Setelah Vicky dan juga istri keduanya berbincang-bincang, laki-laki lucknut itu segera menuju ke tempat kerja.
Tentu saja, itu membuat Mirna kini merasa sangat kesepian namun juga merasa lega karena gadis cantik itu memang sendiri tempat itu.
Mirna seketika menangis tersedu-sedu. Karena meratapi nasibnya yang sangat miris dan juga tak mengenal bahagia itu.
"hiks hiks hiks, Ibu aku tidak kuat,"ucap gadis itu Seraya membenamkan kepalanya ke dalam dua lututnya. Saat dia menangis tersedu-sedu karena meratapi nasibnya, tiba-tiba saja,...
Brakkk
Mirna seketika tercingkat kaget saat mendengar pintu kamar itu didubrak dari luar dengan sangat kencang. Hingga membuat Mirna, seketika melompat dari tempat tidur. Dan tak lama berselang, muncullah dua orang wanita yang berbeda usia menatap Mirna dengan tatapan membunuh dan juga tangan yang bersedekap di depan dada.
"Bangun! Kerja!"ucap seorang wanita paruh baya Seraya menghampiri dan dengan segera menarik rambut Mirna. Hingga membuat gadis itu, seketika mendongak karena tarikan yang cukup kuat dari wanita itu.
Mirna yang merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya, seketika langsung bercerai air mata. Kedua wanita berbeda usia itu, segera menarik rambut Mirna membawa gadis itu untuk segera keluar dari kamar.
"Pakai ini!"ujar salah satu dari mereka yang Mirna taksir usianya sepadan dengan usia ibunya.
Tanpa mengatakan apapun, Mirna segera mengenakan daster yang memang telah disediakan oleh Vicky.
"Halo Mas, gadis sialan ini sudah memakai pakaian yang telah kau siapkan. Selanjutnya apa?"tanya wanita paruh baya itu pada suaminya disambungan telepon.
"Suruh dia membersihkan seluruh rumah ini. Nanti aku akan segera pulang,"ujar Vicky dari seberang sana.
"Baik Mas,"ucap wanita paruh baya itu mengangguk mengerti.
"Oh ya, pastikan gadis itu tidak dalam masa subur karena aku tidak ingin memiliki keturunan darinya. Karena yang aku butuhkan hanyalah servisnya di atas ranjang." Vicky dengan nada yang sangat berat.
Membuat wanita paruh baya yang mendengar ucapan dari Vicky itu, segera menganggukkan kepala dengan antusias. "Baik suamiku sayang, kau tidak usah khawatir."ucap wanita itu menyeringai.
Setelah sambungan telepon itu berakhir, Mirna segera diseret oleh kedua wanita berbeda generasi itu untuk menuju dapur.
"Segera cuci piring ini sampai bersih. Dan setelah selesai, segera menyapu dan mengepel. Dan setelah itu, masaklah makanan yang enak."ucap wanita paruh baya itu Seraya mendorong tubuh Mirna.
Hingga membuat gadis itu seketika terjerembab di atas lantai marmer. Setelah kepergian dari dua wanita itu, Mirna kembali menangis tersedu-sedu.
"Aaakkkhhhh! Aku sakit ya Tuhan, tolong bantu aku!"ucap Mirna menjerit Soraya menatap ke arah langit-langit dapur.
Setelah puas menangis, Mirna segera mengerjakan semua pekerjaan yang diperintahkan oleh dua wanita berbeda generasi itu. Tak berselang lama, salah satu dari dua wanita itu datang menghampirinya. Dengan membawa satu gelas ramuan seperti jamu di tangannya.
"Minum ini,"ujar wanita itu Seraya meletakkan gelas itu di hadapan Mirna. Membuat gadis itu, merasa sangat ketakutan. Dan dengan segera, Mirna meminum ramuan itu.
Setelah selesai menengguk minuman itu hingga tandas, wanita paruh baya itu segera keluar dari dapur dengan senyum puas di wajah yang mulai keriput.
Mirna segera melaksanakan kembali aktivitas yang telah diperintahkan oleh dua wanita itu. Mirna segera mulai membersihkan semuanya dari lantai utama hingga lantai atas.
Sesekali gadis cantik itu merasa sangat kelelahan dan memutuskan untuk sesekali beristirahat. Seperti saat ini, gadis cantik itu tengah beristirahat di balkon lantai 2 Seraya meratapi nasibnya yang sangat sial itu.
Ctar,...
Ctarr,.
Ctarr,...
Gadis itu segera bangkit dari duduknya saat mendengar suara cambukan yang berasal dari belakang sana. Mata Mirna membulat sempurna, saat gadis itu menyadari tentang bahaya yang mengancam yang saat ini tepat berada di hadapannya.
"a-apa yang kalian lakukan?"tanya Mirna dengan ucapan terbata-bata dan tubuh yang bergetar hebat.
"Kita akan bermain-main sayang,"ujar wanita paruh baya itu Seraya mengangkat ikat pinggang itu setinggi mungkin. Dan tiba-tiba,...
Ctar,..
"Awww!! Mirna seketika Memekik kesakitan saat ujung dari ikat pinggang itu menyentuh kulit mulusnya. Dan seketika itu pula, gadis cantik itu langsung ambruk di atas lantai marmer rumah itu.
Wanita paruh baya itu beberapa kali menghantamkan ujung ikat pinggang itu ke atas permukaan tubuh gadis itu. Membuat Mirna seketika bergetar hebat karena merasakan nyeri yang luar biasa di sekujur tubuhnya.
"Ampun! Tolong ampuni saya,"ujar gadis itu memelas. Karena sudah tidak kuat lagi menahan siksaan dari wanita paruh baya itu.
Namun bukannya mendengar ucapan permohonan dari Mirna, wanita paruh baya itu malah memberikan cambuk itu pada wanita yang lebih muda yang berada di sebelahnya.
Kembali ujung dari ikat pinggang itu menghantam permukaan kulit Mirna yang telah membiru dan mengeluarkan darah di beberapa bagian. Membuat gadis itu, seketika ambruk tak sadarkan diri karena tidak kuasa menahan siksaan.
Perlahan-lahan, mata gadis cantik itu kembali terbuka saat mencium aroma yang sangat menyengat dari permukaan hidungnya. Dan seketika itu pula, Mirna segera bangkit dari pembaringan saat ingatannya kembali berputar-putar seperti kaset rusak.
"Tinggalkan aku sendiri,"ujar Vicky yang masih terdiam menatap gadis itu dengan ekspresi wajah datar.
"Tuan, tolong jangan siksa saya,"ujar gadis itu dengan tubuh yang bergetar hebat.
Bukannya menyahut ataupun menjawab pertanyaan gadis itu, Vicky malah mengusap kepala Mirna dengan gerakan sedikit kasar.
"Dengar gadis kecil, apapun yang terjadi atas tubuh kamu, itu adalah kehendakku. Karena kamu telah menjadi milikku."ucap Vicky Seraya menarik pelan rambut gadis itu.
"Sekarang, buka kedua kakimu lebar-lebar,"ucap laki-laki paruh baya itu dengan pandangan mata dipenuhi dengan kabut gair*h.
Membuat Mirna sejenak terdiam. Gadis itu merasa bingung. Apa yang harus dia lakukan, menuruti atau menolak. Tiba-tiba saja, rekaman bayang-bayang penyiksaan itu kembali kembali berputar seperti kaset rusak.
Menyadari hal itu, Mirna segera mengikuti ucapan dari laki-laki itu. Walaupun saat ini, pintu kamar belumlah dikunci. Dan hal itu membuat Mirna merasa sangat ketakutan. Takut jika seseorang tiba-tiba saja muncul dan melihat aktivitas mereka.
"Tapi tuan, pintunya tidak dikunci?"tanya gadis itu sedikit ketakutan.
"Tidak usah, aku malah ingin mereka menyaksikan permainan kita."ujar Vicky Seraya tersenyum menyeringai.
Membuat Mirna seketika merasa terkejut. Karena ternyata kelainan yang dimiliki oleh laki-laki itu, sangatlah parah sehingga tidak mampu berpikir dengan jernih.
"Ayo tunggu apa lagi, buka kakimu lebar-lebar."ujar laki-laki tua itu Seraya sedikit menarik dagu Mirna.
Hingga membuat Mirna merasa sangat terkejut dan dengan segera menuruti ucapan laki-laki itu. Dan permainan yang menyiksa itupun, kembali terjadi. Membuat Mirna sesekali meringis karena merasakan sakit disekujur tubuhnya. Namun hal itu tidak membuat "permainan" yang dilakukan oleh Vicky memelan. Malah justru semakin dipercepat hingga membuat gadis itu semakin merasa kesakitan.
"Sudah Tuan, ampun!"rintihnya diselah sela d3sa*han yang keluar dari mulutnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 378 Episodes
Comments