Kopi Untuk Mantan

Di pantry, Yumi memaki Fabian. "Pria itu benar-benar keterlaluan! Dia menjebaku dengan mengatas namakan sekretaris. Awas saja kalau dia berulah, akan aku potong hidungnya!" omel Yumi.

"Ini juga, mengapa aku setuju membuatkan kopi? Ini semua karena Rohani Si wanita bar-bar itu!" Kemudian Yumi membanting sendok gula ke dalam cangkir dengan penuh kekesalan.

"Cie... yang jadi sekretaris mantan suami." Mendadak Erika datang dan menggoda Yumi.

"Sstt... jangan kenceng-kenceng suaranya. Apa kau mau semua orang kantor tahu hubunganku bersama pria menyebalkan itu?!" Yumi menutup mulut cerewet Erika.

Saat melamar di perusahaan itu, Yumi mencantumkan statusnya sebagai janda. Pun Fabian, status pria tersebut telah diketahui sebagai duda hanya dalam hitungan menit. Maka bukan hal mustahil bila seluruh karyawan akan curiga pada keduanya hanya karena mulut bar-bar Erika.

"Ehem! ini kopi untuk Pak Fabian, ya?" Sengaja Erika menekan nama Fabian untuk menggoda Sang sahabat.

"Is, kau ini. Jangan aneh-aneh deh! Aku sedang kesal ni!" omel Yumi memanyunkan bibir.

"Tapi, Ngomong-ngomong Fabian semakin tampan, ya? Apa kamu gak nyesel menceraikan dia?" Lagi-lagi mulut bar-bar Erika tak terkontrol. Gadis itu berceloteh seakan meledek Yumi.

"Mengapa tidak sekalian kau mengumumkan kepada ketua RT di lingkungan ini, bahwa kami adalah mantan suami istri?!" omel Yumi lagi dan lagi.

"Siapa yang mantan suami istri?" Tiba-tiba Rohani datang dan berdiri di belakang Yumi.

Kedua wanita itu pun terkejut. Yumi dan Erika menelan salivanya secara bersamaan. Mereka takut pembicaraan tadi didengar oleh Rohani.

"Suami istri? Siapa yang suami istri? Kamu salah dengar kali. Apa tadi kita sedang membahas tentang hubungan suami istri?" Erika dan Yumi saling memandang satu sama lain. Sebelum akhirnya mengelabui Rohani.

"Tidak, aku tadi tidak salah dengar. Aku yakin itu," ucap Rohani penuh keyakinan.

"Hei! Mengapa kau menguping pembicaraan orang lain? Kau benar-benar wanita kepo!" Erika mulai kesal karena Rohani. Gadis itu tetap kekeh pada pendiriannya.

"Bukankah kau juga sama? Sering menguping pembicaraan orang!" Seakan tak mau kalah, Rohani membalas Erika dengan entengnya.

"Kau--"

"Ada apa ini?" Beruntung Fabian datang ke pantry itu. Sehingga menyudahi perdebatan dua gadis bar-bar tersebut.

"Yumi, mengapa kau belum membawakan kopi untuku? Apa kau ingin gajimu dipotong?" lanjut Fabian.

"Baik, Pak." Fabian dan Yumi pun meninggalkan pantry. Sementara Erika dan Rohani masih berada di sana. Kedua wanita itu melempar tatapan sengit, seakan hendak menyakiti satu sama lain.

Sejak dulu hubungan keduanya tak pernah akur. Erika yang tahu status Rohani di perusahaan itu tak pernah merasa takut bila suatu waktu dipecat. Baginya kebenaran tetaplah harga mati.

"Ikut aku menemui klien sekarang," titah Fabian begitu sampai di dalam ruangan.

"Lalu kopinya?" Yumi tak habis pikir, capek-capek membuat kopi untuk Fabian, lelaki itu justru tak menyentuhnya sama sekali.

"Apa kau lupa, bahwa aku tidak mengkonsumsi kafein?" Seketika Yumi terdiam. Sejenak dia lupa kebiasaan mantan suaminya itu.

Dahulu Fabian memang tidak mengkonsumsi kafein. Saat lelaki itu meminta kopi, Yumi pun tak bertanya. Sebab, ia pikir kebiasaan mantan suaminya itu telah berubah setelah sekian lama.

"Apa aku mengikuti jejak hidupmu selama ini? Aku bahkan tidak tahu, bahwa kau seorang CEO." Yumi memelankan suaranya di akhir kalimat. Lirih sekali, serta mengandung makna tersirat.

Yumi merasa tertipu oleh Fabian. Janda itu tak pernah tahu asal-usul mantan suaminya. Sewaktu menikah, mereka menjadi sepasang suami istri sederhana. Fabian hanyalah seorang dosen, sedangkan Yumi mahasiswanya.

Keduanya memutuskan menikah setelah dua minggu Fabian putus dari mantan kekasihnya. Selayaknya pelarian, Fabian menjadikan Yumi istrinya.

Fabian sadar, bahwa mahasiswanya itu menaruh hati padanya. Dia pun memanfaatkan perasaan Yumi. Namun, meski demikian Fabian tetap bertanggung jawab sebagai suami.

Fabian menafkahi Yumi secara lahir dan batin. Memperlakukan kedua orang tua Yumi selayaknya mertua. Fabian tak pernah lupa akan kewajibannya.

Lelaki itu pula berusaha untuk menerima Yumi, meski setengah hati. Namun, menjelang dua tahun pernikahan, entah mengapa Fabian berubah. Dia mendadak diam dan tak menyentuh Yumi selayaknya suami.

Hal itu membuat Yumi bertanya-tanya. Akan tetapi, Yumi tak putus asa. Dia berharap suaminya itu bersedia menerima dirinya sebagai istri, bukan sebagai pelarian semata.

"Halo, baiklah. Aku akan segera datang." Suara ponsel Fabian memecah keheningan di antara keduanya.

"Kita berangkat sekarang," ucap pria tersebut.

Yumi tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia pun mengikuti Fabian sesuai dengan perintah.

**

Sementara itu, di lain tempat. Sepasang suami istri paruh baya tengah berdebat. "Biarkan dia menikmati hidupnya. Kita jangan memaksakan kehendak."

"Tapi aku kasihan pada Putri kita. Sudah delapan tahun dia hidup dalam kesendirian. Aku takut suatu saat nanti kita berdua pergi untuk selamanya, tidak akan ada yang menemaninya. Yumi harus menikah lagi."

Mereka adalah kedua orang tua Yumi. Sepasang suami istri tersebut tengah memperdebatkan status Yumi yang tetap memilih menjanda.

Namun, Ibunya khawatir bila kelak ia meninggal, maka tak akan ada yang menjaganya. Bila Yumi menikah, setidaknya masih ada suami yang menjadi tempatnya mengadu.

"Kau berpikir terlalu jauh, Sayang. Kita tidak akan pergi sekarang," kata Gautam, Ayah Yumi.

"Apa kau tahu kapan ajalmu datang?" omel Zara, Ibu Yumi.

"Sayang, aku memahami kekhawatiranmu. Namun, kita tidak bisa memaksakan kehendak. Biarkan Yumi yang memutuskan kapan dan dengan siapa dia menikah."

Berbeda dari Sang istri yang emosional, Gautam lebih rasional. Logikanya berjalan sesuai naluri. Gautam tidak berencana memaksa Putri semata wayangnya itu untuk segera menikah.

Gautam paham, bahwa Yumi masih menutup diri pada kaum Adam. Sebab, gagalnya pernikahan delapan tahun silam.

Dahulu, sewaktu Yumi memutuskan mengakhiri pernikahannya, Gautam menyaksikan kehancuran Putrinya itu. Selama bertahun-tahun dia hidup, tapi seperti tak bernyawa.

Memang Yumi yang memutuskan untuk berpisah, tetapi Fabian lah yang menyebabkan perpisahan itu terjadi.

Gautam memahami hati Yumi yang patah. Seperti merasa trauma pada pria dan pernikahan, Yumi pun menutup diri.

Gautam yang tak ingin melihat Putrinya kembali hancur, tak pernah memaksa untuk kembali menikah, atau memperkenalkannya kepada seorang pria.

"Sayang--"

"Dengar, aku sudah pernah melihat Yumi hancur. Dan aku tidak ingin hal itu terulang kembali. Baginya pernikahan bukanlah satu-satunya yang penting di dunia ini. Atau setidaknya biarkan dia memahami arti sebuah hubungan terlebih dahulu sampai akhirnya ada seorang pria yang berhasil membuka pintu hatinya," jelas Gautam lebih jauh lagi.

Dibanding dengan Zara, Yumi lebih dekat kepada Sang Ayah. Bersamanya, Yumi leluasa mengungkapkan isi hati. Sebab, pria bertubuh tinggi gemuk tersebut tak pernah memaksakan kehendak.

Bahkan ketika Yumi memutuskan untuk menikahi pria yang tak pernah dikenalinya, Gautam memberi dukungan penuh.

Terpopuler

Comments

Itta Irawan

Itta Irawan

sebagai orgtua pasti ikut haancur saat anknya mengalami kegagalan dlm rumahtangganya

2023-03-15

1

Naura Putri

Naura Putri

iy,,bagus kog ceritanya

2023-03-10

1

Titut

Titut

menarik ceritanya

2023-03-09

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 55 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!