HILANG

Seusai mandi Zahra langsung siap-siap, Ia di pinjami baju Mama Ami, yang tentunya kebesaran untuk Zahra, tapi hanya sementara waktu sampai Kenzo membelikannya baju baru.

Seperti biasan, Kenzo memakai kaos oblong kalau tidak ngantor, kali ini mrmakai warna hitam yang seragam dengan masker yang menutupi wajahnya yang rupawan.

Outfitnya memang sederhana, tapi pesonanya mampu membuat gadis manapun kelepek-klepek di buatnya, kecuali Zahra gadis 17 tahun yang masih polos-polosnya.

Kenzo memasang muka dinginnya ketika Senja menghampiri, tanpa basa basi langsung menyuruh Zahra naik ke motornya yang lima kali lipat lebih besar dari tubuh mungil Zahra.

"Buruan!!" Teriaknya, membuat Zahra berjengit dan langsung naik. Sedangkan Mama Ami seperti biasa hanya menggelengkan kepalanya putus asa.

"Bawa motornya yang bener, awas kalau sampai Zahra jatuh!" Mama Ami memperingatkan, mengingat tubuh Zahra yang mungil.

Mama Ami yang ikut ke garansi tak bosan-bosannya memberi menasehat kepada anaknya.

"Bawel!" Teriak Kenzo dalam hati.

"Hem.... " Akhirnya ang keluar dari mulut Kenzo.

Kenzo mulai men-starter motornya, Zahra yang tidak biasa naik motor segede gaban seketika ngewel, tangannya gemetaran. Memikirkan bagaimana kalau dia sampai jatuh.

Akhirnya mereka meluncur membelah jalanan Ibu kota yang padat, tepat di persimpangan lampu merah mereka terhenti.

Apa yang di takutkan Kenzo ternyata terjadi, untuk dia memakai masker penutup wajah sehingga rekan kerjanya tak mengenali. Bisa-bisa ancur reputasinya di kantor, apalagi dia membonceng cewek SMA itu.

"Ingat! kalau ada teman yang menghampiri kita nanti, jangan panggil Kenzo" Bisik Kenzo memperingatkan.

"Siap Pak" Jawab Zahra patuh.

Setelah 15 menit berkendara, akhirnya mereka sampai di Mall.

Beground Zahra yang dari kampung tentu saja sangat takjub melihat gedung semewah itu, apalagi Ia belum pernah kesana. Ia hanya pernah mendengar nama itu, tapi belum pernah tahu seperti apa bentuknya.

Gedung dengan tiga lantai itu menawarkan sebuah kemewahan, apalagi di tambah lift dan eskalator yang menambah kesan canggih bagi gadis mungil Zahra yang tak pernah ke Jakarta.

Kekagumannya tak berhenti di situ, setelah masuk berbagai toko berjajar rapi dengan berbagai barang dan makanan yang terlihat sangat mewah dan elegan.

Kenzo terus berjalan tanpa memerdulikan langkah kecil Zahra yang setengah berlari karena tertinggal.

"BRUK!!"

Zahra menabrak seorang pria bule berbadan besar, lagi dan lagi tubuh mungilnya terpantal beruntung kali ini Ia bisa mengimbangi sehingga tak jatuh, sedangkan bule itu terus saja berjalan seperti tak merasakan apa-apa setelah di tabrak Zahra.

Zahra yang semakin tertinggal jauh langsung mengikuti seseorang yang memakai kaos hitam, sampai berhenti di depan toilet cowok.

Zahra yang tak mungkin ikut masuk, langsung menepuk pundaknya.

"Pak!" Panggilnya.

Orang itu seketika menoleh, "Anda siapa?" Kata orang itu kebingungan.

Zahra yang tau itu bukan Pak Kenzo langsung minta maaf.

"Maaf Pak, salah orang" Nyengir lalu pergi saking malunya.

Zahra yang panik tak tau harus kemana kembali ke tempat tadi, yang tak jauh dari pintu masuk. Tapi tak ada Pak Kenzo disana, Ia semakin ketar ketir tak tahu harus kemana?. Tempat itu sangat luas dan ramai, tentu sangat sulit mencari keberadaan Pak Kenzo.

Zahra yang tak mau berdiam diri langsung menuju lantai dua, siapa tau Pak Kenzo ada disana. Ia memilih tangga biasa karena takut naik eskalator, tangga berjalan yang belum pernah ia menaikinya. Menatapnya saja Zahra sudah bergidik ngeri, membayangkan Ia terjatuh dan semua orang menertawakan dirinya.

Sesampainya di lantai dua, Zahra langsung berkeliling, Ia semakin tersesat karena luasnya tempat itu. Ia tak putus asa terus mencari, mengamati setiap orang yang memakai kaos hitam.

Di lantai satu Mall, Kenzo dengan panik kembali ke tempat dimana terakhir kali Zahra membuntutinya. Wajahnya nampak panik, membayangkan betapa murkanya sang Mama kalau tahu si Zahra ilang.

Kenzo bertanya kepada beberapa orang yang ada di sekitar sana, Ia menyebutkan ciri-cirinya tentang gadis kecil, berambut lurus panjang, kulit putih dengan memakai baju merah longgar alias kebesaran atau kedodoran.

Tapi orang-orang hanya menggeleng, lalu Ia menghampiri security Mall dan menceritakan bahwa Ia kehilangan seseorang, lalu menyebutkan semua ciri-ciri tadi.

Satpam yang di bantu dua temannya langsung berpencar, ada yang di lantai satu, di lantai dua, dan terakhir di lantai tiga.

Kenzo segera menelpon Mama Ami, memberitahu tentang hilangnya Zahra calon asisten pribadinya itu.

"Hallo Ma" Panggil Kenzo setelah panggilan terhubung.

"Kenapa Kenzo?" Ada nada panik pada suaranya yang nyaring.

"Zahra ilang Ma" Ucap Kenzo jujur sekaligus panik.

"Apa!!" Mama Ami menjerit di seberang telepon, membuat Kenzo segera menjauhkan ponselnya.

"Maafkan Kenzo Ma, aku tidak bermaksud_

"Mama akan segera menyusul" Potong Mama Ami memutus sambungan telepon.

Di tempat lain.

Tepatnya di parkiran Mall, Zahra mencari-cari motor yang di parkir Pak Kenzo, siapa tahu Pria itu menunggunya di sana. Ia masih ingat di parkir tak jauh dari tiang berwarna biru pudar, tapi Ia sudah tak menemukan motor otut disana. Padahal tanpa sepengetahuan dirinya, motor itu masih di sana hanya tertutup oleh sebuah mobil sedan putih.

Zahra yang putus asa mulai keluar gedung, Ia tak berharap banyak. Mungkin Pak Kenzo itu memang sengaja meninggalkannya, jadi sekarang mau tak mau Ia harus mencari sesuatu yang bisa Ia tumpangi, karena Ia tak punya uang sama sekali.

Gadis itu menangis dalam keputus asa-annya, Ia teringat ayah dan ibunya di kampung, berjalan lunglai menuju jalan raya seperti gembel dan mungkin sekarang Ia benar-benar jadi gembel, tak punya siapa-siapa yang akan menolongnya.

Mau pulang ke rumah Mama Ami pun Ia tak tahu jalan, tapi sedikit-sedikit Ia mengingat perempatan lampu merah yang di lewati. Kalau tidak salah ada 3 lampu merah yang Ia lewati.

Gadis itu mulai menghapus air matanya, mulai berjalan di bawah terik matahari yang menyengat. Berjalan lurus menuju lampu merah terdekat, lalu mencari lampu merah lainnya hingga sampai ke rumah Mama Ami.

Sepanjang perjalanan, matanya tak lepas dari yang namanya pengamen. Ia mulai berfikir, apakah nasibnya akan sama seperti mereka.

Ahkirnya setelah beberapa menit berjalan, Zahra menemukan lampu merah yang pertama. Ia masih ingat, ada toko buku di seberangnya.

Lampu hijau berganti merah, orang-orang mulai menyeberang jalan, Zahra segera mengikuti. Tanpa Ia ketahui seorang perempuan dari dalam mobil mengawasinya dengan seksama, lalu memutar balik mobilnya.

Mobil itu mendekat kearah Zahra yang kini tengah duduk di kursi pinggir jalan, kakinya terasa lelah sekali.

Orang dalam mobil mengamati dan memastikan, "Iya, itu adalah Zahra".

Dengan antusias, perempuan paruh baya itu menghampiri Zahra.

" Zahra.... " Panggil orang itu membuat Zahra langsung menoleh.

"Bude!!" Teriaknya panik, yang langsung melarikan diri.

"Kejar dia, jangan sampai lolos lagi!" Perintah wanita dengan kaca mata hitam pada kedua bodyguard nya.

***

Terpopuler

Comments

windanor

windanor

Semangat untuk part selanjutnya, ku kasih bunga biar semangat 💐🌷🌹🥀🌻🌼🌸🌺

2023-03-08

0

Gabby

Gabby

semangat kak upnya.. btw aku uda mampir yaa kak, ceritanya bagus aku suka

2023-03-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!