Usai menemui klien, Fabian hendak mengajak Yumi makan siang. Namun, mendadak pria itu mendapat panggilan telpon.
"Halo, Ma?" Rupanya orang itu adalah mantan mertua Yumi.
Sejujurnya ada sejumput rindu di dalam hati wanita manis tersebut. Namun, hubungan mereka tak sedekat dulu lagi.
Antara mertua dan menantu, semua hanya tinggal kenangan. Kini Yumi hanya bisa memendam rasa.
"Iya aku tahu. Sepertinya dia sedang dalam perjalanan. Sebentar lagi kami pasti bertemu," kata Fabian masih melalui ponselnya.
Setelah itu, Fabian pun mengakhiri panggilan tersebut.
Lima menit kemudian, terdengar seorang wanita memanggil nama Fabian, "Fabian!"
Yumi yang masih menikmati makan siang, seketika kehilangan selera.
Seorang wanita cantik nan seksi tengah berdiri di depan Fabian sembari tersenyum manis. "Kau sudah datang? Duduk lah," titah lelaki itu.
Adalah Kirana Larasati, gadis yang kini menemui Fabian dalam kencan buta.
Ya, Fabian dan Kirana sudah membuat temu janji dalam kencan buta. Sialnya, Yumi juga ada di sana. Rupanya ucapan Fabian beberapa waktu lalu bukanlah isapan jempol belaka. Fabian benar-benar melakukan kencan buta.
"Apa aku terlambat?" tanya Kirana.
"Ehem! Aku sudah kenyang. Silahkan dilanjutkan kencan butanya. Permisi." Yumi menyela pembicaraan Fabian dan Kirana.
Bisa dipastikan, bahwa wanita tersebut tengah menahan sakit di dalam sana. Memang hubungan mereka tak sedekat dulu, tetapi Fabian benar-benar keterlaluan.
Tidak bisakah dia menjaga perasaan mantan istrinya? Entah apa yang sedang direncanakan lelaki gagah tersebut.
"Oke, hati-hati." Alih-alih menahan Yumi atau memberi klasifikasi, Fabian justru menunjukkan sikap acuh tak acuh. Hal itu semakin menambah luka hati Yumi.
Yumi pun pergi dengan perasaan kecewa sekaligus malu.
Ya, Yumi merasa dipermalukan oleh Fabian. Betapa tidak, keberadaannya di sana seolah tidak diinginkan. Dia pun merasa terusir saat wanita lain hadir.
Sedangkan Fabian lah yang mengajaknya makan siang pasca bertemu klien. Andai bukan karena lapar dan merasa terancam oleh Fabian, wanita itu enggan untuk berada di sisi mantan suaminya tersebut.
Prank!
Pintu keluar masih sekitar lima meter, tanpa sengaja Yumi menabrak seorang Pelayan, hingga menjatuhkan gelas minuman.
"Maafkan Aku," sesal Yumi.
Sepertinya perhatian Yumi teralihkan oleh sikap Fabian yang keterlaluan.
"Biarkan saya membantu, Anda," imbuh Yumi.
Sepertinya perhatian Yumi teralihkan karena mantan suaminya tersebut. Dia mengira, bahwa delapan tahun sudah cukup baginya untuk melupakan Fabian. Namun, yang terjadi hari ini seolah membuka luka lama yang mulai mengering.
Sementara itu, Fabian hanya memperhatikan Yumi dari kejauhan tanpa berencana untuk membantunya. Pun Kirana yang tidak menyadari hubungan di antara mereka.
"Ada apa denganmu, Yumi? mengapa kau terpengaruh dengan bedebah itu? Bukankah kau telah melupakannya? tidak cukupkah waktu delapan tahun ini?" Yumi bermonolog di dalam kamar mandi.
Sementara itu, di tempat berbeda. Tampak Fabian dan kirana mengakhiri pertemuan mereka. "Jadi, kapan kita bertemu lagi?" tanya Kirana.
"Pasti akan aku hubungi, bukankah aku telah memiliki nomor ponselmu?" sahut Fabian.
Kemudian Kirana pun meninggalkan Fabian. Sedangkan Yumi baru saja keluar dari kamar mandi usai membersihkan pakaian yang terkena minuman.
"Kau masih di sini? Aku kira kau sudah pergi," sapa Fabian dengan santainya. Namun, tak dibalas oleh Yumi. Wanita itu mengacuhkan pria tersebut sebagai bentuk protes.
Di sisi lain, Yumi benar-benar marah pada sikap Fabian yang keterlaluan.
"Hei, kau mau kemana? Tunggu aku!" Yumi meninggalkan Fabian begitu saja.
"Jangan ikuti aku!" tukas Yumi penuh penekanan.
"Apa kau cemburu pada wanita tadi?" Pertanyaan Fabian menghentikan gerak langkah Yumi.
Wanita itu menoleh padanya. Lantas berkata, "Cemburu? Aku? Yang benar saja. Kau terlalu percaya diri Tuan Fabian Abdullah. Aku sama sekali tidak merasa cemburu. Bukankah kita tidak sedekat itu? Jangan lupa, bahwa aku adalah sekretaris Anda dan aku tidak akan melewati batasanku."
Setelah mengatakan itu, Yumi pun berlalu pergi. "Kalau tidak cemburu, lantas mengapa dia marah? Dasar aneh!" gumam Fabian.
Mantan sepasang suami istri itu pun menempuh jalan masing-masing.
**
Sementara itu, di kantor. Rohani tengah mengajak ngobrol Sang Ayah. "Papa, apa kau tidak bisa menggunakan pengaruh Papa di kantor? Aku ingin menjadi sekretaris Fabian. Aku menyukainya, Pa."
Tanpa malu-malu, Rohani meminta Ayahnya untuk menggunakan pengaruhnya dalam menekan Fabian.
"Sayang, mungkin Papa memiliki saham di perusahaan ini. Tapi Papa tidak berhak menentukan jabatan karyawan secara sepihak. Terlebih lagi ini terkait profesi sekretaris. Papa rasa ini adalah masalah privasi. Maafkan Papa, Nak. Kali ini Papa tidak bisa membantumu," papar Sutiyoso, Ayah Rohani.
"Tapi--"
"Kau harus membuktikan pada Fabian, bahwa kau layak menjadi sekretarisnya. Apa kau paham maksud, Papa?" Sutiyoso memang tidak turut campur dalam urusan Fabian, tetapi pria itu memberi peluang pada Putrinya untuk memenangkan hatinya.
"Sekarang Papa harus ke kantor. Semoga berhasil."
"Papa benar-benar tidak bisa diandalkan!" omel Rohani.
**
Malam hari, di rumah Yumi. Ibu wanita itu tengah memasak. Tiba-tiba Yumi menghampirinya dengan segelas air minum di tangan.
"Bagaimana kerjaanmu hari ini? Apakah semuanya baik-baik saja?"
"Uhuk-uhuk---"
Mendengar itu, mendadak Yumi terbatuk-batuk. "Pelan-pelan, atau kau akan tersedak." Sehingga menyebabkan Sang Ibu cemas.
Sejenak Yumi terdiam, ada raut kecemasan di wajahnya.
Yumi berpikir, apakah dia akan memberitahu kedua orang tuanya, bahwa Fabian telah kembali serta menjadi Bosnya di kantor. Atau justru menyembunyikannya begitu saja.
"Semuanya baik-baik saja, Ma," sahut Yumi setelah beberapa saat diam.
"Lalu mengapa wajahmu ditekuk seperti itu? Seperti baru saja melihat hantu."
"Ini lebih dari hantu," gumam Yumi.
"Apa kau mengatakan sesuatu?"
Brak! gudubrak! gubrak!
Tiba-tiba terdengar sesuatu terjatuh dari ruang tengah. Yumi dan Ibunya pun pergi memastikan apa yang terjadi.
"Astaga Papa. Apa yang terjadi? Mengapa Papa mencium lantai seperti itu?" Rupanya Ayah Yumi terjatuh dari tangga usai memasang balon lampu.
"Apa kau pikir aku lebih suka mencium lantai ketimbang mencium dirimu? Ada-ada saja."
Yumi tersenyum haru tatkala menyaksikan keromantisan kedua orang tuanya.
Terkadang wanita itu merasa cemburu terhadap mereka. Tiga puluh tahun bersama, tetapi cinta di antara mereka tak pernah pudar.
Kesetiaan, cinta, kasih sayang, serta kepercayaan selalu mereka jaga. Komunikasi lah yang menjadi penengah di antara keduanya bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Sayangnya, kunci kebahagiaan itu tidak diterapkan dalam rumah tangga Yumi.
Beberapa kali Yumi berusaha untuk menerapkan segala yang diperoleh dari kedua orang tuanya. Namun, sikap Fabian yang berubah-ubah seolah tak memberinya kesempatan.
Dua tahun bersama mengarungi bahtera rumah tangga, tak sedikitpun Yumi lewati dengan suka cita selayaknya pasangan. Wanita itu seperti menjalankan perannya seorang diri. Sedangkan Fabian sibuk dengan dunianya.
Pernah sekali Yumi hendak mengajaknya bercinta, mengingat sudah empat bulan mereka tidak melakukannya. Namun, alih-alih menerima ajakan Yumi, Fabian justru menolaknya dengan berpura-pura lelah. Padahal dia baru saja mendapat cuti dari kampus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Itta Irawan
sbnernya maumu apa sih fabian, kencan buta malah ajak yumi
2023-03-15
0
Diah Ayu Lukitowati
Yumi you deserve better.
2023-03-10
1