sebelah tangan.
Selama mengarungi bahtera rumah tangga, hanya Yumi lah yang berusaha mempertahankan hubungan. Sedangkan Fabian sibuk dengan dunianya sendiri.
Menjadi Dosen seni adalah jalan jitu untuk menghindari Sang istri. Banyak kegiatan kampus yang sengaja Fabian gelut.
Selama menjadi istri Fabian, segala cara Yumi lakukan. Termasuk melayani Ibu mertua kemanapun ia berada.
Yumi memperlakukan keluarga Fabian selayaknya keluarga sendiri. Tak ada yang Yumi bedakan. Namun, setelah semua yang terjadi, Fabian justru mengaku bosan pada pernikahannya.
Akan tetapi, hal itu masih belum membuat Yumi pergi. Sekali lagi wanita malang itu berupaya mempertahankan pernikahan, tetapi sikap Fabian sungguh membuatnya jera.
Dan terpaksa Yumi mengambil langkah besar dengan menceraikan Fabian.
Tak mudah memang, butuh waktu lama bagi Yumi untuk mengambil keputusan menyakitkan itu.
Yumi merasa, bahwa kehadirannya tak pernah dibutuhkan oleh Fabian. Dia tak pernah ada dalam rencana hidup suaminya itu.
Yumi hanyalah bayangan, tidak lebih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Itta Irawan
nyeri bgt berada diposisi yumi kalaa itu
😭😭
2023-03-15
0
Naura Putri
sakake yumi
2023-03-11
0
Diah Ayu Lukitowati
Yumi.😌
2023-03-10
0