AAI 02- Pertengkaran
Bergegas Galih menuju kamarnya. Sesampainya di depan pintu, Galih mengatur napasnya lebih dahulu sebelum ia membuka pintu kamarnya.
Kriet
Suara pintu kayu yang berwarna putih itu yang dibuka oleh Galih. Galih berjalan masuk, menatap sekitar hingga pandangannya tertuju pada punggung istrinya yang tengah berdiri di depan jendela kamarnya yang masih terbuka.
Terlihat jelas jika tubuh Indah bergetar hebat disana. Hati Galih ikut teriris melihatnya. Mana mungkin ia bisa menyakiti hati Indah jika ia memang benar-benar sangat mencintainya.
"Sayang?" Panggil Galih.
Indah yang mendengar suara Galih segera menghapus semua jejak air matanya. Lalu ia menarik napasnya sejenak sebelum ia berbalik menghadap suaminya.
"Ma-mas? Kenapa Mas kesini? Bukannya Mas lapar tadi? Pergilah makan, Mas. Aku hanya teringat Ibuku. Aku belum mengabarinya seharian ini." Meski Indah mengatakan itu dengan senyum manisnya, tapi Galih tahu jika istrinya itu sedang tidak baik-baik saja. Terlihat Indah berjalan melewati Galih ingin ke kamar mandi.
Namun saat tepat berada di samping tubuh Galih, Galih menangkap tangan kanan Indah.
"Mau kemana, Ndah?" Tanya Galih berusaha menahan Indah. Perlahan Indah melepaskan tangannya.
"M-mau ke kamar mandi." Jawab Indah dengan lirih. Meski lirih, nyatanya galih masih bisa mendengar suara Indah yang bergetar.
Tak sanggup lagi menahan diri, dengan cepat Galih menarik tubuh Indah dan memeluknya dari belakang. Indah yang mendapatkan pelukan itu semakin merasakan sesak di dalam hatinya.
"Percayalah padaku, Indah. Aku sangat mencintaimu, dan hanya mencintaimu. Jangan terpengaruh dengan ucapan Ibu. Karena aku tidak akan pernah meninggalkanmu hingga akhir hayat ku." Bisik Galih tepat di telinga Indah. Hati wanita mana yang tak menangis mendengar ungkapan cinta dari suaminya disaat dirinya tengah berada di titik paling bawah dalam hidupnya.
Indah meluapkan tangisnya. Galih membalik tubuh Ana dan kembali memeluknya. Indah terisak didalam dekapan sang suami.
'Jangan biarkan kami terpecah belah, Tuhan. Aku tak akan sanggup jika semua itu terjadi,' Indah berdoa kepada Tuhan untuk ia dan suaminya. Disaat inilah, Indah merasakan ketakutan yang amat sangat. Hidup bersama Ibu mertua yang mempunyai mulut yang pedasnya melebihi level setan, membuat Indah benar-benar merasa tercekik.
"Jangan tinggalkan aku, Mas. Aku tak mau dimadu. Hatiku tidak bisa rela melihatmu bersama wanita lain. Lebih baik aku mati daripada harus melihatmu berpoligami, Mas." Ucap Indah dalam dekapan Galih.
Galih yang mendengarnya tentu tak suka. Karena ia pun tak ada terbesit keinginan seperti itu. Perlahan Galih memegang bahu Indah dan melepaskan pelukannya.
"Indah, lihat Mas." Titah Galih. Perlahan Indah mengangkat wajahnya. Galih begitu sakit hatinya melihat kedua mata Indah-nya itu tampak sangat merah. Apalagi kedua pipinya telah basah akibat air matanya yang terus menetes.
Galih menghapus jejak air mata itu dengan sayang. Ia merasa gagal memegang janjinya yang tak akan membuat Indah sampai menangis. Karena nyatanya kini ia melihat dengan kedua matanya sendiri istrinya itu tengah berlinangan air mata.
"Dengarkan aku, Indah. Disaat aku memilihmu dulu, aku sudah berjanji kepada diriku sendiri dan disaksikan oleh Tuhan. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu apalagi sampai membagi cintaku kepada yang lain. Meskipun aku harus membaginya, aku akan membagi cintaku kepada anak-anak kita. Maka dari itu, aku mohon dengan sangat. Jangan pernah mendengarkan apa yang Ibu katakan. Aku tak ingin melihatmu menjadi seperti ini. Aku merasa gagal menjadi suamimu, Sayang." Ucap Galih kepada Indah. Namun Indah sangat mengenal Ibu mertuanya itu. Ia yakin jika Hesti tidak akan menyerah begitu saja. Karena Indah lah yang mengetahui sikap dan sifat Hesti jika tak ada Galih di rumah. Empat tahun bukan waktu sebentar untuk Indah bisa memahami karakter Ibu mertuanya itu.
Mendengar ucapan dari Galih, Indah menggelengkan kepalanya. Galih tentu tak mengerti melihatnya.
"Bagaimana jika Ibu memaksa, Mas? Apa yang akan Mas lakukan? Andai kata Mas harus memilih antara aku dan Ibu. Siapa yang akan Mas pilih?" Indah memberanikan diri untuk menanyakan hal itu. Inilah pertama kalinya Indah mengungkapkan apa yang ada di dalam hatinya. Ia begitu takut jika rumah tangganya sampai hancur berantakan karena Ibu mertuanya.
Galih begitu terkejut mendengar pertanyaan yang sangat sulit untuk dia jawab tersebut. Hanya Ibu nya lah, orang tua yang tersisa bagi Galih. Ayahnya sudah meninggal dunia sekitar sepuluh tahun yang lalu. Sedangkan Indah? Cinta pertama dan satu-satunya wanita yang mampu menggetarkan jiwanya. Lalu jika saat ini Galih dihadapkan oleh dua pilihan? Bagaimana ia bisa memilih? Keduanya begitu berarti di hidup Galih.
"Jangan memberiku pilihan yang sulit, Indah. Kalian sama berartinya di hidupku. Bagaimana bisa aku memilih diantara kalian? Aku tidak bisa, dan tidak akan pernah bisa memilih satu diantara kalian berdua." Sahut Galih dengan tegas. Tentu ia tak akan bisa memilih antara Indah maupun Ibunya. Meski tahu akan jawaban yang akan diberikan oleh Galih, nyatanya Indah masih bisa merasakan sakit di hatinya.
Bukannya Indah ingin egois, tapi disaat kehadirannya tidak dihargai oleh Ibu dari suaminya, membuat Indah harus berani. Ia tak akan bisa berada di bawah Hesti lagi. Dirinya merasa seperti tak bisa bernapas selama hidup di dalam rumah itu. Jika sebelumnya ia hanya bisa diam, kini ia sudah tak sanggup lagi. Ibunya telah berani menyinggungnya tepat di depan suaminya sendiri. Dan itu rasanya lebih menyakitkan dari disaat Hesti mengucapkannya didepan Indah seorang.
Apa lagi yang bisa Indah lakukan? Semua perlakuan baiknya selama empat tahun ini tidak pernah terlihat dimata Hesti. Jika dihadapan Galih Hesti bersikap biasa, lain halnya jika tak ada Galih. Dengan tanpa disaring lebih dulu, Hesti mengucapkan kata-kata yang nyatanya sangat menyakiti hati Indah. Tapi Indah hanya bisa diam dan memendamnya seorang diri. Ia tak ingin sampai suaminya tahu dan menjadikan suaminya bertengkar dengan ibunya sendiri.
Indah memejamkan matanya sejenak. Ini pertama kalinya mereka bertengkar hingga membuat keduanya merasa sakit di dalam hatinya. Tak ada yang salah di diri mereka, hanya keadaan yang menyulitkan mereka hingga membuat sang ibu menjadi penghalang bagi kebahagiaan mereka.
Indah menghembuskan napas kasarnya. Ia berusaha menenangkan dirinya agar tak ikut tersulut emosi seperti suaminya saat ini. Galih terlihat masih mengepalkan kedua tangannya menahan diri agar tak meluapkan amarahnya kepada sang istri.
"Sudah malam. Lebih baik kita istirahat. Kejadian hari ini benar-benar membuatku merasa sangat lelah," setelah mengatakan itu, Galih bergegas meninggalkan Indah yang masih berdiri di tempatnya. Sedangkan Galih masuk ke dalam kamar mandi.
'Jangan pernah menodai kesucian pernikahan ini, Mas. Atau aku tidak akan mampu menatap lagi dunia ini. Karena aku benar-benar mencintaimu dan tidak ingin kehilanganmu.'
Indah berjalan menuju peraduannya. Ia tidur dengan posisi miring dan berada di pinggiran ranjang. Ia sedang tidak ingin diganggu. Indah memerlukan waktu untuk menyembuhkan luka dihatinya yang disebabkan oleh Ibu mertuanya sendiri.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Berbieliza
semangat aku udah mampir
2023-05-19
0
✦ẑ̬î̬฿w̆̈ꪶ✫
Hadeh,Contoh ibu perusak rumah tangga anaknt
2023-05-19
0
Winters
mending kalau udh rumah tangga gak usah tinggal brg ortu atau mertua, gak enak banget sumpah
2023-05-19
2