AAI 03 Menemui Melinda
Sejak Pertengkaran malam itu, Indah dan Galih masih saling diam. Galih menjaga perasaan istrinya dengan diam. Ia tak ingin berbicara dengan Indah karena takut jika perkataannya itu bisa menyakiti hati Indah. Sedangkan Indah? Ia memilih diam karena melihat suaminya yang mendiamkannya.
Baik Indah dan Galih masih perlu waktu untuk saling mengerti satu sama lain. Meski keduanya sudah lama mengenal hingga menikah, tapi ada kalanya keduanya tidak bisa mengendalikan emosi masing-masing.
Hesti yang melihat perubahan dari kedua orang itu seketika bersorak dalam hati. Ia menjadi orang pertama yang sangat bahagia melihat putranya itu bertengkar dengan istrinya. Seperti pagi ini, di meja makan, ketiganya saling diam saat menikmati sarapan pagi mereka. Jika biasanya Galih akan mengajak ngobrol sang ibu dan istri, sudah beberapa hari ini ia memilih untuk diam.
Hesti tidak bertanya padanya, ia begitu bahagia dengan melihat renggangnya hubungan putranya itu. Saat Galih akan berangkat kerja pun, Indah masih mengantarnya hingga depan. Indah mencium punggung tangan kanan Galih dan Galih tetap mencium pucuk kepalanya. Tapi tak ada kata satupun yang terucap dari bibir keduanya. Itu semua tak luput dari perhatian Hesti. Ia mengintip dari balik tirai jendela rumah nya.
'Rencanaku berhasil. Sepertinya mereka benar-benar bertengkar. Itu artinya aku bisa memisahkan mereka dan mewujudkan impianku untuk menikahkan Galih dengan wanita pilihanku. Ah, Tuhan memang berpihak kepada orang yang membutuhkan seperti diriku ini. Aku akan keluar dan menemuinya.' ucap Hesti dalam hati. Senyum seringainya muncul di kedua sudut bibirnya. Setelah melihat putranya itu berangkat, Hesti bergegas pergi menuju kamarnya.
Sedangkan Indah kembali ke ruang makan. Ia mulai membereskan meja dan mencuci semua piring kotor beserta gelasnya. Setelah itu ia melanjutkan pekerjaan rumahnya. Tak ada pelayan karena memang ia hanya tinggal dengan suami dan ibunya. Rumahnya pun hanya bertungkat dua tidak seperti rumah mewah yang ada di novel-novel percintaan. Galih merupakan seorang pegawai di sebuah bank swasta yang ada di kota Ngawi. Sedangkan Indah dulunya seorang guru honorer di sebuah sekolah dasar negeri yang ada di kota itu juga. Tapi setelah menikah, Galih menyuruhnya untuk berhenti dan Indah melakukannya meski dengan berat hati. Tapi ridho suami adalah ridho Allah. Oleh karena itu, Indah tidak akan pernah membantah setiap perkataan dari sang suami.
Saat Indah sedang mengepel lantai ruang tamu, indera pendengarannya mendengar suara tapak kaki yang menuruni tangga. Bisa dipastikan bahwa itu adalah suara tapak kaki dari ibu mertuanya. Indah tak menoleh, ia tetap melanjutkan pekerjaannya.
Hesti yang menuruni tangga tak sengaja melihat Indah yang mengepel di bawah sana. Sesampainya di lantai bawah, Hesti menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke arah menantunya yang tengah melakukan pekerjaan rumahnya.
"Jaga rumah. Jangan pergi kemana-mana." Setelah mengatakan itu, Hesti bergegas pergi meninggalkan rumah setelah masuk ke dalam mobil taksi yang sudah ia pesan dengan ponselnya.
Sepeninggalan Hesti, tubuh Indah merosot dan terduduk di lantai itu. Isak tangisnya mulai terdengar. Sekuat tenaga ia menahan tapi nyatanya ia tak bisa. Indah bukanlah sebuah batu yang tak bisa merasakan rasa sakit.
'Kenapa cobaan ini harus menimpaku, Ya Tuhan? Apa salahku? Berikan hamba kesabaran yang lebih untuk bisa menghadapi ibu mertua ku, Tuhan. Berikanlah kami keturunan agar ibu tidak lagi menyakiti hati hamba lagi, Tuhan. Hamba mohon,' dengan memangkupkan kedua tangannya keatas, Indah memanjatkan doa kepada sang pencipta.
Mobil taksi yang ditumpangi oleh Hesti berhenti di sebuah restoran terkenal di kota Ngawi. Bahkan restoran tersebut memilik dua cabang di kota tersebut. Setelah membayar tagihannya, Hesti keluar dari dalam mobil. Dengan menenteng tas kulitnya yang berwarna hitam, Hesti melangkahkan kakinya memasuki restoran tersebut. Pandangannya menyapu seluruh dalam restoran yang tampak ramai dengan para pembeli. Hingga sebuah suara yang menarik perhatiannya.
"Tante Hesti? Disini, Tante." Seorang wanita cantik yang memiliki tubuh tinggi semampai melambaikan tangannya kepada Hesti. Senyum di bibir Hesti merekah saat melihatnya. Buru-buru ia menghampiri meja wanita berpakaian biru muda dan ketat itu.
"Hai, Melinda. Sudah lama kita tidak bertemu. Bagaimana kabarmu, Sayang?" Tanya Hesti setibanya ia di meja yang ditempati oleh wanita bernama Melinda Dewanto itu. Keduanya terlihat saling cipika-cipiki setelah itu duduk berhadapan.
"Kabarku baik, Tante. Tante sendiri bagaimana kabarnya? Apa Tante masih suka berburu diskon di Luwes?" Tanya Melinda dengan tawa diakhir kalimatnya. Luwes merupakan nama sebuah supermarket yang terkenal di Ngawi. Disana sering diadakan diskon untuk menarik perhatian para pelanggannya. Dan Hesti merupakan salah satunya. Ia sampai rela berdesak-desakan dengan orang lain demi bisa mendapatkan barang diskonan. Hesti yang mendengar hal itu seketika cemberut. Melinda mengetahui kebiasaan Hesti tersebut karena ia pernah beberapa kali menangkap basah Hesti yang tengah berburu diskon. Oleh karena itu, Melinda berani mengatakan itu.
"Kalau itu tentu saja masih. Apa yang harus aku lakukan di usiaku sekarang selain menyenangkan hati. Iya, kan? Apalagi karena Galih yang memberiku hanya sedikit uang, makanya Tante harus bisa mendapatkan barang dengan uang yang Tante miliki." Ucap Hesti dengan tampangnya yang berubah sedih. Melinda yang melihat perubahan mimik wajah Hesti itu seketika merasa bersalah.
"Sudahlah, jangan bersedih lagi Tan. Setelah ini kita akan belanja, ok? Melinda akan membelikan Tante tas yang Tante inginkan. Bagaimana?" Tawar Melinda. Hesti yang notabene sangat menyukai barang-barang sejenis tas seketika berbinar. Ia tak menyangka jika Melinda akan sangat loyal dan mau membelikannya sebuah tas.
"Apa kau serius, Mel?" Tanya Hesti dengan kedua matanya yang berbinar binar. Dengan senyumannya Melinda menganggukkan kepalanya.
"Kau sangat baik, Mel. Akan sangat beruntung memiliki menantu ideal seperti dirimu," ucap Hesti dengan raut wajahnya yang berubah masam. Ia teringat dengan Indah. Indah bukan tipe wanita yang suka berpergian apalagi belanja. Ia lebih suka berada di rumah dan mengerjakan pekerjaan rumah. Berbeda dengan Melinda yang sangat modis dan trendy. Sangat cocok jika bersama dengannya.
Tak selang berapa lama terlihat seorang pelayan menghampiri mereka. Hesti mengatakan makanan pesanannya begitu juga Melinda. Setelah datang, keduanya pun menikmati makanan mereka dengan tenang. Sesekali keduanya saling mengeluarkan candaan yang bisa mengundang gelak tawanya.
Setelah selesai.menyantao makanan, Melinda segera mengajak Hesti keluar dari restoran tersebut. Ia tidak mengeluarkan uang sepeserpun begitu juga dengan Hesti. Karena restoran tempat kedua bertemu itu merupakan restoran milik orang tua Melinda. Hesti sangat mengenal mereka.
"Ayo naik mobilku saja, Tante." Ajak Melinda seraya berjalan menuju ke parkiran yang berisi deretan mobil. Hesti hanya mengangguk karena ia juga ingin masuk ke dalam mobil Melinda.
'Aku harus bisa membujuk Melinda agar mau menikah dengan Galih. Apalagi Galih tampan, mana mungkin Melinda tidak tertarik dengannya.' sebuah seringaian mulai terlihat di bibir Hesti bersamaan dengan dirinya yang memasuki mobil merah milik putri semata wayang dari pemilik restoran tersebut.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Winters
no no no! ah melinda sialan
2023-05-19
0
Winters
boleh gebuk gak sih kalau ketemu Hesti
2023-05-19
3
Eka Elisa
dasar bumer edyan mata duitan udh py mntu baik hati rajin baik ko msih gk trima cumn indh blom di ksih buah hati....gila bumer satu ini😈😏😒
2023-04-03
2