Zahra akan memulai ceritanya, tiba-tiba suami Mama Ami keluar dengan mata yang memerah bangun tidur.
"Ini sudah jam 3 dini hari, apa tidak ada waktu esok hari" Ucapnya menghampiri Mama Ami, istrinya.
Mama Ami mendengus kesal, padahal Ia sangat penasaran sekali dengan cerita Zahra. Jiwa kepo khas Ibu-ibu pada umumnya meronta-ronta.
"Antarkan Zahra ke kamar tamu Kenzo" Perintah Mama Ami yang kini sudah mengikuti suaminya.
"Hem... "
Zahra mengikuti Kenzo dengan isi kepala yang penuh tanda tanya.
***
KEESOKAN PAGINYA
Zahra si gadis malang mulai terbangun ketika siraman matahari menyinari lewat celah jendela, Ia meutup mantanya karena silau.
"Awh... " Rintih gadis mungil itu menggeliat kesakitan, pasalnya setelah bangun tidur badannya serang habis di gebukin warga.
Dia menengok jam di atas nakas, menunjukkan jam 8 pagi.
"Astagfirullah! aku sudah telat ini" Ucap Zahra geragapan, Ia masih belum sadar bahwa sekarang Ia bukan lagi anak SMA si kampung, tapi seseorang yang tersesat sendirian di Jakarta.
Zahra lantas terbangun dengan buru-buru, karena masih mengira Ia telat datang ke sekolah pagi ini.
"Ini badan kok sakit-sakit semua sih?" Keluhanya sambil berdiri, saat melihat kearah jendela Ia baru sadar ini bukan rumahnya yang terbuat dari papan.
"Huff..." Zahra menghela nafas sesaat setelah sadar, kejadian tadi malam muncul kembali. Membuatnya bergidik ngeri.
Ia segera beranjak dari ranjang sembari memegangi pinggulnya yang terasa sakit, lalu membuka tirai dan jendela.
Pemandangan kolam ikan dan taman penuh bunga membuatnya seketika tertegun, kagum serta bahagia bukan main. Kesegaran serta ketenangan mengalir begitu saja di dalam jiwanya yang berantakan.
Zahra masih memakai baju yang sama, sobek di bagian bawah.
Ia merasa sangat beruntung karena semalam Mama Ami memberikan kamar tamu ini untuknya.
Pagi ini Ia akan berencana pamit dan berterimakasih pada Pria yang kini sudah Ia ketahui namanya, yaitu Kenzo. Pemuda super dingin, tapi baik sekali. Membuatnya tanpa sadar senyum-senyum sendiri membayangkan aksi heroik sang pahlawan.
Ia segera merogoh sakunya, wajahnya langsung syok parah.
"Astagfirullah, ya Allah! kemana uangku?"
Zahra mengecek semua kantong di celana nomornya, tapi tetap saja tidak ada. Seingatnya dia masih ada uang 500 ribu di kantongnya, yang akan Ia gunakan pulang kampung.
Tapi nasib tak ada yang tahu, malang tak bisa di tolak, uangnya sudah pasti hilang.
Zahra bersandar di jendela, niatnya yang tadi pengen menyapa ikan-ikan seketika musnah, berganti dengan ekspresi sedih.
Ia mengingat-ingat kembali tentang dimana sebenarnya uangnya di simpan? apa dia lupa atau memang jatuh.
"Astagfirullah!! bodohnya diri ini, bukankah uang itu ada di rok mini yang waktu itu di kasih bude?"
Zahra mulai sadar bahwa Ia menyimpannya disana, tapi nasi sudah jadi bubur. Rok seksi itu telah Ia robek dan Ia buang di tumpukan sampah saat Ia melarikan diri.
Saat sedang asyik melamun, keributan terdengar dari arah ruang tamu.
"Aku belum mau menikah Ma!" Teriak seseorang dari ruang tamu, yang sepertinya suara Kenzo. Zahra yang berniat mau pamitan jadi ketakutan sendiri.
"Tapi usia kamu sudah 28 tahun Nak" Sahut Ayahnya mengingatkan bahwa usia anaknya itu sudah tidak muda lagi.
"Mau menunda apa lagi, apa yang kamu tunggu?" Timpal Mama Ami.
"BRAK!!"
Kenzo membanting pintu keluar, Ia akan sangat marah kalau Papa dan Mamanya selalu menyuruhnya menikah.
Entah apa alasannya Kenzo belum mau menikah, padahal banyak sekali wanita yang menyukainya. Wanita mana yang akan menolak cinta Kenzo? Anak orang kaya, CEO, single, ganteng dan cerdas.
Tapi para gadis yang mencoba meluluhkan hatinya, dengan perlahan akan mengundurkan diri dan enggan untuk mencoba lagi, pasalnya laki-laki itu sangat dingin dan terkesan galak sekali.
Sudah 30 wanita yang di jodohkan oleh Mama Ami di tolak, semuanya tak ada yang mampu menarik hati Kenzo yang sedingin kutub.
Tak tanggung-tanggung Mama Ami memilihkan semua wanita yang tentu bukan gadis biasa, melainkan gadis terpandang, berpendidikan tinggi, cerdas, anak konglomerat dan sangat berkualitas tentunya. Tapi sama sekali tak membuat Kenzo sedikit pun tertarik.
"Ya sudah Ma, Papa berangkat dulu ya?" Suaminya pamit.
"Bukannya ini hari minggu Pa?" Sahut Mama Ami.
"Ada rapat dadakan"
"Oh... begitu"
Setelah suaminya pergi, Mama Ami duduk di sofa dengan helaan nafas yang panjang. Tatapannya menerawang entah kemana?.
Setelah kegaduhan dan perdebatan yang sengit tak terdengar lagi, Zahra memberanikan diri keluar kamar. Menghampiri Mama Ami yang terlihat stress.
"Tante... " Panggil Zahra pelan dan hati-hati sambil menunduk.
"Eh Zahra, kamu sudah bangun sayang?" Tanya Mama Ami setelah menoleh.
Zahra mengangguk.
"Duduk sini sayang" Mama Ami mempersilahkan Zahra duduk di sebelahnya.
"Terimakasih Tante"
Setelah melihat Zahra dengan jelas, Mama Ami terpana dengan kecantikan Zahra yang alami. Khas anak kampung yang tak menggunakan make-up.
Entah apa yang ada di pikiran Mama Ami, Ia tiba-tiba tersenyum. Secercah harapan seperti muncul di benaknya, ya! sepertinya dia sedang menyusun sesuatu.
"Ya ampun sayang! tante lupa kalau kamu tidak punya baju, kamu tunggu sini ya?" Tanpa memperdulikan ekspresi Zahra yang kikuk, Mama Ami segera berlari menuju kamarnya.
Beberapa menit kemudian Mama Ami keluar dengan ekspresi kecewa.
"Maaf sayang, baju tante kebesaran semua. Nanti biar tante suruh Kenzo beliin kamu baju ya?"
"Ja-jangan tante, gak usah!" Zahra langsung menolak.
"Gak papa, oh iya rencana kamu mau kemana sayang?" Tanya Mama Ami lagi.
Zahra yang berencana pulang kampung tak mungkin mengatakan kalau uangnya hilang, Ia sudah banyak merepotkan keluarga ini, jadi tidak enak sendiri.
"Em.... Zahra, Zahra mau cari kerja dulu tan" Jawab Zahra ragu-ragu.
"Kebetulan sekali kalau begitu, tante ada pekerjaan untuk kamu sayang"
Wajah Zahra langsung antusias, ekspresinya senang sekali.
"Tante serius, kerja apa tante?"
"Jadi Asisten pribadi Kenzo, kebetulan yang baru kerja 5 hari mengundurkan diri, gak betah" Jawab Mama Ami setengah berbisik, Ia tak mau Kenzo mendengar dari dalam kamar.
Zahra melotot saat tahu pekerjaan yang di tawarkan Mama Ami, Ia syok, bingung dan takut. Ia tahu sifat Kenzo seperti apa?, walau baru dua kali bertemu.
Zahra tampak berfikir-fikir sebentar, Ia gamang sekaligus bimbang. Harus menerima pekerjaan itu atau menolaknya, tak mungkin Ia akan meminta ongkos untuk pulang kampung pada Mama Ami.
Zahra akhirnya setuju, Ia berencana setelah dapat gaji pertamanya Ia akan pulang kampung menggunakan uang itu dan melanjutkan sekolahnya yang tertunda ini.
"Baik Tante, Zahra ambil perkerjaan itu" Putus Zahra kemudian.
Raut wajah Mama Ami langsung gembira.
"Kenzo!!" Teriak Mama Ami, "Kesini kamu Nak" Panggilnya dengan nada memerintah.
Kenzo masih dengan raut kesal datang dengan setengah menyeret kakinya dengan malas.
"Apa lagi sih Ma?" Keluhan saat sudah berada di hadapan Mama Ami.
"Mama sudah punya asisten pengganti"
"Apa!!" Teriak Kenzo syok, Zahra langsung menunduk.
"Kenzo kan udah bilang, Kenzo gak butuh Asisten, Kenzo udah besar Ma" Tolak Kenzo.
"Gak, Mama gak akan biarin kamu ngawur. Harus ada asisten yang menemani kamu setiap saat, harus ada yang ngabarin Mama setiap waktu" Sangkal Mama Ami.
"Nanti kan Kenzo bisa nelpon Mama"
"Itu hanya alasanmu menolak asisten Kenzo, ujung-ujungnya kamu tetap gak nelpon Mama atau selalu menolak panggilan Mama. Kamu selalu membuat Mama kawatir".
" Tapi Ma_
"Mama gak mau tau?"
"Ma.. " Kenzo tetap bersi keras menolak.
"Gini aja, kalau kali ini asisten kamu menyerah. Mama gak akan cari asisten lagi untuk kamu"
"Oke, Kenzo setuju.
Kenzo tersenyum jahat, ekspresi jahil Kenzo mulai terlihat. Dia memang selalu membuat Asisten pribadinya tidak betah, kalau asisten itu tetap betah dengan sikap dinginnya, terpaksa Ia harus mengerjai asistennya sampai menyerah dan mengundurkan diri. Sepanjang tahun ini saja, Kenzo sudah gonta ganti asisten sebanyak 20 kali.
Kenzo memang sudah matang umurnya, tapi Ia selalu menjadi bocah ketika berhadapan dengan Maminya yang sangat posesif.
Mama Ami sebenarnya punya alasan tersendiri memberikan asisten pada anaknya Kenzo, misinya agar anaknya bisa tertarik dan menyukai asisten yang Ia pekerjakan. Sebenarnya Asisten yang di kirim oleh dirinya bukan orang sembarangan, melalui kriteria dan seleksi yang ketat. Harus cantik, pintar, berpendidikan minimal S1. Standarnya memang sangat tinggi, karena Ia ada misi kusus.
Sedangkan Zahra, tentu tak masuk kriteria. Apalagi dia hanya gadis desa yang masih SMA, sangat biasa-biasa saja. Tapi entah mengapa Mama Ami sangat tertarik dengan gadis berperawakan mungil itu, Ia yakin gadis itu bisa meluluhkan hati anaknya.
"Apa kau tau siapa yang akan jadi asisten mu kali ini?" Tanya Mama Ami penuh tanda tanya, Zahra sendiri semakin menunduk takut.
"Siapa?" Kenzo balik nanya dengan nada menantang.
"ZAHRA"
"Apa!!" Teriak Kenzo kaget menyandangi gadis biasa si depannya, "Mama yakin?"
"Sangat yakin" Jawab Mama Ami mantap dengan pilihannya yang kali ini pasti sangat di remehkan oleh anaknya.
"Gadis biasa-biasa ini akan ku perkiraan hanya bertahan satu minggu tidak lebih!" Ejek Kenzo yang membuat Zahra melotot kearahnya.
"Kita tunggu saja, siapa yang akan menang"
"Oke" Kenzo menatap Zahra yang melotot dengan tatapan meragukan.
"Sekarang Mama minta kamu antarkan Zahra ke Mall untuk beli baju dan peralatan lainnya" Perintah Mama Ami, yang tentu membuat Kenzo tak Terima.
"Ma, dia itu calon asistenku, kenapa aku yang repot. Dia kan bisa pergi sendiri"
"Dia belum tau jakarta Kenzo!" Jawab Mama Ami yang sudah sangat kesal dengan sikap anaknya.
"Sama Mang Maman aja"
"Mang Maman sedang nganterin papa, mau gak mau kamu yang harus anterin Zahra"
Kenzo menghela nafas kecewa, lalu dengan terpaksa ke garansi mengambil motor kesayangannya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
🧚Tvb🍒™️
lohhh kan ibunya usia 35.. anaknya masa 28... apa melahirkan usia 7thn kls 1 SD🤔🤔🤔🤔🤔
2023-12-10
2
windanor
Klu udah kepo emang susah, mungkin memang tabiatnya kek gitu🤣
2023-03-08
0
Zana Maria
ditunggu up selanjutnya yaa author ku sayang 😊
2023-03-06
1