Mendapat anggukan dari sang ibu, membuat Mirna seketika melangkahkan kakinya untuk menghampiri dua laki-laki paruh baya itu.
Sebenarnya, gadis berusia 16 tahun itu sudah tidak berselera untuk menghormati dua laki-laki yang tidak pantas dipanggil sebagai seorang ayah itu. namun itu harus dilakukan oleh Mirna mengingat kata-kata sang ibu.
"nah ini orangnya sudah datang, Tuhan bisa berbicara dengan Mirna sekarang,"ujar laki-laki paruh baya itu Seraya menunduk hormat.
Vicky yang mendengar ucapan dari laki-laki yang ada di hadapannya itu, seketika menoleh dan menatap ke arah Mirna dengan tatapan yang sangat mesum. membuat gadis itu, merasa sedikit ngeri.
"dengar gadis kecil, aku membeli kamu dari keluarga, hanya untuk dijadikan budak tidak lebih. jadi kamu tidak usah berharap akan menjadi istriku. Paham,"ucap Vicky Soraya menarik tangan Mirna. hingga membuat gadis itu, seketika jatuh dalam pangkuan laki-laki Paruh baya itu.
Mirna yang mendengar itu, sejenak terdiam. karena memang, gadis belia itu tidak mengerti apa yang dimaksud oleh kakek tua yang ada di belakangnya itu.
"maksud Tuan apa?"tanya Mirna dengan nada tersengal-sengal. karena saat ini, tangan Vicky mulai meraba setiap inci tubuh gadis itu disertai dengan rem**an-re**san kecil.
"apa kau memang benar-benar tidak mengerti, atau pura-pura tidak mengerti?"tanya Vicky Seraya mendaratkan beberapa kecupan di belakang leher gadis itu.
Sepertinya, laki-laki paruh baya itu sudah tidak memiliki rasa malu lagi. sehingga dapat melakukan kegiatan tak terpuji itu di depan orang banyak.
"ssshhh! tidak Tuan, saya tidak mengerti!"ucapnya mende*ah pelan. hal itu membuat Vicky, semakin menc*mb"i leher gadis itu dengan buas. hingga meninggalkan beberapa bekas di tempat itu.
"dengar gadis kecil, kau akan tetap menjadi budak **** ku, selama yang aku mau. dan selama itu pula, kau tidak boleh mengandung atau bahkan melahirkan. karena aku tidak ingin, liang kewanitaanmu, menjadi longgar."ucap Vicky dengan terang-terangan.
Tentu saja, hal itu membuat Mirna yang mendengarnya, merasa sangat sakit. dirinya benar-benar tidak berharga di mata laki-laki Paruh baya itu. bukan hanya Mirna yang merasa kesakitan akibat ucapan laki-laki itu. melainkan juga, wanita paruh baya yang diam-diam mengusap air matanya yang berdiri di balik pintu ruangan itu.
Sementara Roni, laki-laki paruh baya, yang merupakan Ayah dari gadis itu, sama sekali tidak menampilkan ekspresi wajah kasihan. padahal yang diperlakukan seperti ini, adalah Putri kandungnya. darah dagingnya sendiri. namun laki-laki paruh baya itu, malah menatap Mirna dengan tatapan menghina.
"oh ya Roni, saya akan membawa langsung gadis ini untuk saya boyong ke rumah saya, apa kamu keberatan?"tanya Vicky Seraya mulutnya sesekali sibuk sendiri.
Dengan sigap, Roni menggelengkan kepalanya."silakan saja Tuan, saya sudah tidak peduli lagi dengan anak ini, yang terpenting, Tuan selalu memberikan uang bulanan yang cukup untuk kami."ucapnya ringan tanpa beban.
Tentu saja ucapan dari laki-laki paruh baya itu, membuat Mirna seketika tercengang. lagi Dan lagi, gadis itu mendapatkan kata-kata yang menyakitkan. dan tentunya ini sangat lebih menyakitkan. karena yang berucap, adalah ayahnya sendiri. sosok yang kata sebagian orang atau kebanyakan orang, adalah cinta pertama bagi anak perempuannya. Namun sepertinya, ini tidak berlaku untuk Mirna.
Akan tetapi, ternyata bukan hanya Mirna saja yang merasa sakit akan ucapan yang keluar dari mulut laki-laki paruh baya itu. Diam-diam, Ibu Mirna mengepalkan tangannya dengan erat saat mendengar penuturan dari suaminya itu.
"tega-teganya kamu melakukan itu!"geram wanita paruh baya itu Seraya melayangkan tatapan tajam pada sang suami.
Namun sayangnya, reaksi yang ditunjukkan oleh Wati, nama wanita paruh baya itu, tidak bisa diutarakan secara langsung. karena selain mengancam akan membunuh dirinya dan juga Fandi, sang anak bungsu, suaminya itu juga mengancam akan menyiksa Mirna dengan lebih Kejam lagi.
Tentu saja itu membuat Wati, merasa sangat ketakutan. karena wanita paruh baya itu tidak ingin sesuatu yang lebih buruk, terjadi pada putri kesayangannya. walaupun saat ini, Mirna telah mendapatkan situasi dan kondisi yang sangat sulit.
Akhirnya, setelah mengumpulkan keberanian cukup lama, Wati berjalan menghampiri ketiga orang itu dengan senyuman yang mengembang di bibirnya.
"sayang, sini duduk sama aku,"ujar Roni Seraya menarik tangan istrinya dan dengan segera memeluk tubuh wanita paruh baya itu.
Wati yang mendengar itu, hanya menganggukkan kepala dan menuruti perintah laki-laki itu. sementara Mirna, gadis belia itu, menetap ibunya dengan tatapan yang sangat memelas. membuat wanita paruh baya itu, seketika mengalihkan pandangan. karena tidak ingin, ikut menangis akibat melihat tatapan gadis itu.
"baiklah kalau begitu, saya akan membawa Mirna saat ini juga, "ucap Vicky Seraya menggendong gadis kecil itu dengan menghadap ke arahnya.
Memang dapat diacungi jempol, kekuatan dari laki-laki paruh baya itu. bagaimana tidak, di usianya yang sudah hampir menginjak 40 tahun, laki-laki tua itu masih kuat menggendong seorang gadis yang mungkin memiliki tubuh 40 atau 50 kilo.
"silakan tuan,"ujar Roni Seraya merangkul istrinya. menghantarkan laki-laki br3ngs3k itu keluar dari dalam rumah miliknya.
Sementara Mirna, gadis itu sedari tadi tidak bersuara. namun tatapan mata itu, menyiratkan luka yang sangat dalam.
"tunggu tuan,"tiba-tiba saja suara Wati terdengar di telinga semua orang. hingga membuat Vicky seketika menghentikan langkahnya. dan dengan segera berbalik arah menatap wanita paruh baya itu dengan tatapan tajam.
"apalagi?"tanya Vicky dengan nada yang sangat dingin.
"apakah Mirna masih boleh sekolah lagi?"tanya Wati dengan suara yang sangat berhati-hati.
Roni yang mendengar pertanyaan dari istrinya itu, melayangkan tatapan tajam.
"untuk apa melanjutkan sekolah, toh nantinya anakmu ini akan menjadi budak ,"ucapnya dengan nada yang sangat sinis.
Tentu saja, hal itu membuat Mirna yang masih berada dalam gendongan Vicky, mer*m*s dasternya. akibat lagi Dan lagi, mendapatkan kata-kata menyakitkan itu.
"tolonglah Tuan, biarkan Mirna menyelesaikan sekolahnya dulu. sayang Tuan, Mirna sudah hampir saja lulus,,"ujar Wati yang masih bersikeras memohon pada laki-laki tua itu.
"sudahlah, maafkan istri saya tuan, sekarang Anda boleh meninggalkan tempat ini," ujar Roni Seraya menarik tangan istrinya untuk masuk ke dalam rumah.
"tolong anda pikirkan lagi ucapan saya Tuan,"ujar Wati yang masih berusaha untuk meloloskan diri dari sang suami.
Mirna yang mendengar itu, semakin deras mengeluarkan air mata."maafkan Mirna ibu, semoga ibu baik-baik saja."ujar gadis itu Seraya pergi dari rumah kedua orang tuanya.
Di balik pagar rumahnya, ternyata telah menunggu puluhan pengawal yang memakai baju serba hitam. dan saat mereka telah sampai di depan mobil mewah itu, semua orang-orang yang memakai pakaian warna hitam itu, menundukkan kepala mereka
"silakan tuan,"ujar mereka serempak
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 378 Episodes
Comments