Perkelahian

Aku beranjak dari kursi, aku juga penasaran melihat siapa yang berkelahi di jam pelajaran seperti ini.

Sedangkan guru yang mengajar sedari tadi keluar kelas meninggalkan kelas IPA untuk ke kantor.

"siapa yang berkelahi?" tanya ku kepada Kiki, karna tidak bisa menyerobot untuk melihat siapa yang berkelahi.

Kiki memperbaiki kacamatanya," Itu... kak Ryhan sama kak Vicky lagi berantem," jawab Kiki.

Aku tidak heran lagi jika yang berkelahi adalah Ryhan, karna hampir setiap hari dia berkelahi dengan orang yang berbeda-beda.

"Eh...kamu mau kemana?" Kiki mencekal pergelangan tangan Clara karna gadis itu langsung ingin pergi.

"Aku mau lihat langsung," kataku lalu melepaskan tangan Kiki.

Aku langsung menerobos sehingga aku mendengar segala umpatan, bodoh amat lagian mereka tidak mengenali ku.

Aku langsung terdiam saat melihat dengan mata kepala ku, Ryhan sedang menghajar seseorang di bawah kungkuhannya dengan membabi buta.

Aku menutup mulut ku dengan kedua tangan ku saat melihat darah keluar dari hidung lawan Ryhan.

Aku melirik ke kanan ku sudah melihat kedua sahabat Ryhan hanya menonton saja dengan santai tanpa berniat meleraikan sahabatnya.

"Eh.... Clara, sejak kapan lo suka acara tinju-tinjuan?" tanya Rafli saat melihat di sampingnya ternyata ada Clara.

Sedangkan Dimas hanya fokus melihat Ryhan berkelahi.

"Ry," panggil ku refleks kepada cowok itu.

Pergerakan tangan Ryhan langsung terhenti saat mendengar suara yang tidak asing lagi bagi indra pendengarannya.

Semua pasang mata langsung terarah padakuu, mereka menatap ku horor saat Ryhan menghentikan pukulannya.

Baju yang berantakan dan lusuh, rambut acak-acakan, serta wajah yang lebam karna pukulan satu sama lain.

"BUBAR-BUBAR!!" Instruksi guru BK bernama pak Dermawan, bagaimana tidak jika mereka hanya menonton saja tanpa menghentikan perkelahian.

Sementara guru-guru langsung berlarian melihat lapangan sekolah sudah ramai menonton perkelahian.

Vicky langsung di bawa oleh guru-guru untuk segera ke UKS, aku yakin cowok itu mempunyai luka yang parah dari Ryhan.

Pak Dermawan langsung menatap Ryhan, lagi-dan lagi yang membuat masalah adalah sosok Ryhan yang namanya sudah tidak asing lagi di SMA Gemilang.

"Jam istirahat keruangan saya," ucap pak Dermawan lalu pergi meninggalkan lapangan.

Sedangkan para murid-murid yang menonton tadi sudah bubar atas intruksi pak Dermawan.

"Lebih baik lo obatin luka, Ryhan," kata Dimas kepada Clara.

Aku menarik nafas ku dalam-dalam lalu menghampiri cowok biang rusuh itu, aku langsung menarik pergelangan tanganya ke kantin pak Harto, aku tidak membawanya ke UKS takut-takut jika cowok itu menghajar Vicky lagi.

Clara dan Ryhan langsung duduk di kantin pak Harto, belum ada murid-murid di kantin karna belum jam istrihat.

"Pak. Minta kotak P3knya," ucapku kepada pak Harto.

"Tuan Ryhan berantem lagi?" tanya pak Harto nampak panik, sembari mengambil kotak p3k.

Aku langsung mengangguk mengiyakan ucapan pak Harto, wajar saja jika pak Harto cemas karna dia sudah menganggap Ryhan seperti keluarganya sendiri.

"Makasih pak," ucapku saat pak Harto memberikan kotak obat itu padaku.

"Sama sama neng. Tolong yah, tuan Ryhan di obatin," kata pak Harto dan ku balas anggukan kepala.

Aku langsung duduk di dekat Ryhan, kotak obat aku letakkan di atas meja. Cowok itu masih diam belum mengeluarkan suara.

Aku mengambil kain berwarna putih bersih yang di berikan oleh pak Harto, dan juga air dingin untuk mengompresnya.

Aku langsung mengompres cowok biang rusuhh itu.

"Ck, pelan-pelan!'' desis Ryhan saat Clara mengobati lukanya.

"Aku udah Pelan-pelan, biar enak, siapa suruh berantem," kata gadis itu ambigu membuat otak Ryhan traveling dengan perkataan Nadine.

"Sakit."

Aku langsung menakan luka cowok di hadapan ku, dia mengatakan kata sakit seperti d*sahan.

"CLARA!!!" teriak Ryhan saat gadis yang mengobatinya menekan dengan kuat lukanya.

"Suara kamu ajak ribut," balas ku lalu mengambil plester untuk menutupi luka Ryhan.

"Aku harap urusan kita sampai di sini," kataku setelah memasangkan plaster di luka lebamnya.

"Maksud lo?" tanya Ryhan tidak mengerti perkataan gadis di hadapannya.

"Harusnya kamu berterimakasih karena aku udah obatin luka kamu," kataku tanpa menatap-nya karna tangan ku sibuk memasukkan obat itu di kotak obat.

"Urusannya sama gue apa?" tanya Ryhan ketus.

"Yah.... perjanjian kita sampai di sini. Aku udah obatin luka kamu jadi kamu jaga rahasia aku. Tapi aku nggak jadi budak perintah kamu lagi," kataku lalu berdiri untuk mengambilkan kotak obat pak Harto.

"Yang nyuruh lo obatin luka gue siapa?" tanya Ryhan lebih tepatnya seperti pernyataan.

Aku langsung membalikan badan ku, bisa-bisanya cowok itu mengucapkan kata itu.

"Kalau luka kamu nggak di obatin bisah infeksi," balasku pada Ryhan.

"Gue udah biasa kayak gini, gue nggak butuh obat," kata Ryhan nyolot membuat ku menghentakkan kaki ku.

"Terus aku gimana? Sampai kapan aku jadi tukang perintah kamu. Perintah sana sini, buat aku pusing tau nggak," terang ku dengan menggebu-gebu.

"Sampai lo bisa jadian dengan,. Devan," ucap Ryhan santai membuat ku membuka mulutku sedkit karna terkejut dengan pernyataan cowok itu.

"Itu mustahil!" kataku pada Ryhan, bisa-bisanya dia mengatakan jika aku akan berhenti jadi budak perintah-nya jika aku sudah jadian dengan Devan. Apa dia pikir Devan itu mudah di dapatkan?

"Jadi lo nggak bisa pergi begitu aja kalau lo nggak jadian sama Devan lebih dulu," kata Ryhan santai membuat ku melototkan mata.

Dasar gila! benar-benar gila. Semenjak dia tau rahasia ku aku seperti pembantu pribadinya.

"Gila banget sih kamu," kataku pada Ryhan.

Cowok itu hanya megedikkan bahunya acuh lalu pergi dari kantin membuat ku menggerutu kesal.

"Tuan Ryhan emang gitu."

Aku langsung terlonjak kaget saat suara pak Harto yang tiba-tiba membuat ku kaget. Aku langsung mengelus dadaku.

Pak Harto tertawa kecil.

"Maaf Neng. Neng Clara nggak belajar?" tanya pak Harto.

Aku langsung mematung, aku bolos! Astagah bisa-bisa beasiswa ku di cabut kalau begini.

"Saya duluan pak, sepertinya saya bolos pelajaran kedua," pamitku lalu pergi meninggalkan kantin pak Harto.

Pak Harto memandang punggung gadis itu yang berlari, dia menggelengkan kepalanya melihat gadis itu berlari seperti di kejar hantu saja.

"Tuan Ryhan bisa-bisanya mendapatkan asisten pribadi yang patuh tanpa bayaran, mana baik dan cantik tidak seperti gadis lain," gumam pak Harto.

Pak Harto kembali ke dapur untuk mencuci piring karna sudah banyak piring dan mangkok bertumpukan karna warung miliknya yang ramai pengunjung.

Terpopuler

Comments

Puji Lestari

Puji Lestari

wah jangan-jangan ntar yg cinta malah Rayhan dan Nadine nih bukannya si Devan,, secara Nadine dan Rayhan klo bertemu bawaannya ribuut Mulu...🤭😁😁

2023-03-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!