Mobil Avanza putih itu meluncur dengan kecepatan sedang, membawa kedua ipar dulu menuju sekolah si kembar.
Matahari bersinar cukup terik, membuat Indi mulai kehausan tapi tidak berani untuk memulai percakapan dengan kakak iparnya yang sedang fokus menyetir itu.
"Kamu kenapa, In?" tanya Fatan yang menangkap gelagat aneh dari Indi.
"Ah, nggak kok Mas. Indi nggak apa-apa," jawab Indi gugup.
"Ya udah, kalau ada apa-apa atau pengen beli apa nanti bilang aja ya," tukas Fatan kembali fokus ke kemudi setelah mengulas senyum tipis dihadapan Indi.
Indi hanya mengangguk samar, namun jantungnya mulai berdisko tak karuan. Entah karena perhatian kecil kakak iparnya yang baru bertemu lagi itu atau karena senyuman tipisnya yang entah sejak kapan mempunyai karisma tersendiri di mata Indi.
Mobil pun memasuki halaman sebuah sekolah PAUD yang dipenuhi berbagai macam permainan di halamannya, dan di salah satu ayunan besi tampak si kembar Fatur dan Farah tengah duduk berdua di temani salah satu guru disana.
"Mama!" pekik Fatur dan Farah berbarengan sambil berlarian menuju mobil Fatan.
Fatan membuka pintu mobil dan keluar dengan merentang kedua tangannya menyambut kedua buah hatinya yang memiliki wajah sangat mirip dengannya itu.
"Loh Papa? Kok hari ini Papa yang jemput kita?" tanya Farah setelah melerai pelukannya dari Fatan.
"Iya, Papa sengaja cuti kerja hari ini. Coba tebak Papa sama siapa?" ujar Fatan dengan senyum mengembang sempurna di wajah tampannya.
Indi keluar dari pintu samping mobil dan berjalan pelan menuju keponakan-keponakannya yang terakhir ditemuinya saat masih berusia 3 tahun.
"Hai anak-anak manis," sapa Indi pelan.
Fatur dan Farah sontak menoleh dan memindai wajah Indi sesaat sebelum akhirnya berlarian menghambur ke pelukan Indi pula.
"Tante Indi!" sorak mereka senang.
Indi tertawa senang karena ternyata para keponakannya masih ingat padanya walau lumayan lama tidak berjumpa.
"Berarti di rumah ada Nenek dong ya, Pa?" celetuk Fatur sambil memutar tubuhnya menatap Fatan.
Fatan mengangguk tegas, kemudian menghampiri guru muda berjilbab bunga-bunga yang tadi menemani anak-anaknya sebelum di jemput.
"Assalamu'alaikum Mbak Laila. Terima kasih ya sudah membantu saya menjaga anak-anak tadi," ucap Farah ramah.
"Wa'alaikumsalam Mas Fatan, iya sama-sama sudah sewajarnya kok. Karena ini masih di lingkungan sekolah anak-anak masih tanggung jawab kami," jawab guru bernama Laila itu ramah.
"Kok tumben ini Mas Fatan yang jput si kembar? Biasanya Mbak Dara?" imbuh Laila lagi.
"Dirumah lagi ada mertua saya datang Mbak, makanya Dara dirumah nemenin. Ini juga saya sama adik ipar saya jemput si kembar,"
Laila mengangguk ringan sambil tersenyum kecil menatap si kembar yang berjingkrak riang sambil bercanda dengan Indi.
"Adik iparnya cantik ya, Mas," celetuk Laila tiba-tiba.
"Ya cantik, Mbak. Kakaknya saja cantik banget kok. Ya sudah Mbak kalau begitu kami pamit pulang dulu ya, kasian anak-anak pasti sudah lapar." Fatan berlalu setelah mendapat anggukan dari Laila.
Setelah semua masuk ke mobil, Indi memilih duduk di kursi belakang bersama si kembar. Mereka tampak sangat akrab walau baru beberapa menit yang lalu saling bertemu.
"Papa, Farah mau es krim," pinta Farah tiba-tiba saat mereka melewati sebuah minimarket.
"Oke," tandas Fatan sambil memutar kemudi menuju pelataran minimarket itu.
Farah bergegas turun dengan tak sabar, kuncir duanya bergoyang-goyang saat dia berlarian menuju pintu masuk minimarket.
"Farah jangan lari-larian!" tegur Fatur sambil bergegas mengejar adik kembarnya dan menggandeng tangannya agar tidak terjatuh.
"Mas temenin anak-anak dulu, ya. Kamu mau disini aja atau ikut?" tanya Fatan sambil melirik Indi di kursi belakang lewat spion dalam.
Indi bingung menjawab, ingin ikut tapi dia malu. Tidak ikut tapi rasa hausnya sudah tak tertahankan karena hari panas terik.
"Ikut aja deh, Mas." Indi mendahului Farah keluar dari mobil dan menyusul si kembar, karena tak ingin terlalu lama hanya berduaan dengan kakak ipar dengan sejuta pesonanya itu.
"Duh Mbak Dara, suamimu damagenya bikin triple kill," gumam Indi sambil berjalan memasuki minimarket.
Indi memindai sekitaran rak minimarket mencari keberadaan kedua keponakannya, dan mendapati mereka tengah asik melihat-lihat freezer berisi aneka es krim.
"Loh belum ada yang dipilih?" tanya Indi setelah berada di belakang mereka.
"Bingung, Tan. Farah mau yang ini tapi mau yang itu juga," sahut Farah sembari menunjuk es krim cup rasa coklat dan sebuah es krim cone rasa stroberi.
"Jangan kemaruk, Dek. Satu aja, kata Mama kita itu tidak boleh serakah," sela Fatur bijak.
Farah merenggut karena tak terima dinasehati kakaknya, namun ingin membantah juga tidak mungkin karena semua itu benar.
Indi juga jadinya bingung sendiri menghadapi dua bocah itu, sampai akhirnya Fatan dan mendekat karena mereka tak kunjung selesai dengan es krimnya.
"Kok nggak ke kasir?" tegur Fatan saat melihat anak-anaknya justru termenung di hadapan box berisi es krim.
"Bingung, Pa," sahut Farah lirih.
Air mata mulai menggenang di pelupuk mata gadis kecil berponi rata itu, Fatur melihatnya dan bergegas memeluk adik kembarnya.
"Maafin Kakak ya, Kakak bukan ngelarang tapi kita harus jadi anak baik. Nggak boleh serakah," nasihat Fatur lagi, kali ini sambil mengelus pelan punggung Farah.
Fatan yang bingung dengan tingkah kedua buah hatinya itu lantas mendekat.
"Memangnya ada apa? Kan cuma mau beli es krim? Kenapa malah main drama?" kelakar Fatan agar Farah tak lagi menangis.
"Papa ih," rengek Farah sambil menyudahi tangisnya dan kembali tersenyum.
Farah ikut tersenyum dan memeluk kedua anaknya.
"Hari ini kalian boleh beli apapun yang kalian mau sepuasnya, karena hari ini kita mau merayakan kedatangan Tante Indi buat tinggal bareng sama kita," jelas Fatan membuat si kembar sontak menatap Indi dengan mata membulat sempurna.
"Yeeyy Tante Indi tinggal sama kita, Pa? Berarti mulai sekarang Fatur sama Farah punya temen main dong selain Mama?" sorak Fatur gembira, begitu pula dengan Farah yang dengan sigap langsung membuka box es krim dan mengambil beberapa jenis es krim dengan mata berbinar.
Fatan membiarkan anak-anaknya memilih apapun makanan yang mereka suka dan memasukkannya ke dalam keranjang belanja.
"Kamu juga kalau mau beli apa, makanan atau kebutuhan kamu yang belum ada silahkan loh Dek. Beliin juga buat Mbak sama ibu dirumah, Mas tunggu di kasir," titah Fatan sambil memainkan ponselnya dan tanpa menatap Indi, dia tengah sibuk berkirim pesan dengan Dara mengatakan kalau sedang membawa anak-anak belanja.
"I ... Iya Mas," lirih Indi sungkan.
Namun karena sudah begitu haus dengan cepat Indi berlalu menuju barisan kulkas pendingin dan mencari-cari minuman bergambar sapi warna pink kesukaannya.
Tak lupa Indi juga mengambik sebuah minuman teh botol dan langsung meminumnya di tempat.
"Tante, kami sudah selesai," ucap si kembar yang sudah berada di belakang tubuh Indi dengan membawa dua keranjang penuh berisi aneka jajanan.
"Banyak banget belinya, Sayang?" heran Indi melihat belanjaan kedua keponakannya tersebut.
Wajah-wajah polos mereka tampak senang, dan tak mempedulikan ocehan Indi. Mereka berjalan beriringan menuju kasir dimana Farah sudah menunggu sambil tersenyum-senyum saat berbalas pesan dengan istrinya.
"Papa sudah!" pekik si kembar riang.
"Oh sudah? Ayo sini kita bayar dulu," ucap Fatan tanpa beban.
Bahkan Fatan tak kaget sama sekali melihat banyaknya isi keranjang belanja anak-anaknya, seakan hal itu adalah hal yang lumrah terjadi.
Indi yang membuntuti si kembar hanya bisa melongo saat Fatan dengan santainya malah kembali berbalas pesan tanpa mempedulikan suara mesin kasir yang terus menghitung jumlah belanjaan mereka yang sudah tembus angka lima ratus ribu.
Setelah keluar dari minimarket, si kembar dengan penuh semangat berjalan menuju mobil dengan masing-masing memegang es krim.
Indi sendiri keluar beriringan dengan Fatan, merasa agak kikuk karena semua belanjaan dibawa oleh Fatan. Dia tak di izinkan membawa barang satu kantong pun kecuali sebuah botol teh yang sudah diminumnya tadi.
Saat hendak membuka pintu mobil, Indi di kejutkan oleh sebuah suara yang memanggil namanya cukup lantang.
"Indira, tunggu."
Indi berbalik, dan seketika wajahnya berubah pias demi melihat siapa pemilik suara bariton tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 252 Episodes
Comments