🌿Selamat membaca.
🌿Semoga suka dan terus ikuti kisahnya.
🌿Like dan komen baiknya selalu dinanti🤗.
...----------------...
"Nikahilah Mentari, buat dia bahagia."
Deg...
Jantung Langit seakan melompat mendengar permintaan konyol sahabatnya itu. Langit menggeleng, mulutnya berulang mengucap kata tidak.
"Aku tidak mau, kau jangan berkata seperti itu."
"Aku serius dengan kata-kataku. Aku tahu kamu juga mencintainya." ucap Bintang dan kali ini membuat langit diam membisu.
Langit tak mengira bahwa sahabatnya mengetahui apa yang ada di hatinya selama ini. Ya.. Langit memang menyukai Mentari. Jauh sebelum Bintang mengenal Mentari. Tapi perasaan itu telah Langit coba kikis perlahan, mencoba menghapus perasaan yang tak semestinya ia rasakan.
"Apa arti dari semua ini, apakah ini yang seharusnya terjadi." bisik Langit dan terlihat sukar untuk memahami.
"Aku tak mau, kau jangan asal bicara." tolak Langit lagi dan lagi.
"Aku akan merasa tenang, jika Mentari bersamamu. Aku yakin kamu pasti akan menjaganya. Aku yakin kamu memang pria yang tepat untuknya. Dia pasti akan bahagia bersamamu." ucap Bintang lagi dengan rasa sakit yang ditahannya.
"Cukup aku tak mau dengar permintaan konyol mu itu. Jelas Mentari akan bahagia bersamamu, bukan aku."
Bintang meraih pergelangan tangan Langit. Pandangannya tak lepas dari Langit yang ada di hadapannya saat ini. Matanya berkaca-kaca dan penuh harapan.
"Aku sudah tidak ada waktu lagi, aku akan pergi selamanya, aku tak bisa membuatnya bahagia."
"Jangan bicara sembarangan, kau pasti sembuh. Demi Mentari kau harus sembuh."
Bintang menggeleng, air matanya turun perlahan. Sekali lagi ia memohon pada Langit.
"Ku mohon, nikahi Mentari, jadikan dia istrimu. Itu permohonan terakhirku."
Belum sampai langit menolaknya lagi, sebuah pintu terbuka tiba-tiba. Seseorang masuk dengan tergesa.
Mentari hadir dengan Senja menemani. Ia menghampiri Bintang dan menangis tepat di hadapannya saat ini.
"Mas kau harus kuat." pinta Mentari, lagi dan lagi Bintang menggeleng.
"Maafkan aku.."
"Tidak Mas.. kamu tidak salah apapun."
"Boleh ku pinta satu hal darimu."
"Katakan, aku pasti akan mengabulkannya Mas." ucap Mentari dan terisak.
"Menikahlah dengan Langit." pinta Bintang dan membuat Mentari yang tadinya terus menatap Bintang beralih menatap Langit.
"Mas.." panggil Mentari tertahan, bagaimana bisa permintaan seperti itu keluar dari mulut mas Bintang.
"Kamu jangan asal bicara Mas."
"Aku ingin membuatmu bahagia." ucap Bintang terbata-bata.
"Kamu sembuh, itu bisa membuatku bahagia mas, jangan meminta hal yang konyol." ucap Mentari lagi dan menghapus kasar air mata yang terus turun di pipinya.
"Ku mohon menikahlah dengan Langit." ucap Bintang dan makin terdengar lemah suaranya.
Mentari terus menggeleng, ia terus menolak.
"Aku enggak mau Mas. Kamu jangan berkata seperti itu, kamu pasti sembuh."
"Aku sudah tidak kuat lagi.. Ahhh.." ucap Bintang dan berteriak keras menahan rasa sakitnya.
Mentari yang mendengarnya makin terisak. Hatinya bimbang dengan apa yang harus diputuskannya saat ini.
"Langit.. berjanjilah, kau akan menikahi Mentari."
Mendengar rintihan rasa sakit yang dirasakan Bintang, mendengar ia terus memohon. Berhasil menggoyahkan pendirian Langit kala itu. Ia mengangguk setelah sekian banyak ia menggeleng.
"Aku janji, aku janji akan menikahinya..aku janji.." ucap Langit pasrah dengan air mati kembali menetes di pipinya.
Mentari pun tak tahu harus berkata apa saat itu, dia pun terus menangis, menatap Langit, menatap Bintang dan keduanya saling bergantian.
Mendengar ucapan Langit, mengukir senyum kecil terlihat dari bibir pucat milik Bintang. Setidaknya ia merasa tenang saat ini, permohonannya akan dikabulkan.
Bintang beralih pandangannya ke arah Mentari, menunggu jawaban keluar dari mulut Mentari. Menanti jawaban yang sama yang seperti Langit berikan untuknya.
"Mas.." panggil Mentari dan masih tetap menggeleng.
"Ku.. mohon.."
"Tapi.. Mas.."
"Aghhhhhh.." teriak Bintang kembali.
"Oke.. aku akan menikah dengan Mas Langit.. Ku mohon kau harus kuat Mas.." ucap Mentari pasrah akhirnya.
Bintang pun tersenyum kala itu, matanya tertutup dengan tetesan air mata yang turun perlahan. Jantungnya berhenti berdetak kemudian. Bintang bahagia dan ini adalah kebahagian yang terakhir kalinya Bintang rasakan.
Menyatukan Mentari dengan Langit.
"Tidaaaaakkkkkk..... Mas Bintang.. bangun Mas." teriak Mentari dan menggoyangkan tubuh Bintang berulang kali.
Tangisnya pecah begitupun dengan Langit saat itu.
.
.
.
.
Siang itu, matahari tampak bersinar terang sekali. Seorang wanita sedang duduk sendiri. Menikmati secangkir kopi hangat dengan sebuah novel di genggamannya.
Kadang ia tersenyum sendiri, lalu ia tertawa kemudian. Hemm.. manis sekali.
Itulah pertama kali Langit bertemu dengan Mentari. Sesuai dengan namanya ia terlihat bersinar dan sikapnya begitu hangat.
"Hey apa yang sedang kau lihat?" tanya Bintang kala itu.
"Tidak.. tidak ada."
"Ah.. kau pasti berbohong." tebak Bintang dan pandangannya beralih dengan cepat ke arah Langit memandang.
"Sudah.. sudah.. ayo kita lanjut bahas ini." ucap Langit dan dengan cepat menutup pandangan Bintang saat itu.
Langit tersenyum sendiri melihat sikapnya. Rasanya ia menjadi egois dalam seketika. Ia tak mau kebahagian menatap Mentari harus ia bagi ke Bintang.
Biarkan Mentari bersinar hanya untuknya, cukup senyum miliknya terlihat oleh Langit, tidak dengan yang lain.
Namun saat ini, Mentari tengah menangis dalam pelukannya, ia tak menampakan senyumnya yang selalu Langit harapkan sejak dulu.
"Mas Bintang, Mas..." ucap Mentari berulang sambil menepuk dada Langit berulang."
Rasanya ia masih belum siap menghadapi kenyataan ini.
"Aku enggak mau Mas Bintang pergi Mas.." ucap Mentari lagi dan terisak begitu kuat.
Langit diam, hanya air mata yang turun di pipinya. Ia tak tahu harus berkata apa. Mungkin ini sudah takdirnya, begitupun dengan takdir dirinya.
Ia hanya memeluk Mentari dengan kuat saat itu, tak membiarkannya terjatuh untuk kesekian kali.
"Kuatkan hatimu." bisik Bintang dengan menepuk lembut punggung Mentari.
"Mas katakan kalau ini tidak nyata, katakan Mas.." ucap Mentari lagi namun Langit menggeleng membuat Mentari terus menangis.
"Maafkan aku, maaf.." ucap Langit akhirnya.
"Apakah aku sanggup membuat Mentari bahagia, Kenapa kau harus memintaku untuk menikahinya." bisik Langit dalam hati.
Lagi dan lagi Mentari harus tumbang, ia begitu rapuh, tak kuat menghadapi semuanya.
"Mentari.. Tari.." panggil Langit mencoba menyadarkannya.
Langit raih tubuhnya, ia angkat tubuh Mentari dengan cepat, ia menggendongnya dalam pelukannya.
.
.
.
.
hiks 🤧, author tega.. Bintang baru muncul dah dibuat meninggal.🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
it's me oca -off
ehm langit bintang bulan nya mana
temen mentqri😅😅
2023-12-05
2
@𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 𝓐ⷨ𝖒ⷷ𝖊ᷞ𝖑𝖑♛⃝꙰ ❤
mau aja Langit kan emang kamu suka sama mentari
2023-10-22
2
Erbanana
Permintaan seorang teman sebelum meninggal, kayak nyata.
2023-03-21
7