Sepulang dari kantor Devano langsung menuju rumah orang tuanya.
Memang Devano sampai sekarang masih tinggal bersama orang tuanya padahal dia sudah memiliki rumah sendiri tapi dia belum di izinkan pindah sebelum memiliki pasangan yang akan menemani dia tinggal bersama.
"Ingat ya Dev selama kamu belum memiliki pasangan jangan harap kamu bisa pindah dari rumah bunda,"
Maka beginilah jadinya Devano tinggal bersama orang tua.
Walau dia di takuti di luar sana karena kekuasaan yang tinggi tapi tetap dia akan menundukkan kepalanya saat bersama orang tua.
Jika di luar dia akan mengangkat kepala tinggi-tinggi menandakan bahwa dia bukan orang sembarangan.
"Ayo masuk dulu Ren,"
Ajak Devano kepada sahabatnya itu.
"Nggak ah gue mau langsung istirahat,"
Tolak Ren yang hendak masuk lagi ke dalam mobil.
"Jadi maksud kamu di sini tidak bisa istirahat gitu, bagus ya punya anak lupa sama orang tua,"
Ren menghentikan langkahnya saat mendengar suara bunda Devano, lalu Ren membalikkan badan sambil memasang senyum Pepsodent.
"Eh ada bunda,"
Menghampiri perempuan paruh baya itu lalu di peluk nya sebelum kena marah.
"Bunda makin cantik aja tiap hari,"
Memuji dengan tujuan agar tidak kena marah dan mengalihkan perhatian bunda Devano.
Pintar sekali dia, cibir Devano dalam hati.
"Jangan mengalihkan pembicaraan,"
"Aduh Bun ampun,"
Telinga Ren di tarik masuk ke dalam rumah dengan suara Ren terdengar merdu di pendengaran Devano, sahabat durjana memang.
Bahagia melihat sahabatnya sengsara.
"Tau sakit kan? Kenapa kamu tidak mau menginap di rumah Bunda kalau dia tidak ada. Jangan pilih kasih kamu,"
Mendorong Ren ke arah sofa lalu memukul badan kekar itu menggunakan bantal sofa karena kesal.
Ren seperti menghindari dirinya.
"Kenapa kamu tidak mau menginap di sini lagi? Apa kamu sudah tidak menyayangi bunda atau sudah memiliki bunda baru di luar sana?"
Masih dengan tangan memukul Ren lantaran kesal.
Nafas bunda sampai terengah-engah karena sudah kecapekan.
"Bunda ngomong apa sih? Mana ada aku memiliki bunda baru.
Bunda itu nggak ada gantinya tau, udah jangan terlalu banyak fikiran ntar tambah tua mana belum punya cucu lagi,"
Memeluk bunda untuk menenangkan.
Ren memang sudah di anggap anak sama seperti Devano apa lagi Ren hanya seorang diri di kota ini karena kedua orang tuanya memilih tinggal di kampung halaman nenek Ren untuk menikmati masa tua.
Jadi di anggap Ren merantau di sini.
"Eh ya Dev kapan kamu akan menga,"
Bunda mengalihkan perhatian dari Ren untuk melihat Devano tapi yang di tanya sudah tidak ada lagi di sana.
"Ih anak itu selalu melarikan diri saat di tanya tentang calon mantu, dia fikir nikah itu tidak enak.
Setelah tau enaknya pasti menyesal kenapa menikah telat,"
Kesal Devano lebih dulu menyelamatkan diri dari pertanyaan yang sudah berulang kali di pertanyakan pada dia.
Padahal bunda hanya ingin anaknya ada yang memperhatikan juga bunda tidak perlu mencari alasan menolak temannya yang selalu menyodorkan anak gadis mereka untuk di jodohkan sama Devano.
Bunda tidak mau memiliki menantu hanya bermodalkan tampang cantik saja tapi minim akhlak.
"Bunda tenang aja karena sebentar lagi akan memiliki calon menantu kok,"
Ren mengasih tau jika Devano sudah mulai menyukai seseorang walau belum di sadari oleh laki-laki itu.
"Siapa-siapa?"
Bunda sangat semangat mendengar ucapan Ren, seperti angin segar di musim gugur, menyejukkan.
Karena jika dia sudah memiliki calon menantu maka dia akan pamer pada teman-teman nya bahwa Devano sudah ada yang memiliki.
Dengan bangga sambil berkata " calon mantu saya ini "
"Tapi orang nya belum jelas Bun,"
Lesu Ren agar acara gibah sama bunda terasa.
Di balik kepintaran serta kepiawaian Ren dalam bekerja maka dalam dunia pergibahan dia di garda terdepan.
Apa lagi jika teman ngobrolnya bunda sudah pasti akan betah.
Ren itu memiliki kerja sampingan tanpa gaji sebagai lambe turah.
Itu mulut laki atau mulut lambe.
"Maksudnya belum jelas masih setengah perempuan gitu, ih kalau itu buat kamu aja,"
Bunda membayangkan orang di sebut Ren itu bukan perempuan tulen, bunda jadi bergidik ngeri sendiri.
Geli-geli gimana gitu.
"Bukan itu maksud aku Bun, ih dengar dulu bujang tampan bunda ini ngomong baru di salip,"
'Untung teman gibah'
"Silahkan lanjutkan,"
Bunda akan pasang telinga seperti apa perempuan yang di maksud sama Ren.
Bunda sudah tidak sabar mendengar siapa yang akan menjadi calon menantunya nanti karena hal ini sudah dinantikan secara lama.
Bunda sampai bosan bertanya hal yang sama setiap hari apalagi Devano yang menjadi tersangka selalu menghindarinya, mungkin sama halnya dengan bunda.
Mungkin Devano tidak ingat dosa bisa saja Devano berteriak sambil berkata "Ini semua bukan keimanan aku bun dan jika bisa aku menikah saja sejak masih baru lahir".
"Maksud aku bukan dia setengah perempuan Bun tapi perempuan itu saja belum pernah bertemu di sana dan hanya kebetulan bertemu bersisian saat di lampu merah dan udah tahu apa yang anak bujang menuju karatan itu katakan " Ren kirim gadis itu ke negara yang jauh karena dia memiliki penyakit yang mematikan sebab dengan hanya melihatnya saja jantung gue bekerja dua kali lebih cepat dari biasanya" seperti itu bunda makanya aku bilang belum jelas karena Devano tidak sadar debaran jantung bukan karena penyakit tapi jatuh cinta pada pandangan pertama.
Jadi tugas kita sekarang adalah menyadarkan dia bahwa jatuh Cinta itu bukan penyakit yang mematikan tapi penyakit yang bisa membuat kita gila,"
Wajah bunda baru ubah-ubah ekspresi setelah Ren bercerita apalagi di bagian yang mengatakan ada barang jantung bertemu seorang baris adalah sebuah penyakit yang mematikan.
Hampir saja bunda meledakkan tawanya jika saja dia tidak ingin tahu kelanjutan dari cerita Ren.
Ada kelucuan dalam cerita Ren, Devano yang buta akan kisah asmara malah menyalahkan artikan debaran jantung saat bertemu pujaan hati.
Alih-alih lagi berbunga-bunga ini malah ingin menyingkirkan gadis itu.
"Kenapa bunda bisa memiliki anak yang buta dalam urusan asmara,"
Keluh bunda karena di saat mendapat kabar bahagia Devano lagi jatuh cinta tapi ada sedihnya Devano menyalah artikan debaran jantungnya.
Boleh tidak sih bunda menggetok kepala pintar anaknya itu.
Kapan pintar soal asmara, jangan hanya pintar masalah pekerjaan saja.
Bunda kan pengin punya menantu lalu menggendong cucu.
Jika begini ceritanya bunda harus bersabar lebih lama lagi.
"Mulai sekarang ini akan jadi misi kita agar Devano menyadari perasaan nya pada gadis itu,"
Semangat bunda untuk menyatukan kedua insan yang belum saling mengenal itu.
'Kok gue merasa seperti akan merepotkan ya?'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments