Rindu Permata Hati, gadis cantik yang baru berusia dua puluh tahu.
Gadis itu kuliah di sebuah universitas terkenal di dalam kota dan sekarang gadis itu sudah memasuki semester lima dan sebentar lagi akan memasuki masa magang.
Rindu berasal dari keluarga kalangan atas yang mana orang tuanya memiliki perusahaan terbesar nomor dua di kota ini.
Tapi walaupun dia berasal dari kalangan atas tidak sedikitpun dia pernah menyombongkan diri atau bergaya seperti anak orang kaya pada umumnya.
Rindu selalu berpenampilan sederhana bahkan tidak akan ada yang percaya bahwa dia anak orang terpandang di kota ini.
Kenapa perusahaan orang tuanya berada di nomor dua dalam kota karena yang pertama adalah perusahaan milik Devano.
"Pagi papa pagi mama, Rindu yang cantik datang,"
Gadis itu menuruni anak tangga rumah mewah itu berjalan menuju meja makan yang mana di sana sudah menunggu orang tua dan abang Rindu satu-satunya.
Mereka hanya berdua bersaudara dan Rindu adalah anak bungsu.
Rindu gadis yang ceria jika di saat bersama keluarga.
Bahkan teman-teman Rindu tidak ada yang tau tentang siapa Rindu sebenernya karena gadis itu setiap berangkat kuliah lebih suka naik motor dari pada menggunakan mobil.
Gadis yang sederhana dan berhati baik.
"Gua nggak di sapa? kita masih berada di alam yang sama,"
Dengus abang Rindu karena merasa di abaikan.
Dia ada di sana tapi tidak di sapa, apa dia makhluk halus apa? hingga tak tampak.
"Eh ada abang, selamat pagi abang,"
Sapa Rindu dengan suara yang di buat lebay hingga.
"Jijik gue, nggak perlu di sapa,"
Bagaimana tiba bagian dia malah terdengar menjijikkan di telinganya.
"Lah tadi ingin di sapa,"
Rindu sengaja menggoda abangnya itu hingga wajah nan tampan rupawan Itu tampak kesal.
"Sudah sekarang sarapan dulu,"
Sang Mama melerai perdebatan kecil kedua saudara itu karena jika dibiarkan bisa berlanjut hingga siang nanti.
Padahal membahas hal yang tidak penting.
Mereka makan dalam keadaan tenang hanya suara denting sendok dan piring yang beradu memenuhi ruangan makan itu.
"Papa mama Rindu berangkat dulu,"
Berpamitan kepada kedua orang tuanya setelah menyelesaikan dan menghabiskan sarapannya.
"Dadan babang,"
"Jijik,"
Rindu hanya bisa tertawa mendengar balasan abangnya yang membuat wajah cantik.
Gadis cantik itu berjalan menuju garasi untuk mengambil motor kesayangannya yang biasa digunakan menuju ke kampus.
Padahal jika dilihat-lihat motor itu tidak ada yang spesial sama seperti motor pada umumnya bahkan harganya tidak sampai menyentuh angka dua puluh.
Benar-benar motor sederhana yang digunakan Rindu untuk bepergian sehari-hari.
Sampai di kampus, rindu memarkirkan motornya di parkiran khusus motor.
"Rindu gue kangen,,,abang lo,"
Rindu mendengus kesal mendengar ucapan sahabat satu-satunya ini.
Dia pikir sahabatnya merindukan dirinya tapi ternyata hanya merindukan abangnya saja.
Memang cuma sahabatnya yang tahu siapa Rindu sebenarnya karena mereka sudah menjadi sahabat sejak mereka masih duduk di bangku sekolah dasar.
"****** ya gini,"
Begitulah kedua sahabat jika sudah bertemu.
Setiap orang memiliki cara tersendiri saat bicara dan akan bicara sopan pada orang yang berlaku sopan juga.
"Tapi gue jujur lo Rin,"
"Bodo amat,"
Rindu berjalan menuju kelasnya karena sebentar lagi dosen akan masuk.
Dia tidak peduli dengan teriakan sahabatnya yang menyusul di belakang.
Kelas berlalu dengan cepat dan sekarang waktunya istirahat.
"Lapar juga melihat pak botak mangap-mangap di depan tadi,"
Keluh sahabat Rindu sambil memegang perutnya yang sudah berbunyi sejak tadi.
"Mangap-mangap kepala lo botak, tuh dosen bukannya lagi pidato tentang kemerdekaan,"
Dua sahabat yang tidak jelas sama sekali dan dengan santainya mengatakan bahwa dosennya mangap-mangap dan juga mengatakan lagi pidato tentang hari kemerdekaan.
"Dah yuk makan,"
Keduanya berjalan menunju kantin fakultas yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kelas mereka.
Sampai di sana mereka berdua memesan makanan dan duduk di kursi yang berada di pojok kantin itu karena mereka berdua memang tidak suka suasana ramai saat makan.
"Hay boleh gabung nggak?"
Datang seorang lelaki tampan menghampiri mereka berdua yang sedang asyik makan.
dia adalah cowok populer di kampus yang merupakan kakak tingkat mereka yang sebentar lagi akan mengadakannya juga beberapa bulan ke depan.
"Meja yang lain masih banyak kosong jadi silahkan isi yang enggak ada penghuninya,"
Baik Rindu atau sahabatnya tidak ingin diganggu saat makan dan juga mereka berdua tahu tujuan cowok itu menghampiri mereka yang bukan rahasia lagi jika dia menyukai Rindu saja dulu.
Tapi gadis itu tidak merespon apapun karena memang dia tidak memiliki perasaan untuk cowok yang berusaha terus mendekatinya.
Dulu Rindu pernah mengatakan bahwa dia ingin memiliki pasangan yang sudah memiliki pekerjaan dan juga sudah sedikit dewasa dari dia bukan anak kuliah-an yang uang jadian saja masih meminta kepada orang tua.
Setelah cowok itu pergi.
"Lo masih mau mencari sugar daddy?"
Rindu melotot mendengar ucapan sahabatnya karena walaupun dia pernah mengatakan ingin memiliki pasangan yang dewasa tapi bukan sugar daddy juga yang ingin dia jadikan pasangan.
"Bukan sugar daddy begok, tapi laki-laki dewasa baik dalam pemikiran atau pun materi. Kalau bisa pemilik perusahaan nomor satu di kota ini boleh lah di bicarakan,"
Khayal Rindu membayangkan memiliki pasangan yang merupakan pemilik perusahaan nomor satu dalam kota.
"Tidur loh terlalu miring kayaknya hingga mengimpikan pengusaha sukses itu jadi pasangan loh. Lo tahu kan dia adalah laki-laki yang digosipkan begitu pemilih dalam memilih pasangan hidup dan menurut gue lo bukan kriteria dia jadi buang jauh-jauh impian yang nggak mungkin jadi nyata,"
Rindu menatap kesal ke arah sahabatnya itu karena tidak mendukung sekali keinginan dia.
"Jadi sahabat nggak ada rasa simpati kepada sahabat sendiri, bukannya mendukung malah menjatuhkan bahkan sebelum gue berjuang. sahabat kampret memang,"
Padahal dia sudah membayangkan akan menjadi nyonya besar jika memiliki suami seperti pengusaha sukses itu apalagi dia sudah dijuluki sebagai millionaire termuda dan tersukses selama beberapa tahun belakangan ini.
Siapapun perempuan pasti ingin menjadi pasangan laki-laki itu bahkan jika pun tidak bisa menjadi yang pertama jadi yang kedua atau simpanan pun pasti mereka rela asal uang terus mengalir.
"Gue cuma ingin menyadarkan lo bahwa impian lo itu terlalu tinggi dan nggak mungkin menjadi nyata, karena gue nggak ingin lo ditampar oleh kenyataan bahwa keinginan itu mustahil untuk didapatkan,"
Bukan karena apa-apa dia berkata demikian karena sampai sekarang belum pernah terdengar gosip bahwa millioner muda itu pernah menjalin hubungan atau sedang dekat dengan seorang perempuan.
Dari berita itu saja sudah bisa disimpulkan bahwa millioner muda itu memiliki kriteria yang tinggi untuk memilih seorang perempuan sebagai pasangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Ratu EL
duh kayaknya seru punya sahabat
2023-05-28
1