"Rin ke kantor calon imam gue yuk,"
Ajak sahabat Rindu yang bernama Risa.
Entah dari mana atau sebabnya hingga Risa begitu menyukai Abang Rindu itu yang kata Rindu memiliki otak yang kadang rada-rada.
"Ogah, pergi aja sendiri sana dan juga belum tentu abang ada di kantor saat ini,"
Walau Rindu tidak kerja di kantor tapi secara garis besar dia tahu bagaimana sibuknya mereka yang bekerja di sana apalagi seperti abangnya yang memiliki jabatan sebagai waktu direktur.
Abang Rindu memang akan mewariskan jabatan yang masih diemban sampai sekarang oleh papanya sambil menunggu abang Rindu dirasa pantas untuk menduduki kursi kepemimpinan itu.
Dan untuk Rindu gadis itu memang tidak tertarik dengan dunia perkantoran apalagi dia memang tidak dituntut untuk ikut mengelola perusahaan keluarga itu karena dia dibebaskan untuk menekuni bidang yang dia sukai.
"Sekarang coba lo chat dan tanyakan lagi berada di mana calon imam masa depan gue itu,"
Rindu memutar bola matanya dengan malas mendengar ucapan sahabatnya itu. Sebagai perempuan sangat terlihat jelas kalau dia lagi mengejar-ngejar abang Rindu itu.
'terlalu bucin hingga lupa diri padahal belum tentu abang menyukai dengan sifat yang kadang buat geleng-geleng kepala'.
Rindu hanya bisa berbicara dalam hati karena jika dia sampaikan secara langsung mungkin sahabatnya ini akan marah dan kelenjotan seperti ulat cabe.
"Malas Ris, jadi perempuan yang elegan kenapa jangan terlihat sekali mengejar laki-laki karena yang pas itu laki-laki yang mengejar perempuan, jangan di balik,"
Mereka baru keluar dari kelas dan Risa sudah mengajak dia ke kantor papanya.
Bukan Rindu tidak mau hanya saja dia jarang mengunjungi kantor papanya apalagi harus bertemu banyak orang yang bakal memandangnya dengan tatapan yang berbeda-beda karena orang kantor tidak banyak yang tahu jika dia adalah anak dari pimpinan tempat mereka bekerja.
Rindu lebih menyukai dan sibuk dengan dunianya sendiri serta sebisa mungkin dia akan menghindari hal-hal yang berbau dengan kantor.
"Pelit amat jadi sahabat entar jodoh lo jauh logi atau nanti jodoh loh om-om lagi atau sugar daddy,"
Rindu mendengus mendengar ucapan sahabatnya secara tidak langsung sudah mendoakan dia berjodoh dengan om-om padahal dia hanya ingin memiliki pasangan yang dewasa, dewasa dalam segala hal.
"Congor Lo kalau ngomong,"
Menarik mulut sahabatnya yang bicara sembarangan. Lalu mereka keluar dari area kampus menggunakan kendaraan masing-masing.
Beberapa saat berkendara mereka mampir di sebuah kafe yang cukup terkenal di kalangan anak muda.
"Sepertinya enak suasananya ya Rin?"
Memasuki cafe itu lalu mengambil tempat duduk yang bagian pojok berdekatan dengan jendela hingga bisa menikmati langsung suasana di luar.
"Anak muda sekali nuansanya bahkan pengunjungnya nggak ada yang bapak-bapak,"
Mamesan minuman serta cemilan untuk menemani mereka mengobrol sambil mengerjakan tugas kuliah.
Tidak lama fokus Risa teralihkan mendengar bisikan pengunjung perempuan dengan ucapan kagum pada seseorang.
Karena penasaran Risa mencari sumber yang membuat cafe ini gaduh dalam sekejap.
"Ya ampun ternyata jika jodoh nggak ke mana ya Rin, Lo nolak pergi ke kantor eh yang diharapkan datang sendiri mengunjungi,''
Main dramatis ucapan saat melihat orang yang ingin dikunjungi berada dalam ruangan yang sama dengannya.
Sampai-sampai mata Risa tidak berkedip melihat pesona yang tidak bisa ditolak sejak dulu.
"Sayangnya abang gue yang nggak mau berjodoh sama lo, bisa suram masa depan dia jika memiliki istri seperti lo,"
Padahal di dalam lubuk hatinya Rindu tidak masalah siapapun yang menjadi pasangan abangnya hanya saja jika belum menggoda sahabatnya seperti hidupnya ada yang kurang.
"Lo jadi sahabat emang nggak ada guna sama sekali, jika nggak ingin mendukung setidaknya jangan menjatuhkan, sakit tahu,"
Rindu merasa mual mendengar ucapan sahabatnya yang berlebihan.
"Temani gue mendatangi calon imam masa depan ya Rin,"
Semangat Risa yang sudah bersiap untuk berdiri namun ujung bajunya ditahan oleh Rindu hingga gadis itu duduk kembali.
"Lo jika ingin mempermalukan diri jangan mengajak gue setidaknya saat lo lagi nggak bersama gue,"
Rindu mana mau menghampiri laki-laki walaupun Itu abangnya sendiri karena ini di tempat umum dan juga abangnya tidak sendirian bersama sekretarisnya.
Karena selama ini Rindu tidak pernah memperlihatkan hubungan di antara mereka berdua di depan umum.
"Lo mah nggak asik orangnya,"
Karena Risa yang tidak jadi menghampiri calon imam masa depan dan memilih melanjutkan tugas yang sempat tertunda karena fokusnya terbagi.
Sambil mulutnya berkomat-kamit dia terus mengerjakan tugas dan tidak membutuhkan waktu lama semuanya sudah selesai.
Walau Risa bersungut-sungut tapi tangan tak berhenti bekerja.
"Bodo amat,"
Rindu tidak peduli sama ucapan sahabatnya yang hanya di anggap angin lalu saja.
Hingga satu jam lamanya mereka berada di sana bahkan Risa sampai menambah makanan apalagi calon imam masa depannya masih berada di sana jadi dia akan sangat betah memandang dari jarak jauh walau belum bisa menghampiri.
'jika nggak bisa dihampiri tempat umum setidaknya masih bisa didatangi ke rumahnya siapa tahu saat gue berkunjung langsung dilamar jadi menantu ha ha'.
Khayal Risa yang berpikir kejauhan tapi tidak ada salahnya juga memimpikan sesuatu yang.
Jika dunia nyata belum bisa memberi kita kebahagiaan maka carilah kebahagiaan di dunia halu yang pasti bisa kita ciptakan sendiri alurnya.
"Ayok pulang,"
Ajak Rindu setelah menyelesaikan pembayaran mereka lalu berjalan menuju parkiran mengambil kendaraan masing-masing.
Di seberang jalan.
"Kenapa belum kamu singkirkan juga gadis itu Ren? Bukankah kamu sudah bilang bahwa sudah menemukan negara yang pas untuk dia tapi kenapa gadis itu masih berkeliaran negara ini apakah kamu lupa jika dia memiliki penyakit mematikan yang bisa berpindah dalam radius jarak yang jauh,"
Devano yang berada di seberang jalan melihat keberadaannya gadis yang dianggap memiliki penyakit mematikan.
Dia merasa resah akan keberadaan gadis itu karena dadanya akan berdebar dua kali lebih cepat dari biasanya.
Dan itu sangat menggangu sekali bagi Devano.
"Tapi bagaimana jika suatu hari lo merindukan gadis yang kata lo memiliki penyakit mematikan itu?"
Entah dapat pertanyaan itu dari mana hingga Ren berani bertanya demikian.
"Kamu bosan hidup Ren?"
Kesal Devano yang di beri pertanyaan yang tidak enak di dengar.
Menendang kaki Ren yang duduk di sebelahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments